TAFSIR SURAT AL HUJURAT [BAG. 6] (ayat ke-7)

Allah Jadikan Hati Cenderung Kepada Kebaikan dan Benci Kedurhakaan

وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ

Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu “cinta” kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. (QS. Al Hujurat [49]:7)

Tinjauan Bahasa

وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ

Tetapi Allah menjadikanmu cinta pada keimanan

الرَّاشِدُونَ

Orang-orang yang mengikuti jalan lurus

Kandungan Ayat

secara umum ayat ini menyebutkan tentang keberadaan Rasulullah Shalalahu Alaihi wasallam yang terus berdakwah ditengah umat sehingga hidayah dari Allah hadir ditengah-tengah para sahabat. Hidayah itulah yang menenangkan hati, menjadikannya mencitai kebaikan dan amal shalih serta membenci keburukan, kefasikan dan kedurhakaan. Menurut Abdurrahman Nashir As Sa’di dalam tafsirnya maksud dari ayat diatas adalah:

ليكن لديكم معلومًا أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، بين أظهركم، وهو الرسول الكريم، البار، الراشد، الذي يريد بكم الخير وينصح لكم، وتريدون لأنفسكم من الشر والمضرة، ما لا يوافقكم الرسول عليه، ولو يطيعكم في كثير من الأمر لشق عليكم وأعنتكم، ولكن الرسول يرشدكم، والله تعالى يحبب إليكم الإيمان، ويزينه في قلوبكم، بما أودع الله في قلوبكم من محبة الحق وإيثاره، وبما ينصب على الحق من الشواهد، والأدلة الدالة على صحته، وقبول القلوب والفطر له، وبما يفعله تعالى بكم، من توفيقه للإنابة إليه، ويكره إليكم الكفر والفسوق، أي: الذنوب الكبار، والعصيان: هي ما دون ذلك من الذنوب بما أودع في قلوبكم من كراهة الشر، وعدم إرادة فعله، وبما نصبه من الأدلة والشواهد على فساده، وعدم قبول الفطر له، وبما يجعله الله من الكراهة في القلوب له

“Kalian sudah mengetahui bahwa Rasulullah ada dikalangan kalian, Beliau Rasulullah yang mulia. baik budi pekerti, memberi petunjuk, tak menginginkan lain, kecuali kebaikan dan menasehati kalian, namun kalian menginginkan keburukan dan membahayakannya, sedang Rasul tak menyetujui. Seandainya Rasul menuruti banyak keinginan kalian, kalian akan mendapat kesusahan. Akan tetapi Rasulullah memberi arahan petunjuk, dan Allah menjadikanmu cinta pada keimanan, danmenghiasinya didalam hati kalian, cinta akan kebaikan dan mendahulukan kebaikan, menegakkan kebaikan dengan perangkat serta dalilnya yang diterima oleh fitrah hati yang bersih, dan apa yang telah Allah berikan kepada kalian, dari taufiq dan kecenderungan kembali kepada-Nya. Kalian tidak menyukai kekafiran dan fasik. Yaitu dosa-dosa besar. Dan maksiat adalah selain dosa besar, Allah meletakkan ketidaksukaan kalian kepada keburukan, tiada keinginan untuk melakukannya, dengan pertimbangan petunjuk dan kerusakan akibat perbuatan maksiat itu, fitrah hati yang enggan menerimanya dan Allah yang menjadikan hati tersebut tidak menyukai keburukan”.[1]

 {وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الإيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ}

Tetapi Allah menjadikan kamu “cinta” kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu

أَيْ: حَبَّبَهُ إِلَى نُفُوسِكُمْ وَحَسَّنَهُ فِي قُلُوبِ

Yaitu menjadikan jiwamu mencintai kebaikan dan menjadikannya kebaikan itu indah didalam hatimu”. ( Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’an Al Azim, 7/327)

Imam Ahmad menyebutkan hadits terkait ayat ini:

