Fiqih I’tikaf (Bag. 7)

🐾🐾🐾🐾🐾🐾

📌 Makna Masjid dan Batasannya

Secara bahasa (lughah) masjid adalah:

بَيْتُ الصَّلاَةِ ، وَمَوْضِعُ السُّجُودِ مِنْ بَدَنِ الإِْنْسَانِ وَالْجَمْعُ مَسَاجِدُ

Rumah untuk shalat, dan tempat sujud bagi badan manusia, jamaknya adalah masajid. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 37/194)

Sedangkan, secara istilah terdapat pendefinisian yang banyak dari para ulama, di antaranya:

أَنَّهَا الْبُيُوتُ الْمَبْنِيَّةُ لِلصَّلاَةِ فِيهَا لِلَّهِ فَهِيَ خَالِصَةٌ لَهُ سُبْحَانَهُ وَلِعِبَادَتِهِ

“Rumah-rumah yang yang dibangun untuk shalat di dalamnya, ikhlas hanya untuk Allah semata dan untuk mengibadahiNya.” (Imam An Nasafi, Madarik At Tanzil, 4/1-3. Darl Kutub Al ‘Arabi, Beirut)

وَكُل مَوْضِعٍ يُمْكِنُ أَنْ يُعْبَدَ اللَّهُ فِيهِ وَيُسْجَدَ لَهُ لِقَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : جُعِلَتْ لِي الأَْرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا

“Setiap tempat yang memungkinkan di dalamnya untuk menyembah Allah dan bersujud kepadaNya, sebab sabdanya Shallallahu ‘Alaihiwa Sallam: “Dijadikan bagiku bumi sebagai masjid dan suci.”   (Imam Al Qurthubi, Al Jami’ Li Ahkamil Quran, 2/78. Darul Kutub Al Mishriyah)

Berkata Syaikh Nashir bin Abdul Karim Al ‘Aql Hafizhahullah, sebagai berikut:

المسجد هو مكان الصلاة للجماعة وللجمعة ، وكل ما اتخذه الناس مصلى فهو مسجد ؛ لأن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال : « وجُعلَت لي الأرض مسجدا وطهورا » ، وإن كان مسمى المسجد صار أخص من سائر الأرض . والمسجد في الإسلام ، وكما كان في عهد النبي -صلى الله عليه وسلم- ليس مكان إقامة الصلاة فحسب ، بل كان منطلق أنشطة كثيرة . . . فكان النبي -صلى الله عليه وسلم- يعقد فيه الاجتماعات ، ويستقبل فيه الوفود ، ويقيم فيه حلق الذكر والعلم والإعلام ، ومنطلق الدعوة والبعوث ، ويبرم فيه كل أمر ذي بال في السلم والحرب . وأول عمل ذي بال بدأه النبي -صلى الله عليه وسلم- حين قدم المدينة مهاجرا أن شرع في بناء المسجد ، وكان النبي -صلى الله عليه وسلم- إذا قدم أن سفر بدأ بالمسجد ، كما ورد في الصحيح .

“Masjid adalah tempat shalat bagi (shalat) jamaah dan shalat jumat, dan setiap tempat yang dijadikan oleh manusia sebagai tempat shalat maka itu adalah masjid. Karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Dijadikan untukku bumi sebagai masjid yang suci.” Sesungguhnya penamaan masjid merupakan sesuatu yang lebih khusus dibanding semua bagian bumi. Dan, masjid dalam Islam, sebagaimana pada masa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bukanlah hanya tempat shalat semata, bahkan di sana menjadi titik tolak aktifitas yang banyak … Dahulu Nabi Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam pernah mengikat (mengadakan) berbagai perkumpulan, menerima utusan, dan mendirikan berbagai halaqah dzikir, ilmu, dan informasi, mengirim da’i dan utusan, memperkuat segala urusan yang terkait hal perdamaian dan perang. Aktifitas pertama yang dimulai oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika datang hijrah ke Madinah adalah menetapkan pembangunan masjid, dan Nabi Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam, jika datang dari berpergian juga mampir ke masjid dulu, sebagaimana diriwayatkan dari hadits shahih.” (Syaikh Nashir bin Abdul Karim Al ‘Aql, Atsarul ‘Ulama fi Tahqiqi Risalatil Masjid, Hal. 12. Mawqi’ Al Islam)

