Tadabur Ayat: Kelicikan Syetan Dalam Menyesatkan Manusia

💦💥💦💥💦💥💦💥

Kelicikan syetan Allah Ta’ala ceritakan dalam ayat berikut:

وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ ۖ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي ۖ فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ ۖ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ ۖ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ ۗ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Dan berkatalah syetan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih. (QS. Ibrahim: 22)

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Imam Ibnul Jauzi Rahimahullah mengutip dari umumnya ahli tafsir:

“Pada saat ahli surga masuk ke surga, dan ahli neraka masuk ke neraka, maka penduduk neraka begitu marah kepada Iblis. Lalu Iblis pun berdiri di antara mereka dan berkhutbah, sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan (di atas).”

📚 Imam Ibnul Jauzi, Zaadul Masiir fi ‘Ilmit Tafsiir, 2/510

📌 Pelajaran penting dari ayat ini:

📓 Ini adalah pengakuan syetan saat hari pembalasan

📓 Syetan mengakui Allah punya janji dan janji Allah Ta’ala adalah haq (benar).

📓 Syetan menyatakan dirinya juga berjanji tapi dia mengakui telah ingkar thdp janjinya

📓 Syetan menyatakan dia tidak berkuasa untuk memaksa manusia untuk mengikuti dirinya, tapi dasar manusianya saja yang mau mengikutinya

📓 Maka, kata syetan kepada manusia, _”jangan salahkan aku tapi salahkan diri kalian sendiri”_

📓 Syetan mengakui dirinya lemah dan tidak mampu menolong manusia yang mengikutinya, dan manusia itu pun tidak mampu menolong dirinya sndiri

📓 Bahkan, ternyata syetan pun tidak suka dan tidak membenarkan kalau manusia menjadi musyrik, padahal kesyirikan itu disebabkan oleh rayuannya.

📓 Syetan tidak mau disalahkan, tapi dia katakan “Jangan cerca aku, tapi cercalah diri kalian sendiri.”

Wa na’udzu billah tsumma na’udzu billah

Wallahu A’lam

🌿☘🌷🌻🌾🍃🌸🌳

✍ Farid Nu’man Hasan

Fa’tabiruu Ya Ulil Abshaar!!

💢💢💢💢💢💢

📌 Ada manusia mengolok-olok cadar, gamis, jenggot, dan jidat hitam, tp dia membiarkan pakaian seksi dan umbar aurat … Fa’tabiruu ya ulil Abshaar!!

📌 Ada manusia habis waktunya mendebatkan sampaikah bacaan Al Fatihah kepada mayit, tapi dia tidak pernah menyampaikan bacaan doa untuk saudaranya terzalimi di Palestina, Rohingnya, Uighur, dan lainnya … Fa’tabiruu ya Ulil Abshaar !!

📌 Ada manusia yang rajin mengoleksi kesalahan saudaranya yang sudah mau shalat setelah lama dia meninggalkannya, tp dia mendiamkan keluarganya sendiri yang tidak mau shalat di depan hidungnya … Fa’tabiruu ya Ulil Abshaar!!

📌 Ada orang yang meributkan hukum membunuh cicak, nyamuk, dan lalat, tp tidak pernah sibuk terhadap tertumpahnya darah kaum muslimin di daerah minoritas di berbagai belahan dunia … Fa’tabiruu Ya Ulil Abshaar !!

📌 Semua ini terjadi karena gagal fahamnya terhadap Fiqih Aulawiyat (Fiqih Prioritas) .. Fa’tabiruu ya ulil Abshaar!!