حَدَّثَنَا بَهْز، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مَسْعَدة، حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: “الْإِسْلَامُ عَلَانِيَةً، وَالْإِيمَانُ فِي الْقَلْبِ” قَالَ: ثُمَّ يُشِيرُ بِيَدِهِ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ يَقُولُ: “التَّقْوَى هَاهُنَا، التَّقْوَى هَاهُنَا”

Telah menceritakan kepada kami, Bahz, telah menceritakan kepada kami Ali bin Ma’adah, telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Anas, ia berkata,”Rasulullah Shalallahu Alaihi wa sallam bersabda,” Islam terlihat nyata, sedangkan iman tersembunyi dalam hati, kemudian beliau memberi isyarat dengan tangannya ke dada sebanyak tiga kali, kemudian beliau bersabda,” Takwa ada di sini, takwa ada di sini”. ( HR. Ahmad, 3/134)

إن الإيمان الكامل إقرار باللسان، وتصديق بالجنان وعمل بالأركان، فكراهة الكفر فى مقابلة محبة الإيمان، وتزيينه فى القلوب هو التصديق بالجنان، والفسوق وهو الكذب فى مقابلة الإقرار باللسان، والعصيان فى مقابلة العمل بالأركان

“Adapun iman yang sempurna merupakan iqrar (ucapan) lisan, tashdiq (pembenaran) dalam hati dan amal dalam perbuatan, benci kepada kekafiran merupakan lawan dari cinta keimanan, Allah menghiasi keimanan dalam hati yaitu pembenaran dalam hati manusia, dan fasiq adalah dusta yang merupakan lawan dari ucapan lisan, sedangkan ma’siat merupakan lawan dari amal perbuatan. (Tafsir Al Maraghi, 26/128)

Hikmah dan Kesimpulan

  • Iman yang sempurna terdiri dari tiga unsur: ucapan, hati dan perbuatan
  • Iman yang sempurna akan membeci tiga hal: kekafiran, fasik dan kemaksiatan
  • Ar Rasyidun adalah orang-orang yang senantiasa berada dalam kebenaran, istiqamah di dalamnya dan membelanya dengan segenap jiwa dan raganya.

Wallahu a’lam

🖊 Fauzan Sugiono


[1] Abdurrahman Nasir As Sa’di, Taisir al Karim Ar Rahman fi Tafsir Kalam Al Mannan, Muassasah Ar Risalah, 1420 H, j.1 h. 800

Serial Tafsir Surat Al-Hujurat

TAFSIR SURAT AL HUJURAT (Muqaddimah)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT (BAG.2) (Ayat ke-1)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT (BAG.3) (Ayat ke-2)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT (BAG. 4) (Ayat 3, 4, dan 5)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT [BAG. 5] (Ayat ke-6)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT [BAG. 6] (Ayat ke-7)

Tafsir Surat Al Hujurat bag. 7 (Ayat ke-8 dan 9)

Tafsir Surat Al Hujurat Bag. 8 (Ayat ke-10)

Tafsir Surat Al Hujurat Bag. 9 (Ayat ke-11)

Tafsir Surat Al Hujurat Bag. 10 (Ayat ke-12)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT BAG 11 (Ayat ke-13)

Tafsir Surat Al Hujurat bag. 12 (Ayat ke-14)

Tafsir Surat AL Hujurat Bag. 13 (Ayat ke-15)

TAFSIR AL QUR’AN SURAT AL HUJURAT Ayat 16, 17 dan 18 (BAG. 14 SELESAI)

POLITIK ITU BAGIAN DARI ISLAM

🐾🐾🐾🐾🐾🐾

📌 Ada orang-orang yang mencoba beropini bahwa agama jangan dicampur politik, karena agama itu suci, sedangkan politik itu kotor …

📌 Ini adalah ideologi sekuler basi .. yang justru biang kerok kotornya politik

📌 Politik jadi amburadul dan kotor karena mereka yang tidak membawa nilai dan moral agama ke dalamnya