Ada pun yang menjadi batasan masjid telah terjadi perbedaan para ulama, namun pandangan yang lebih mengena adalah ruang apa pun yang padanya jamaah sudah layak melakukan shalat tahiyatul masjid, maka dia termasuk bagian masjid. Maka, taman masjid, parkiran, ruang perpustakaan, aula yang disewakan, bukanlah termasuk masjid walau mereka di lingkungan sekitar atau area masjid. Sebab, tempat-tempat ini tidak lazim digunakan untuk tahiyatul masjid, dan biasanya manusia tidak akan berfikir tahiyatul masjid di dalamnya. Sehingga jika mu’takif (orang yang I’tikaf) ke tempat-tempat ini tanpa hajat yang syar’i, maka I’tikafnya terputus.

Wallahu A’lam

(Bersambung …)

🍃🌸🌷🌾🌿🌻🍁☘

✏ Farid Nu’man Hasan

Serial Fiqih I’tikaf

Fiqih I’tikaf Bag 1

Fiqih I’tikaf Bag 2

Fiqih I’tikaf Bag 3

Fiqih I’tikaf Bag 4

Fiqih I’tikaf Bag 5

Fiqih I’tikaf Bag 6

Fiqih I’tikaf Bag 7

Fiqih I’tikaf Bag 8

Fiqih I’tikaf Bag 9

Download E-book Fiqih I’tikaf:

Fiqih I’tikaf oleh Farid Nu’man Hasan

Berpuasa Tapi Sedang Menjalanan Terapi

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum..ustd
Mohon penjelasan: bagaimana hukumnya bagi seseorang yang tidak berpuasa karena harus menjalani terapi minum obat secara teratur diantara waktu berpuasa. Jika harus menggati dg membayar fidyah, bolehkah dibayarkan oleh orang tuanya dinegara yang berbeda? Terimakasih atas pencrahannya.

(+62 812-7790-9xxx)

📬 JAWABAN

🌱🌱🌱🌱

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah .. Bismillah wal Hamdulillah ..

Semoga Allah Ta’ala memberikan kesembuhan yang sempurna kepada saudara penanya .. amiin.

Dalam masalah ini, perlu diperjelas dulu bagqimqna penyakit yang dialami. Jika itu penyakit yang masih ada harapan sembuh, maka cara menggantinya adalah qadha di hari-hari lain.

Hal ini ditegaskan oleh ayat:

فمن كان منكم مريضا او على سفر فعدة من ايام اخر

Barangsiapa di antara kalian sakit atau dalam keadaan safar, maka kalian boleh mengganti puasa yang kalian tinggalkan dihari-hari lainnya. (Qs. Al Baqarah: 184)

Ada pun jika penyakit tersebut adalah penyakit menahun, sulit sembuh, shgga sulit berpuasa kapan pun, maka dia fidyah, bukan qadha.

Hal ini berdasarkan ayat:

و على الذين يطيقونه فدية طعام مسكين

Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. (Qs. Al Baqarah: 184)

Nah, kondisi yang ditanyakan ini mesti dipetakan, jenis penyakit yang mana. Jika masih ada harapan sembuh, maka qadhalah dihari-hari sehat nanti. Jika termasuk penyakit menahun, yang membuatnya berat berpuasa, maka fidyah. Fidyah boleh dibayarkan oleh keluarganya jika memang dia tidak mampu atau memang belum berpenghasilan, idealnya diberikan kepada fakir miskin setempat dengannya.

Demikian. Wallahu A’lam

☘🌸🌺🌴🌻🍃🌾🌷

✍ Farid Nu’man Hasan

Fiqih I’tikaf (Bag. 6)

💥💦💥💦💥💦

📌Hadits: Tidak Ada I’tikaf Kecuali Pada Tiga Masjid

Bunyi hadits:

لا اعتكاف إلا في المساجد الثلاثة

“Tidak ada i’tikaf kecuali pada 3 masjid.” (HR. Ath Thahawi, Syarh Musykilul Atsar No. 2771. Al Baihaqi , 4/316) yaitu masjidil haram, masjid nabawi, dan masjidil aqsha
Syaikh Utsaimin mengatakan: hadits ini dhaif (lemah). (Syarhul Mumti’, 6/164).

