Tafsir Surat At-Tahrim (Bag. 7)

Perumpaan Istri-Istri Durhaka

ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا امْرَأَتَ نُوحٍ وَامْرَأَتَ لُوطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ

Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke dalam jahanam bersama orang-orang yang masuk (Jahanam)”(QS. At Tahrim:10)

Nama Istri Nabi Nuh dan Istri Nabi Luth

Dalam ayat ini secara khusus Allah menyebut istri nabi Nuh dan nabi Luth, sebagai perumpamaan dan contoh istri-istri dikalangan para nabi yang durhaka, baik kepada suaminya maupun kepada Allah.

Firman Allah:

ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا امْرَأَتَ نُوحٍ وَامْرَأَتَ لُوطٍ

Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir..

Menurut Al Qurthubi mengutip pendapat dua pendapat yang berbeda riwayat, yang pertama dari Muqatil, bahwa nama istri nabi Nuh adalah Walihah dan nama istri nabi Luth adalah Wali’ah. Sedangkan menurut Ad Dhahaq dari Aisyah Radhiyallah anhu bahwa nama istri Nuh adalah Waghilah dan istri nabi Luth Walihah.[1]

Nabi yang beristrikan wanita kafir?

Firman Allah:

لُوطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا

Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing)

Ayat diatas menyebutkan bahwa istri nabi Shalih dan istri nabi Luth mereka berdua memiliki suami dikalangan para Nabi utusan pilihan Allah dari hamba-hamba-Nya untuk menyebarkan tauhid diatas muka bumi. Lalu mengapa mereka memiliki istri seorang kafir? Bukankan itu bisa menjadi bumerang bagi seorang da’i sekaligus nabi? Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:

1⃣     Ikatan iman lebih tinggi dari ikatan darah

Hal ini disebutkan dalam firman Allah saat nabi Nuh berdoa agar anaknya diselamatkan dari air bah yang besar, kemudian Allah jawab:

وَنَادَى نُوحٌ رَبَّهُ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ابْنِي مِنْ أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَأَنْتَ أَحْكَمُ الْحَاكِمِينَ (45) قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ (46)

Dan Nuh berkata kepada Rabb-nya,”Ya Tuhanku sesungguhnya anakku  termasuk keluargakum dan sesungguhnya janji-Mu benar, dan Engkau adalah hakim yang paling Adil. Allah berfirman,”Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, sesungguhnya perbuatannya tidak baik, sebab itu janganlah kamu memohon sesuatu kepada-Ku yang kamu tidak mengetahui hakikatnya, sesungguhnya Aku memperingatkan kamu agar tidak termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan”. (QS. Hud[11]:45-46)

Ayat diatas diterangkan oleh para ulama tafsir bahwa putra nabi Nuh menampakkan ajaran agama yang di bawa oleh Nabi Nuh, namun ia menyembunyikan apa yang ada dihatinya dari kemunafikan. Sehingga Nuh menyangka ia adalah anggota keluarganya, seperti orang munafik yang menampakkan iman dihadapan Rasulullah sedang mereka kafir didalam hatinya.[2] Dan Allah yang menunjukkan hal tersebut dalam firmannya:

إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ

Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, sesungguhnya perbuatannya tidak baik.

2⃣     Di akherat kedekatan nasab tidaklah penting.

Dengan catatan jika masing-masing mereka berbeda agama, sehingga tidak berguna kedekatan istri dan suami jika salah satu diantara mereka kafir, namun jika seagama, maka mereka akan dapat memberi manfaat satu dan lainnya.[3] . keluarga yang dapat memberi manfaat jika mereka beriman adalah seperti kemuliaan anak yang hafal Al Qur’an terhadap orang tuanya:

عن بريدة الأسلمي رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال – عن صاحب القرآن – : ( وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ ، وَيُكْسَى وَالِدَاهُ حُلَّتَيْنِ لَا يُقَوَّمُ لَهُمَا أَهْلُ الدُّنْيَا ، فَيَقُولَانِ : بِمَ كُسِينَا هَذِهِ ؟ فَيُقَالُ : بِأَخْذِ وَلَدِكُمَا الْقُرْآنَ  – وروى أحمد (22950)

Dari Buraidah al Aslami radhiyallah anhu, dari Nabi Shalallahu alaihi wa sallam, beliau berkata tentang orang yang hafal Al Qur’an, kelak akan dipakaikan kepada orang tua mereka mahkota kemuliaan, dan dipakaikan kepada mereka perhiasan yang membuat tercengang penduduk dunia, lalu mereka bertanya,” Mengapa kami dipakaikan pakaian kemuliaan ini?, kemudian Allah menjawab,”Karena anakmu yang hafal Al Qur’an”. ( HR. Ahmad, 22950)

