Permusuhan Mereka Dalam Al Quran

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

📌 Telah Beredar Video Kampanye Si Penista Al Quran, sekelompok manusia dengan menggunakan simbol Islam (peci, sorban) melakukan kekerasan terhadap etnis Cina.

📌 Ini merupakan fitnah dalam rangka menstigma negatif  umat Islam

📌 Mereka lupa atau sengaja menutupi bahwa pangkal masalahnya ada pada Si Penista

📌 Tapi …, kami maklum dengan perilaku mereka, sebab Al Quran telah gamblang .. terang benderang mengabarkan prilaku umumnya orang-orang seperti mereka; baik permusuhan, kebencian, dan kemarahan kepada orang-orang beriman

✅ Kebencian abadi kepada umat Islam, kecuali jika kita mengikuti mereka

وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُم

Dan selamanya orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah  menyukaimu sampai kamu mengikuti ajaran mereka (Qs. Al Baqarah: 120)

✅ Permusuhan, perusakan, dan kebencian mereka tidak pernah henti, dan di hati mereka lebih besar dibanding yang dinampakkan

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (Qs. Ali ‘Imran: 118)

✅ Gerakan pemurtadan tidak pernah mereka hentikan tehadap umat Islam

يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. (Qs. Ali ‘Imran: 100)

Maka .. waspadalah, lipatkan kewaspadaan, terhadap tipu daya mereka .., lawanlah mereka baik berkelompok atau bersamaan

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا خُذُوا حِذْرَكُمْ فَانْفِرُوا ثُبَاتٍ أَوِ انْفِرُوا جَمِيعًا

Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama! (Qs. An Nisa: 71)

Wallahul Musta’an wa ilaihi musytaka

🌸☘🌺🌴🍃🌷🌾🌻

✍ Farid Nu’man Hasan

Keutamaan Shaf Sebelah Kanan

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى مَيَامِنِ الصُّفُوفِ

Sesungguhnya Allah dan malaikatNya bershalawat kepada orang yang berada di sebelah kanan shaf. (HR. Abu Daud No. 676, Ibnu Majah No. 1005, dll)

Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: hasan. (Fathul Bari, 2/213). Imam An Nawawi mengatakan: sesuai syarat Imam Muslim. (Al Khulashah Al Ahkam, 2/710). Imam Al Munawi mengatakan: shahih. (At Taisir, 1/532)

Keutamaan ini menurut zahirnya berlaku untuk semua shaf sebelah kanan, bukan hanya shaf yang pertama. Tidak ada keterangan khusus menyebutnya “kanan shaf pertama.”

Imam Al Munawi Rahimahullah menjelaskan:

أي يستغفرون لمن عن يمين الإمام من كل صف

Yaitu mereka memohonkan ampun bagi orang yang berada di sebelah kanan imam dari semua shaf. (Ibid)

Imam Abu Thayyib Syamsul ‘Azhim Abadi Rahimahullah menjelaskan pula:

وفيه استحباب الكون في يمين الصف الأول وما بعده من الصفوف

Pada hadits ini disunahkan untuk berada pada shaf bagian kanan, baik yang awal dan shaf setelahnya. (‘Aunul Ma’bud, 2/263)

Kenapa sebelah kanan? Imam Al ‘Aini Rahimahullah menjawab secara sederhana:

لأن اليمين لها فضل على اليَسار في كل شيء

Karena bagian kanan memiliki keutamaan lebih dibanding kiri dalam segala hal. (Imam Al ‘Aini, Syarh Sunan Abi Daud, 3/228)

Tetapi jika ada yang berada pada  shaf pertama, dan juga bagian kanan, maka itu lebih baik lagi sebab dia mengumpulkan dua keutamaan, dan posisinya pun  lebih dekat dengan imam juga lebih utama.

Berkata Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin Rahimahullah:

يعني: على أيمن الصف، فأيمن الصف أفضل، ولكن القرب من الإمام أفضل من البعد ولو كان على اليمين

Yakni di bagian paling kanan shaf, maka bagian paling kanan adalah lebih utama, tetapi mendekat dengan imam adalah lebih utama dibanding yang jauh walau dia di sebelah kanan.  (Syarh ‘Umdah Al Ahkam, 12/4. Asy Syabakah Al Islamiyah)

Sekian. Wallahu A’lam

🌾🌿🌷🌻🍃🌸🌳☘

✍ Farid Nu’man Hasan

Bid’ahkah Berdoa Dengan Susunan Sendiri?

📨 PERTANYAAN:

Ada Ust yang membid’ahkan doa Rabithah yang disusun Syaikh Hasan Al Banna, alasannya itu bukan dari nabi, maka bid’ah .. benarkah itu?