Sementara Syaikh Al Albani mengatakan:

و هذا إسناد صحيح على شرط الشيخين

Isnad hadits ini shahih sesuai syarat syaikhain (Bukhari-Muslim). (As Silsilah Ash Shahihah No. 2786)

Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu memaknai bahwa hadits di atas, hanya mengingkari kesempurnaan I’tikaf saja, tidak sampai mengingkari keabsahan I’tikaf di masjid lain.

Syaikh Al Albani mengatakan bahwa Ibnu Mas’ud mentakwil demikian, Katanya:

لا اعتكاف كاملا ، كقوله صلى الله عليه وسلم : ” لا إيمان لمن لا أمانة له ، و لا دين لمن لا عهد له ” و الله أعلم

“I’tikafnya tidak sempurna, sebagaimana Sabdanya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Tidak ada iman bagi yang tidak menjaga amanah, dan tidak beragama bagi yang tidak menepati janji.” Wallahu A’lam (Ibid)

Syaikh Utsaimin Rahimahullah juga memahami demikian, katanya:

إن صح هذا الحديث فالمراد به لا اعتكاف تام، أي أن الاعتكاف في هذه المساجد أتم وأفضل، من الاعتكاف في المساجد الأخرى، كما أن الصلاة فيها أفضل من الصلاة في المساجد الأخرى. ويدل على أنه عام في كل مسجد قوله تعالى: {{وَلاَ تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ}} [البقرة: 187] .فقوله تعالى: {{فِي الْمَسَاجِدِ}} (الـ) هنا للعموم….

Jika hadits ini shahih, maka maksudnya adalah I’tkafnya tidak sempurna, yaitu sesungguhnya I’tikaf di masjid-masjid ini adalah lebih sempurna dan afdhal dibanding I’tikaf di masjid lain sebagaimana shalat di dalamnya lebih afdhal dibanding shalat di masjid lain. Hal yang menunjukkan bahwa ini berlaku untuk semua masjid adalah firmanNya: (Janganlah kalian mencampuri mereka sedangkan kalian I’tikaf di masjid-masjid), firman Allah fil Masajid (di masjid-masjid), Al (alif lam) di sini menunjukkan umum … (Ibid)

Beliau melanjutkan:

ثم كيف يكون هذا الحكم في كتاب الله للأمة من مشارق الأرض ومغاربها، ثم نقول: لا يصح إلا في المساجد الثلاثة؟! فهذا بعيد أن يكون حكم مذكور على سبيل العموم للأمة الإسلامية، ثم نقول: إن هذه العبادة لا تصح إلا في المساجد الثلاثة، كالطواف لا يصح إلا في المسجد الحرام. فالصواب أنه عام في كل مسجد، لكن لا شك أن الاعتكاف في المساجد الثلاثة أفضل، كما أن الصلاة في المساجد الثلاثة أفضل.

Lalu, bagaimana bisa hukum yang terdapat dalam kitabullah yang berlaku bagi umat di timur dan barat, lalu kita mengatakan kepada mereka: tidak sah kecuali di tiga masjid? Ini adalah sangat jauh, jika hukum tersebut diterapkan secara umum bagi semua umat Islam. Kemudian kita mengatakan ibadah ini tidak sah kecuali di tiga masjid, seperti thawaf tidak sah kecuali di masjidil haram.
Yang benar adalah bahwa ini berlaku umum pada setiap masjid, tetapi tidak ragu lagi I’tikaf di tiga masjid tersebut lebih utama, sebagaimana shalat di dalamnya lebih utama. (Ibid)

Hanya saja Syaikh Utsaimin menegaskan, bahwa yang disebut masjid adalah yang di dalamnya ditegakkan shalat berjamaah dan shalat Jumat, jika tidak ada shalat Jumat, maka itu bukan masjid. Dengan kata lain, beliau sebenarnya berada pada kelompok pertama, yaitu hanya membolehkan I’tikaf pada masjid jami’, hanya saja beliau tidak mengistilahkannya dengan masjid jami’