📌 Mereka sok melindungi agama dari kotoran, padahal mereka sendiri paling benci kepada hal-hal yang berbau agama

📌 Ketahuilah agama sudah ada yang menjaga, para ulama, pejuang, da’i, dan umat yang istiqamah

📌  Orang-orang sekuler ini pakai agama jika ada maunya

📌 Mau pilkada atau pilpres, baru deh pakai jilbab, ke masjid, deket-deket ulama .. padahal kemarin2 membenci ini semua, mereka tidak sadar sebagai penjual agama sebenarnya

📌 Perjanjian Hudaibiyah, Piagam Madinah, adalah contoh kepiawaian politik Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

📌 Di masjid, baginda nabi mengatur strategi peperangan, latihan perang, menerima rombongan tamu dari Bani Najran, mendamaikan para sahabat yang bertikai hutang piutang, dan sebagainya ..

📌 Lalu .. bagai pahlawan kemaleman orang-orang sekuler mengatakan: “Di masjid ibadah aja dan dzikir, tidak usah membicarakan politik .. ,”  situ sehat?

📌 Agama itu urusan pribadi dan Tuhannya, kata mereka …, negara tidak usah turut campur ..

📌 Maaf .., pemikiran itu bukan dari Islam, jika mengaku muslim maka perhatikanlah ayat:  kutiba ‘alaikumul qishash – wajib atasmu melakukan qishash .. atau “wa idza hakamtum bainan naas antahkumuu bil ‘adl – jika kalian memutuskan hukum diantara manusia maka berhukumlah dengan adil ..

📌 Ayat ini bukan domain wewenang pribadi, rt rw, atau DKM masjid, tapi wewenang Daulah-negara .., artinya agama dan politik tidak dipisahkan dalam Islam

📌 Saya teringat dengan Faraj Faudah, tokoh sekuler di Mesir, yang terbunuh ..

📌 Syaikh Muhammad Al Ghazali Rahimahullah, ulama terkenal di Mesir, ditanya sebagai saksi ahli tentang pembunuhan itu .., dan dia mengatakan: bahwa sekuler itu murtad, keluar dari agama .. !!

Imam Hasan Al Banna Rahimahullah berkata:

الإسلام نظام شامل … يتناول مظاهر الحياة جميعا .. فهو دولة ووطن أو حكومة وأمة ، وهو خلق وقوة أو رحمة وعدالة وهو ثقافة وقانون أو علم وقضاء ، وهو مادة و ثروة أو كسب وغنى ، وهو جهاد ودعوة أو جيش وفكرة ، كماهو عقيدة صادقة وعبادة صحيحه سواء يسواء

Islam adalah tatanan sempurna yang meliputi seluruh dimensi hidup. Islam adalah negara dan tanah air, pemerintahan dan rakyat, akhlak dan kekuatan, rahmat dan keadilan, wawasan dan undang-undang, ilmu dan ketetapan, materi dan kemakmuran, pencaharian dan kekayaan, Islam juga jihad dan da’wah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana dia juga aqidah yang jujur dan ibadah yang benar, tidak lebih tidak kurang. (Ushulul ‘Isyrin No. 1)

Wallahul Musta’an ..!!

🍃🌾🌻🌸🌴🌺☘🌷

✍ Farid Nu’man Hasan

[Sunah Fitrah, Ringan Bernilai Ibadah] Memotong Kuku

Ini juga sunah fitrah, sebagaimana hadits pada point empat di atas. Berkata Syaikh Faishal An Najdi Rahimahullah:

قطع ما طال منها على اللحم، وفي ذلك تحسين الهيئة وكمال الطهارة

Memotong yang panjangnya melebih batasan daging, hal ini dapat memperbagus penampilan dan menyempurnakan kesucian. (Khulashah Al Ahkam, Hal. 32)

Dianjurkan tangan kanan dulu, sebagaimana hadits dari Aisyah Radhiallahu ‘Anha, katanya:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ، فِي تَنَعُّلِهِ، وَتَرَجُّلِهِ، وَطُهُورِهِ، وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ

Dahulu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyukai memulai sesuatu dari kanan: memakai sendal, menyisir, bersuci, dan semua perbuatan lainnya. (HR. Bukhari No. 168)

Lalu, di mulai dari jari mana dahulu? Tidak ada satu pun hadits shahih yang menerangkan hal ini, sebagaimana kata Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqalani berikut:

وَلَمْ يَثْبُتْ فِي تَرْتِيبِ الْأَصَابِعِ عِنْدَ الْقَصِّ شَيْءٌ مِنَ الْأَحَادِيثِ

Tidak ada hadits yang shahih sama sekali dalam masalah urutan jari jemari yang dipotong kukunya. (Fathul Bari, 10/345. Lihat juga Imam Badruddin Al ‘Aini, ‘Umdatul Qari, 22/45)

Tetapi Imam An Nawawi menyatakan disukai dengan cara berikut:

وَيُسْتَحَبّ أَنْ يَبْدَأ بِالْيَدَيْنِ قَبْل الرِّجْلَيْنِ فَيَبْدَأ بِمُسَبِّحَةِ يَده الْيُمْنَى ، ثُمَّ الْوُسْطَى ثُمَّ الْبِنْصِر ثُمَّ الْخِنْصَر ثُمَّ الْإِبْهَام ثُمَّ يَعُود إِلَى الْيُسْرَى فَيَبْدَأ بِخِنْصَرِهَا ثُمَّ بِبِنْصِرِهَا إِلَى آخِرهَا ثُمَّ يَعُود إِلَى الرِّجْلَيْنِ الْيُمْنَى فَيَبْدَأ بِخِنْصَرِهَا وَيَخْتِم بِخِنْصَرِ الْيُسْرَى . وَاللَّهُ أَعْلَم

Disunahkan memulai memotong kuku kedua tangan sebelum kuku kedua kaki. Dimulai dari kuku jari telunjuk kanan, lalu tengah, manis, kelingking, lalu jempol. Kemudian, tangan kiri dimulai dari jari kelingking, manis, sampai selesai semua, lalu pindah ke kaki kanan, dimulai dari kelingking kanan dan diakhiri kelingking kiri. Wallahu A’lam. (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 1/414)

Berapa lamakah waktu dibiarkannya memanjangkan kuku, rambut ketiak, memotong kumis, rambut sekitar kemaluan dan sekitar dubur? Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan interval, paling lama sampai empat puluh hari. Tetapi, bukan berarti terlarang mencukur atau memotongnya lebih cepat dari itu, jika memang sudah tumbuh panjang dan mengganggu.

Ada pun memotong pada hari Jumat tidak ada yang shahih dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tapi itu dilakukan para salaf.

Imam An Nawawi Rahimahullah menjelaskan:

أَمَّا وَقْت حَلْقِهِ فَالْمُخْتَارِ أَنَّهُ يُضْبَط بِالْحَاجَةِ وَطُوله ، فَإِذَا طَالَ حُلِقَ ، وَكَذَلِكَ الضَّبْط فِي قَصّ الشَّارِب وَنَتْف الْإِبْط وَتَقْلِيم الْأَظْفَار . وَأَمَّا حَدِيث أَنَس الْمَذْكُور فِي الْكِتَاب ( وَقَّتَ لَنَا فِي قَصَّ الشَّارِب وَتَقْلِيم الْأَظْفَار وَنَتْف الْإِبْط وَحَلْق الْعَانَة لَا يُتْرَك أَكْثَر مِنْ أَرْبَعِينَ لَيْلَة ) فَمَعْنَاهُ لَا يُتْرَك تَرْكًا يَتَجَاوَز بِهِ أَرْبَعِينَ لَا أَنَّهُمْ وَقَّتَ لَهُمْ التَّرْك أَرْبَعِينَ . وَاَللَّه أَعْلَم