📬 JAWABAN

Bismillah wal Hamdulillah …

Apa yang dikatakan oleh ustadz tersebut sangat berlebihan. Pada prinsipnya tidak mengapa, berdoa dengan doa yang tidak ma’tsur yang dibuat oleh kita sendiri sesuai hajat kita, dan ini merupakan pendapat mayoritas ulama, selama doa tersebut tidak ada hal yang terlarang. Walau afdhalnya tetap menggunakan doa-doa yang ma’tsur, yang Nabi ﷺ ajarkan.

Disebutkan dalam Al Mausu’ah:

ذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ إِلَى جَوَازِ كُل دُعَاءٍ دُنْيَوِيٍّ وَأُخْرَوِيٍّ ، وَلَكِنَّ الدُّعَاءَ بِالْمَأْثُورِ أَفْضَل مِنْ غَيْرِهِ

Mayoritas fuqaha mengatakan bolehnya semua doa duniawi dan ukhrawi, tetapi doa yang ma’tsur lebih utama. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 20/265)

Suatu ketika, Syaikh Dr. Abdullah Al Faqih Hafizhahullah, pernah ditanya tentang orang yang berdoa dari gangguan sihir, dengan menggunakan doa-doa susunan manusia, yang tidak ma’tsur dari Al Quran dan As Sunnah. Beliau menjawab:

فليس هذا الدعاء وارداً عن رسول الله صلى الله عليه وسلم فيما نعلم، ولا بأس بالدعاء به للوقاية من السحر، إذ لم يتضمن ما يخالف الشرع فيما يظهر لنا، إذ فيه الاستعاذة بصفة من صفات الله تعالى، ونرجو أن يكون هذا الدعاء سببا للعلاج من السحر أو الوقاية منه

Sejauh yang kami tahu, doa ini bukan berasal dari Nabi ﷺ, namun tidak apa-apa berdoa dengannya untuk melindungi diri dari Sihir, mengingat doa tersebut tidak mengandung hal-hal yang menyelisihi syariat yang nampak bagi kami, di dalamnya terdapat permohonan perlindungan dengan sifat-sifat Allah ﷻ, dan kami berharap doa ini menjadi sebab obat dari sihir atau pelindung darinya. (Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah, 10/202)

Dalam fatwa yang lain, Beliau juga berkata:

فلا حرج على المسلم أن يدعو بدعاء يعبر فيه عن حاجته ورغبته أو كشف ضره، ولكنه إذا دعا بالأدعية المأثورة عن النبي صلى الله عليه وسلم أو غيره من الأنبياء كما جاء في القرآن الكريم أو السنة المطهرة كان أفضل، وعليه أن يختار من الأدعية ما يتناسب مع المقام الذي هو فيه أو الحاجة التي يطلبها، ولا مانع أن يجمع بين هذا وذلك ويركب من بينهما أدعية تعجبه وتناسب مقامه، فقد قال النبي صلى الله عليه وسلم: ثم يتخير من الدعاء أعجبه إليه فيدعوه . رواه البخاري

Tidak apa-apa bagi seorang muslim berdoa dengan kalimat yang di dalamnya tertera hajatnya, keinginannya, atau solusi atas kesulitannya. Tetapi, jika berdoa dengan doa-doa yang ma’tsur dari Nabi ﷺ atau dari para nabi lainnya, sebagaimana tertera dalam Al Quran, atau sunnah yang suci, maka itu lebih utama. Hendaknya dia memilih doa yang sesuai dengan keadaannya, kedudukannya, atau kebutuhan yang dia inginkan. Tidak terlarang baginya menggabungkan antara doa yang ini dan itu, dan mempraktekkan keduanya dengan doa-doa yang dia sukai dan sesuai posisinya.
Nabi ﷺ telah bersabda: “.. kemudian dia memilih doa yang ia sukai maka berdoalah kepadaNya.” (HR. Al Bukhari).

(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah, 10/124)

Jadi, doa yang tidak ma’tsur itu dengan ketentuan:

– Di dalamnya tidak ada unsur yang bertentangan dengan Syariat

– Meyakini bahwa kesembuhan dari Allah ﷻ atau pengabulan hajat semata-mata dari Allah ﷻ saja

– Dalam membacanya tidak menganggap dari Nabi ﷺ

– Tidak membuat fadilah-fadilah yang direkayasa yang tidak memiliki dasar dalam syariat, sekali pun sebuah doa akhirnya memiliki keutamaan maka itu semata-mata kemurahan Allah ﷻ kepadanya

Maka dengan ketentuan ini, tidak masalah membaca doa apa pun yang disusun oleh manusia, seperti doa Rabithah, dan semisalnya. Walau yang lebih utama adalah doa berasal dari Al Quran dan As Sunnah. Kebolehan ini adalah pendapat mayoritas ulama, bahkan para salaf pun mencontohkannya, mereka berdoa kepada Allah ﷻ sesuai hajat mereka. Maka, pembid’ahan yang dikatakan ustadz tersebut tentu berlebihan dan bertabrakan dengan kenyataan sejak masa salafsh shalih.