Bersambung …

🍃🌾🌸🌴🌺☘🌷🌻

✏ Farid Nu’man Hasan

Serial Fiqih I’tikaf

Fiqih I’tikaf Bag 1

Fiqih I’tikaf Bag 2

Fiqih I’tikaf Bag 3

Fiqih I’tikaf Bag 4

Fiqih I’tikaf Bag 5

Fiqih I’tikaf Bag 6

Fiqih I’tikaf Bag 7

Fiqih I’tikaf Bag 8

Fiqih I’tikaf Bag 9

Download E-book Fiqih I’tikaf:

Fiqih I’tikaf oleh Farid Nu’man Hasan

Membela Kehormatan Ulama

💦💥💦💥💦💥

Berikut ini adalah fatwa Syaikh Abdullah Al Faqih terhadap buku yang penjudulannya begitu menghina dan merendahkan Syaikh Yusuf Al Qaradhawi Hafizhahullah.

رقم الفتوى 10713 إهانة العلماء وتحقيرهم حرام
تاريخ الفتوى : 16 رجب 1422
السؤال
صدر كتاب في عنوانه إطلاق اسم ( الكلب العاوي ) على العلامة الشيخ القرضاوي حفظه الله ورعاه من كل شر، فهل هذا من الإسلام أن يطلق على العالم المسلم لقب الكلب العاوي والعياذ بالله؟
الفتوى
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أما بعد:
فلا يجوز إطلاق هذا الوصف على أحد من العلماء أو الدعاة ، بل ولا يجوز إطلاقه على أي مسلم.
ويجب احترام العلماء وتوقيرهم ، وإحسان الظن بهم ، ولزوم الأدب في نقاشهم أو الرد عليهم.
وإهانة العلماء وازدراؤهم -مع كون ذلك محرماً- يهون من قيمة العلم وأهله ، ويجرئ العامة على ترك التعلم ، والعزوف عن مجالس العلماء ، وربما قادهم ذلك إلى نبذ الدين رأساً. والله المستعان.
المفتي: مركز الفتوى بإشراف د.عبدالله الفقيه

No Fatwa: 10713 : “Menghina Ulama dan Merendahkan Mereka adalah Haram”

Tanggal Fatwa : 16 Rajab 1422H

Pertanyaan:

Telah terbit sebuah buku yang penjudulannya memutlakan penamaan (Al Kalb Al ‘Aawi – Anjing Menggonggong, kaya Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i Rahimahullah)  terhadap Al ‘Allamah Asy Syaikh Yusuf Al Qaradhawi -semoga Allah  menjaganya dan melindunginya dari segala keburukan. Apakah hal tersebut termasuk dari Islam memutlakan sebuah gelar kepada seorang ulama muslim dengan  sebutan  Anjing Menggonggong – wal ‘iyadzubillah?

Jawaban:

Alhamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala rasulillah wa ‘ala aalihi wa shahbihi amma ba’d:

Secara mutlak tidak boleh memberikan sifat tersebut kepada seorang  pun dari ulama atau para da’i, bahkan hal itu juga tidak boleh kepada muslim mana pun. Wajib menghormati para ulama dan  menjaga kewibawaan mereka, dan berbaik sangka terhadap mereka, dan mesti menjaga adab dalam berdiskusi dan menyanggah pendapat mereka.

Menghina ulama dan merendahkan mereka –yang mana itu adalah perbuatan haram- (berarti) telah menghina ilmu dan ahlinya, dan membuat orang umum meninggalkan upaya menuntut ilmu, dan menjauhi majelis para ulama, dan barang kali itu juga menuntun mereka untuk mengenyampingkan agama secara langsung. Wallahul Musta’an!

(Mufti: Markaz Al Fatwa, dengan pembimbing: Dr. Abdullah Al Faqih)

🍃🌾🌸🌻🌴🌺🌷☘

✏ Farid Nu’man Hasan

scroll to top