Wallahul Muwaffiq Ilaa aqwamith Thariq

Wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam

🌴🍄🌷🌱🌸🍃🌵🌾

✍ Farid Nu’man Hasan

Tabi’in Terbaik; Uwais bin ‘Amir al Qarni Radhiallahu ‘Anhu

💢💢💢💢💢💢💢💢

عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِينَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ وَلَهُ وَالِدَةٌ وَكَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَمُرُوهُ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُم

Dari ‘Umar bin Al Khaththab dia berkata; Sungguh aku telah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Sebaik-baik tabi’in, adalah seorang laki-laki yang dibiasa dipanggil Uwais, dia memiliki ibu, dan dulu dia memiliki penyakit belang ditubuhnya. Carilah ia, dan mintalah kepadanya agar memohonkan ampun untuk kalian.”‘ (HR. Muslim no. 2542)

Usair bin Jabir bercerita:

كَانَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ – رضي الله عنه – إِذَا أَتَى عَلَيْهِ أَمْدَادُ أَهْلِ الْيَمَنِ سَأَلَهُمْ: أَفِيكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ؟ , حَتَّى أَتَى عَلَى أُوَيْسٍ , فَقَالَ: أَنْتَ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ؟ , فَقَالَ: نَعَمْ , قَالَ: مِنْ مُرَادٍ , ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ؟ , قَالَ: نَعَمْ , قَالَ: فَكَانَ بِكَ بَرَصٌ فَبَرَأتَ مِنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ دِرْهَمٍ؟ , قَالَ: نَعَمْ , قَالَ: لَكَ وَالِدَةٌ؟ , قَالَ: نَعَمْ). (فَقَالَ لَهُ عُمَرُ: اسْتَغْفِرْ لِي , فَقَالَ: أَنْتَ أَحَقُّ أَنْ تَسْتَغْفِرَ لِي , أَنْتَ صَاحِبُ رَسُولِ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ عُمَرُ: إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ: ” إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِينَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ: أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ)

Sesungguhnya jika datang kepada Umar Radhiallahu ‘Anhu serombongan pasukan dari Yaman, dia akan bertanya:

“Apakah di antara kalian terdapat Uwais bin Amir?” Sampai Beliau datang kepada Uwais, dan bertanya:

“Kamu Uwais bin ‘Amir?” Uwais menjawab: “Ya”

Umar: “Dari daerah Murad, lalu dari Qarn?” Uwais menjawab: “Ya.”

Umar: “Kamu pernah kena penyakit belang dan sudah sembuh kecuali tinggal seukuran koin dirham?” Uwais menjawab: “Ya.”

Umar: “Kamu punya ibu?” Uwais menjawab: “Ya.”

Umar berkata: “Mohonkanlah ampunan untukku”

Uwais menjawab: “Andalah yang yang lebih pantas memohonkan ampun untukku, karena Anda sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”

Umar berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya sebaik-baiknya tabi’in adalah seseorang yang dipanggil dengan: Uwais bin ‘Amir.”

(Al Jami’ Ash Shahih Lis Sunan wal Masanid, jilid. 16, hal. 371. Syaikh Syuaib al Arnauth mengatakan: shahih)

Beberapa Pelajaran:

– Dia adalah Abu Amr, Uwais bin ‘Amir bin Juz’in bin Malik Al Qarni Al Muradi Al Yamani. Dia adalah teladan, seorang yg zuhud, pimpinannya para tabi’in, wali Allah di antara orang-orang bertakwa, dan hambaNya yang mukhlis. (Imam adz Dzahabi, Siyar A’lam An Nubala, jilid. 4, hal. 519)

– Imam an Nawawi mengatakan hadits ini menunjukkan salah satu mu’jizat yang nyata. (Syarh Shahih Muslim, jilid. 16, hal. 95) Sebab, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam belum pernah berjumpa sama sekali dengan Uwais, tapi sudah mengenalinya baik fisik dan sifatnya.

– Ketinggian Uwais Al Qarni karena baktinya kepada ibunya, selain keshalihan dan kezuhudannya.

– Kita dapati Imam Ahmad bin Hambal berkata: “Tabi’in yang paling utama adalah Sa’id bin al Musayyab.” Lalu ada yang berkata kepadanya: “Alqamah dan Al Aswad.” Dia (Imam Ahmad) berkata: “Sa’id bin al Musayyab, ‘Alqamah, dan Al Aswad.” Darinya pula: “Tabi’in paling utama dalah Qais Abu ‘Utsman, ‘Alqamah dan Masruq, merekalah orang-orang utama dan petingginya tabi’in.” Dia berkata juga: “Atha’ adalah mufti Mekkah, Hasan al Bashri adalah mufti Bashrah, dua orang ini manusia yg paling banyak ilmunya dari mereka.”

