Transplantasi Rambut

 PERTANYAAN:

Assalmualaikum ustadz ijin bertanya, apa hukum transplasi/menumbuhkan rambut dalam islam??
Mohon penjelasannya ustadz
Jazakallahukhairan katsiran


 JAWABAN

Wa’alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh

Transplantasi Rambut (Ziro’atusy Sya’r), adalah hal baru, dan menurut mayoritas ulama saat ini adalah boleh. Itu bukan termasuk mengubah ciptaan Allah Ta’ala, bukan termasuk menyambung rambut yang terlarang, tapi masuk kategori Izalatul ‘Aib (menghilangkan aib). Para ulama yang menyatakan boleh seperti fatwa Al Azhar di Darul Ifta Al Mishriyah.

Darul-Ifta (Lembaga Fatwa Mesir) menjelaskan bahwa transplantasi rambut diperbolehkan secara syar’i jika bersifat permanen, yakni rambut yang ditanam dapat tumbuh dan menetap seperti rambut alami, dan hal tersebut tidak dianggap sebagai penipuan atau kecurangan.

Adapun jika transplantasi tersebut bersifat sementara dan rambut akan rontok setelah beberapa waktu, maka hukumnya sama seperti penggunaan wig (rambut palsu) yang terlarang.

Ini juga difatwakan oleh para ulama Arab Saudi seperti Syaikh Bin Baaz, Syaikh Utsaimin, dan Lajnah Daimah.

Demikian. Wallahu A’lam

✍ Farid Numan Hasan

Menyentuh Najis Apakah Batal Wudhu?

 PERTANYAAN:

Ustadz kalo kita nginjek tau tikus apakah wudhu kita batal? (+62 857-8141-xxxx)

 JAWABAN

▪▫▪▫▪▫▪▫

Tidak, menyentuh najis bukan pembatal wudhu. Tapi wajib, membersihkannya karena itu najis dan dapat menghalangi sahnya shalat.. Jadi, cukup dibersihkan sebersih-bersihnya..

Syaikh Abdullah Al Faqih:

وأما لمس النجاسة: فإنه ليس من نواقض الوضوء، كما بينا ذلك في الفتوى رقم: 115116، فإذا مس المتوضئ نجاسة وجبت عليه إزالتها ولم يجب عليه إعادة الوضوء

Menyentuh najis bukanlah pembatal wudhu sebagaimana penjelasan dalam fatwa no. 115116, jika orang yg berwudhu menyentuh najis maka wajib baginya menghilangkan najis itu tapi tidak wajib mengulangi wudhunya.

(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah, no. 137795)

Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid:

نواقض الوضوء معروفة ، وهي مذكورة في جواب السؤال (14321) ، وليس منها لمس النجاسة
ولكن . . من مس نجاسة فإنه لا يجوز له أن يصلي حتى يغسلها

Pembatal wudhu itu sudah dikenal, telah disebutkan dalam fatwa no. 14321, dan menyentuh najis tidak termasuk di dalamnya. Tapi bagi yang menyentuh najis tidak boleh shalat sampai dia mencucinya dulu.

(Al Islam Su’aal wal Jawaab no. 12801)

Wallahu A’lam

 Farid Nu’man Hasan

Rukun Haji Berdasarkan Empat Mazhab

 PERTANYAAN:

Assalaamu’alaykum Ustadz, mohon penjelasan, apa saja rukun & wajib haji berdasarkan empat madzhab? Bagaimana dengan hajinya Syiah 12 Imam? JazaakAllaahu khair

 JAWABAN

▪▫▪▫▪▫▪▫

Wa’alaikumussalam Wa Rahmatullah Wa Barakatuh

Rukun haji memang diperselisihkan para ulama. Menilik para Fuqaha mazhab adalah sebagai berikut:

– Hanafiyah, rukun hanya 2

1. Wuquf di Arafah

2. Thawaf Ifadhah

Ada pun ihram, adalah syarat sahnya haji. Sedangkan Sa’i adalah wajib, bukan rukun.

– Malikiyah dan Hambaliyah, rukun ada 4

1. Ihram
2. thawaf ifadhah
3. sa’i
4. Wuquf

– Syafi’iyah, ada 6

4 yang di atas, dan

5. Tahalul, minimal 3 helai rambut
6. Tertib menjalankan semua rukun

(Syaikh Abdurrahman Al Juzairi, Al Fiqhu ‘ala madzahib Al Arba’ah, jilid. 1, hal. 577-578)

Wallahu A’lam

 Farid Nu’man Hasan

Khulu’ Apakah Sama dengan Talak?

 PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum ustadz.. Ada pertanyaan terkait khulu’

Bila seorang istri mengajukan cerai (khulu’) apakah hukumnya sama seperti talaq.. Sudah jatuh cerai.. Atau menunggu persetujuan suami ??

Lalu apabila istri mengajukan cerai (khulu’) melalui pengadilan Agama apakah otomatis langsung disetujui oleh Hakim ?? (+62 812-7399-xxxx)


 JAWABAN

▪▫▪▫▪▫▪▫

Wa’alaikumussalam WA Rahmatullah WA Barakatuh

– Istri nuntut cerai, lalu diceraikan oleh hakim, maka itu khulu’, istri mesti bayar iwadh dan mengembalikan mahar. Mayoritas ulama menyatakan khulu’ sama dengan talak bain. Sementara hambali mengatakan khulu’ adalah fasakh (pembatalan pernikahan).

– istri nuntut cerai, lalu suami yang menceraikan, maka ini talak biasa.

– hakim belum tentu mengabulkan khulu’, tergantung alasan-alasannya apakah layak atau tidak.

Wallahu A’lam

 Farid Nu’man Hasan

scroll to top