Wallahu A’lam

🌺🌸🍃🌹🍀🌾🌴🌾


🌸🌿Di antara Doa Para Wali Allah 🌿🌸

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Doa Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah:

اللهم كما صنت وجهي عن السجود لغيرك فصنه عن المسألة لغيرك

Ya Allah, sebagaimana Engkau lindungi wajahku dari sujud kepada selainMu, maka jagalah ia dari meminta kepada selain diriMu

📚 Jawaahir min Aqwaal As Salaf No. 46

🌿🍀🌸🍃🌴🌺🌻🌷

✏ Farid Nu’man Hasan

Tafsir Surat AL Hujurat Bag. 13 (Ayat ke-15)

Ciri Beriman, Tak Ragu Berjihad Dengan Harta dan Jiwa

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ (15)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al Hujurat [49]:15

  • Kebahasaan

لَمْ يَرْتَابُوا

Mereka tidak ragu-ragu

وَجَاهَدُوا

berjihad

بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ

Dengan harta dan jiwa

فِي سَبِيلِ اللَّهِ

Dijalan Allah

  • Munasabah (korelasi ayat)

Setelah Allah mengungkap hakikat keimanan Arab Badui yang mengatakan telah beriman, padahal mereka baru masuk islam dan belum memahami keimanan yang sesungguhnya. Kemudian Allah menyebutkan bahwa bukti iman yang benar adalah, adalah tidak ragu-ragu terhadap ke-Esaan Allah, juga risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shalallah alaihi wasallam, senantiasa teguh dalam ketaatan kepadanya, dan berjihad dengan harta dan jiwanya, menegakkan kalimat Allah.[1]

  • Pendapat para mufassirin

  1. Imam As Sa’di

Beliau menyebutkan bahwa seorang muslim yang memiliki iman yang benar, akan tekumpul didalam dirinya iman dan jihad, karena jihad merupakan perwujudan imannya. Sehingga barang siapa yang tidak mampu mengalahkan jiwanya dalam berjihad, ia termasuk orang yang lemah iman, iman yang kuat tidak akan tak kan pernah ragu dalam meyakini syariat dan perintah Allah.[2]

  1. Ibnu Asyur

Beliau menyebutkan, bahwa iman berbuah keyakinan yang tak ragu

(إِنَّمَا) لِلْحَصْرِ، وَ (إِنَّ) الَّتِي هِيَ جُزْء مِنْهَا مفيدة أَيْضًا لِلتَّعْلِيلِ وَقَائِمَةٌ مَقَامَ فَاءِ التَّفْرِيعِ، أَيْ إِنَّمَا لَمْ تَكُونُوا مُؤْمِنِينَ لِأَنَّ الْإِيمَانَ يُنَافِيهِ الِارْتِيَابُ

Kata “innama” berfungsi pembatas (lil Hashr) dan kata “inna” merupakan bagiannya yang berfungsi sebagai sebab atau alasan (li ta’lil) maksudnya, “Tak disebut mukmin jika ia masih ragu kepada Allah, karena kekuatan iman akan menghilangkan keraguan”.[3]

  1. Sayyid Qutub

فالقلب متى تذوق حلاوة هذا الإيمان واطمأن إليه وثبت عليه، لا بد مندفع لتحقيق حقيقته في خارج القلب. في واقع الحياة. في دنيا الناس. يريد أن يوحد بين ما يستشعره في باطنه من حقيقة الإيمان، وما يحيط به في ظاهره من مجريات الأمور وواقع الحياة. ولا يطيق الصبر على المفارقة بين الصورة الإيمانية التي في حسه، والصورة الواقعية من حوله. لأن هذه المفارقة تؤذيه وتصدمه في كل لحظة. ومن هنا هذا الانطلاق إلى الجهاد في سبيل الله بالمال والنفس

Hati akan merasakan manisnya iman, ketenangan dan keteguhan, harus terejawantahkan dalam kehidupan nyata dan dunia manusia, dimaksudkan untuk menyatukan antara hakikat iman dan konsekwensi zahir dalam kehidupan. Tak kan bisa memisahkan antara refleksi iman dalam perasaan bathin dan kenyataan disekitarnya. Karena pemisahan ini akan berbenturan setiap saat. Dari sinilah titik tolak ke arah jihad fi sabilillah, dengan jiwa dan harta.[4]