(Tafsir Al Qurthubi, jilid. 8, hal. 239)

– Perkataan Imam Ahmad bin Hambal di atas adalah yang terbaik dalam konteks keilmuan, Imam An Nawawi menjelaskan:

أَنَّ مُرَادَهُمْ أَنَّ سَعِيدًا أَفْضَلَ فِي الْعُلُومِ الشَّرْعِيَّةِ كَالتَّفْسِيرِ وَالْحَدِيثِ وَالْفِقْهِ وَنَحْوِهَا لَا فِي الْخَيْرِ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى

Maksudnya, bahwasanya Sa’id bin al Musayyab itu lebih utama dalam berbagai ilmu syar’iyyah seperti tafsir, hadits, fiqih, dan semisalnya, bukan kedudukan kebaikan di sisi Allah Ta’ala.

(Syarh Shahih Muslim, jilid. 16, hal. 96)

– Umar bin Al Khathab Radhiallahu ‘Anhu jelas lebih utama dibanding Uwais Al Qarni Radhiallahu ‘Anhu, tapi dengan rendah hati dia minta didoakan oleh Uwais.

– Ini ketawadhuan Umar Radhiallahu ‘Anhu, dan menunjukkan bahwa tidak masalah seseorang yang lebih utama minta didoakan kepada orang yang di bawahnya.

Wallahu A’lam

Wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘Ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam

🌿🌷🌺🌻🌸🍃🌵🌴

✍ Farid Nu’man Hasan

Kami Tidak Melakukannya, Tapi Kami Tidak Mencela Orang yang Melakukannya

💢💢💢💢💢💢💢💢

Suatu ketika, Imam Ahmad bin Hambal ditanya tentang hukum orang yang shalat Ba’diyah Ashar, Beliau Rahimahullah menjawab:

لا نفعله ولا نعيب فاعله

Kami tidak melakukannya tapi kami tidak juga menilai aib orang yang melakukannya.

(Al Mughni, 2/87, Syarhul Kabir, 1/802)

Inilah adab seorang imam yang luas wawasan dan dewasa bersikap. Beliau sangat paham bahwa masalah yang masih diperdebatkan ulama tidaklah pantas untuk berkata-kata pedas dan ketus, kepada yang pihak yang memilih pandangan berbeda. Tidak pula sangat mati-matian memaksa orang lain mengubah pendapatnya seperti yang diyakininya.

Syaikh Umar bin Abdullah Kamil berkata:

لقد كان الخلاف موجودا في عصر الأئمة المتبوعين الكبار: أبي حنيفة ومالك والشافعي وأحمد والثوري والأوزاعي وغيرهم. ولم يحاول أحد منهم أن يحمل الآخرين على رأيه أو يتهمهم في علمهم أو دينهم من أجل مخالفتهم

“Telah ada perselisihan sejak lama pada masa para imam besar panutan: Abu Hanifah, Malik, Asy Syafi’i, Ahmad, Ats Tsauri, Al Auza’i, dan lainnya. Tak satu pun mereka memaksa yang lain untuk mengubah agar mengikuti pendapatnya, atau melemparkan tuduhan terhadap keilmuan mereka, atau tuduhan terhadap pemahaman agama mereka lantaran perselisihan itu.”

(Syaikh Umar bin Abdullah Kamil, Adab Al Hiwar wal Qawaid Al Ikhtilaf, hal. 32. Mauqi’ Al Islam)

Di masa pandemi ini, akhlak para imam ini sangat kita perlukan. Khususnya di saat umat Islam berselisih pandangan tentang shalat merenggangkan shaf, shalat memakai masker, lockdown masjid beberapa waktu, vaksinasi, dan masalah-masalah debatable lainnya.

Allah Ta’ala berfirman:

وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعۡدِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا وَلِإِخۡوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلۡإِيمَٰنِ وَلَا تَجۡعَلۡ فِي قُلُوبِنَا غِلّٗا لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٞ رَّحِيمٌ

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, Sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.”

(QS. Al-Hasyr, Ayat 10)

Wallahu A’lam

Wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam

🌿🌷🌺🌻🌸🍃🌵🌴

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top