Ada pun waktu mencukurnya, pendapat yang dipilih adalah bahwa batasannya itu sesuai kebutuhan dan ukuran panjangnya, jika sudah panjang maka mesti dicukur, demikian juga batasan dalam memotong kumis, mencabut rambut ketiak, dan memotong kuku. Ada pun hadits Anas yang disebutkan dalam kitab ini: “Kami diberikan waktu dalam memotong kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak, mencukur rambut kemaluan, agar tidak membiarkannya melewati 40 hari.” Maknanya adalah jangan biarkan sampai melewati 40 hari, bukan bermakna mereka mesti membiarkan sampai 40 hari.” Wallahu A’lam (Ibid)

Wallahu A’lam

☘🌺🌻🌸🌴🌷🍃🌿🌹🍄

✏ Farid Nu’man Hasan

Pernikahan Anak Hasil Zina, Siapa Walinya Jika Dia Nikah?

☀💦☀💦☀💦

📌 Pertanyaan:

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Ustadz.. saya mau tanya bagaimana hukumnya kalau ada anak lahir di luar pernikahan baru bbrp tahun kemudian ibu bapaknya menikah, siapa yang menjadi wali nikahnya anak tsb? Apakah wali hakim atau bapak kandungnya?
Pertanyaan dari A06

📌 Jawaban:

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh.

Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa ba’d:

Saya akan jawab secara ringkas, bahwa:

📌 Wali adalah salah satu rukun nikah, tanpa wali nikah tidak sah. Ini pandangan mayoritas ulama, kecuali menurut Abu Hanifah.

Nabi ﷺ bersabda:

أيما امرأة نكحت بغير إذن وليها فنكاحها باطل، فنكاحها باطل، فنكاحها باطل

Wanita mana pun yang menikah tanpa izin walinya, maka nikahnya itu batil (diulang 3x). 1)

📌 Anak yang dilahirkan dari perzinahan, maka ayah biologisnya tidak menjadi nasabnya sebab pada hakikatnya dia tanpa ayah, namun dia dinasabkan kepada ibunya, sebagaimana ‘Isa bin Maryam yang lahir tanpa ayah (tapi bukan karena zina, melainkan justru karena keistimewaannya), sesuai kehendak Allah ﷺ.

Imam Ibnu Rusyd Rahimahullan mengatakan:

واتفق الجمهور على أن أولاد الزنا لا يلحقون بآبائهم إلا في الجاهلية

Mayoritas ulama sepakat bahwa anak-anak zina tidaklah disandarkan kepada ayah-ayah mereka, kecuali yang terjadi pada masa jahiliyah. 2)

📌 Sehingga, ayahnya pun tidak bisa menjadi walinya jika anak itu (jika dia wanita) menikah.

📌 Jika tidak ada wali maka yang menjadi walinya adalah penguasa. Sesuai hadits berikut:

اَلسُّلْطَانُ وَلِيُّ مَنْ لَا وَلِيَّ لَهُ

“Sulthan (penguasa) adalah wali bagi orang yang tidak memiliki wali”. 3)

Penguasa itulah wali hakim, yakni petugas/pejabat yang ditunjuk oleh negara yakni KUA – Kantor Urusan Agama. Di negeri kita adalah penghulu.

Demikian. Wallahu A’lam

🌺🌸🍃🌹🍀🌾🌴🌾

✏ Farid Nu’man Hasan

Baca juga: Hukum Pernikahan Wanita Yang Berzina Dengan Laki-Laki Yang Bukan Pelakunya


🌴🌴🌴🌴

[1]HR. At Tirmidzi No. 1102, katanya: hasan, Ibnu majah No. 1879, Al Hakim No. 2706, katanya: shahih sesuai syarat Al Bukhari-Muslim, Ahmad No. 24417
[2] Imam Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, 2/358
[3] HR. Ahmad No. 25326, Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: shahih. Lihat Ta’liq Musnad ahmad, 42/200

 

scroll to top