  1. Mahmud Al Hijazi

Terkait ayat ini beliau menyebutkan tentang sifat-sifat seorang mukmin dalam ayat, diantaranya:[5]

  • Seorang mukmin adalah orang yang mengimani Allah sebagai Pencipta, Pengatur dan Maha mengetahui yang ghaib dan yang nyata maupun yang tersembunyi di dasar hati.
  • Mengimani Rasulullah Shalallah alaihi wasallam sebagai Nabi dan Rasul terakhir, yang menyampaikan risalah paripurna, tiada nabi setelah beliau, dan tidaklah beliau menyampaikan berdasarkan hawa nafsu, melainkan berdasarkan wahyu yang diturunkan Allah.
  • Tidak ragu-ragu terhadap segala hal, manakala iman dan keyakinannya teguh, imanya tak dipertaruhkan untuk kepentingan tertentu.
  • Berjihad dengan harta dan jiwa sebagai bentuk realisasi iman
  • Hikmah Didahulukan Jihad harta dibanding jiwa

Al Alusi menyebutkan, didahulukannya jihad harta dibanding dengan jiwa (nyawa) dalam ayat-ayat Al Qur’an karena jihad dengan harta banyak terjadi (aktsara wuqu’an) dan sesuai dengan kebutuhan (atamma lil hajat). Karena tak kan mungkin terjadi, jihad nyawa tanpa dibarenngi dengan jihad harta.[6]

Menurut Ibnu Hayyan, hikmah didahulukannya kata amwal (harta) dari pada anfus (jiwa) dalam jihad karena, mujahid ibarat seorang penjual, dan ia akan mengakhirkan penawaran termahal untuk sesuatu yang paling berharga.[7]

Menurut Abu Bakar Al Jazairi, hikmah didahulukannya harta dari pada jiwa dalam jihad adalah, karena materi yang dibutuhan terlebih dahulu untuk akomodasi baru disusul dengan jiwa.[8]

Syaikh Shalih Al Utsaimin pernah ditanya, mengapa didahulukan jihad dengan harta dibanding dengan jihad dengan jiwa. Karena prajurit perang lebih banyak membutuhkan perlengkapan dan materi untu berperang, dan jihad dengan harta relative lebih mudah daripada jihad dengan nyawa.[9]

Didalam hadits, Rasulullah menyebutkan urgensi jihad dengan harta;

عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قال: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: «جَاهِدُوا المُشْرِكِينَ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَأَلْسِنَتِكُمْ

Dari Anas, Rahiyallah Anhu, Rasulullah bersabda,”Berjihadlah untuk melawan orang musyrik dengan harta dan jiwa serta lisan kalian. ( Musnad Ahmad, 11798)

والله أعلم

Fauzan Sugiono


[1] At Thabari 310 H, Tafsir At Thabari, (Muassasah Ar Risalah, 1420) juz 22/318

[2] Abdurrahman Nasir As Sa’di, Tafsir As Sa’di, 1/802

[3] Ibnu Asyur, At Tahrir wa Tanwir, (Tunis: Dar Tunis Lin Nasyr, 1984) 26/267

[4] Sayid Qutub, Fi Zilalil Qur’an,6/3349

[5] Mahmud Al Hijazi, Tafsir Al Wadhih, (Beirut: Dar Jail Al Jadid, 1413 H) 3/514

[6] Al Alusi, Ruhul Ma’ani, (Beirut: Dar Kutub Al Islami, 1415H) 7/141

[7] Al Bahrul Muhit, 4/242

[8] Aisar Tafasir, 134

[9] Majmu’Fatawa wa Rasail Syaikh Al Utsaimin,25/312

Serial Tafsir Surat Al-Hujurat

TAFSIR SURAT AL HUJURAT (Muqaddimah)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT (BAG.2) (Ayat ke-1)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT (BAG.3) (Ayat ke-2)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT (BAG. 4) (Ayat 3, 4, dan 5)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT [BAG. 5] (Ayat ke-6)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT [BAG. 6] (Ayat ke-7)

Tafsir Surat Al Hujurat bag. 7 (Ayat ke-8 dan 9)

Tafsir Surat Al Hujurat Bag. 8 (Ayat ke-10)

Tafsir Surat Al Hujurat Bag. 9 (Ayat ke-11)

Tafsir Surat Al Hujurat Bag. 10 (Ayat ke-12)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT BAG 11 (Ayat ke-13)

Tafsir Surat Al Hujurat bag. 12 (Ayat ke-14)

Tafsir Surat AL Hujurat Bag. 13 (Ayat ke-15)

TAFSIR AL QUR’AN SURAT AL HUJURAT Ayat 16, 17 dan 18 (BAG. 14 SELESAI)

scroll to top