3⃣     Sifat-sifat durhaka Istri Nabi Nuh dan Nabi Luth

Al Mawardi menyebutkan empat hal kedurhakaan istri nabi Nuh dan nabi Luth sehingga mereka dijadikan perumpamaan.[4]

a.       Mereka berdua kafir dan mereka di cap berkhianat dalam agama karena kekafirannya.

b.      Mereka adalah orang munafik yang menampakkan iman dan menyembunyikan kekafiran

c.       Karena mereka suka melakukan perbuatan namimah¸(mencela) jika wahyu turun kepada suami mereka, lalu mereka menyebarkannya dikalangan orang-orang kafir sehingga mereka menjelekkan nabi-nabi tersebut.

d.      Khianatnya istri Nabi Nuh adalah suka mengatakan dan menuduh nabi Nuh gila (majnun), jika ada salah seorang beriman kepada nabi Nuh, maka istrinya segera menyebarkan kabar tersebut kepada penguasa kemudian mereka menggunjing dan menjelek-jelekkan nabi Nuh.

Syekh Wahbah Zuhaili menyebutkan bahwa istri Nabi Nuh suka menghina dan melecehkan suaminya dihadapan manusia dengan mengatakan Nabi Nuh gila. Sedangkan istri nabi Luth suka memberitahukan tamu laki-laki yang datang kerumah Nabi Luth, kepada kaumnya, agar kaumnya bisa berbuat liwath (homoseksual) dengan tamu-tamu tersebut.[5]

Didalam kitab Tafsir al Hadits disebutkan ada tiga golongan wanita terkait surat ini:[6]

📌 Pertama, kaum wanita dalam pengawasan suami yang shalih mereka adal istri nabi Nuh dan istri nabi Luth, mereka ingkar, berkhianat dalam agama. Keberadaan wanita-wanita ini tidaklah bermanfaat sama sekali terhadap suami mereka, dan keberadaan suami mereka tidak dapat menyelamatkan istri-istrinya karena kekafiran.

📌 Kedua, kaum wanita yang berada dalam pengawasan suami yang kafir dan membangkang. Dia adalah istri Fir’aun, ia wanita yang beriman kepada Allah, ia mengingkari kezaliman Fir’aun dan Allah menyelamatnya.

📌 Ketiga, kaum wanita yang tidak dalam ikatan seorang lelaki sebagai suaminya, ia adalah Maryam binti Imran, ia menjaga kesuciannya dan mencari keridhaan Allah.

Firman Allah:

فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ

lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya), “Masuklah ke dalam jahanam bersama orang-orang yang masuk (Jahanam)

Ibnu Asyur mendefinisikan khianat sebagai perbuatan lawan dari amanah.[7]

وَالْخِيَانَةُ وَالْخَوْنُ ضِدُّ الْأَمَانَةِ وَضِدُّ الْوَفَاءِ، وَذَلِكَ تَفْرِيطُ الْمَرْءِ مَا اؤْتُمِنَ عَلَيْهِ وَمَا عُهِدَ بِهِ إِلَيْهِ

Khianat dan al khaun merupakan lawan dari sifat amanah dan jujur, hal itu karena pelakunya menyia-nyiakan yang diamanahkan kepadanya dan apa yang dijanjikan kepadanya.

Hal ini seperti disebutkan didalam Al Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَماناتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengkhainati Allah dan Rasul dan janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu sedang kamu mengetahui” (QS. Al Anfal [8]: 27)

As Sa’di dalam tafsirnya menyebutkan, bahwa pengkhianatan yang dilakukan oleh istri Nabi Nuh dan istri nabi Luth murni dalam masalah agama bukan dalam perzinahan atau perselingkuhan.

وهذا هو المراد بالخيانة لا خيانة النسب والفراش، فإنه ما بغت امرأة نبي قط، وما كان الله ليجعل امرأة أحد من أنبيائه  بغيًا

Maksud khianat disini adalah khianat dalam masalah agama, bukan pada nasab dan firasy (tempat tidur), karena tak ada istri nabi yang berbuat zina, dan Allah tak kan menjadikan istri seorang nabi sebagai pezina. [8]

والله أعلم

🌴🌴🌴🌴🌴🌴

[1] Al Qurthubi, Al-Jami’ Li Ahkam Al Qur’an, (Mesir: Dar Qutub Al Mishriyah, 1384), 18/21
[2] Abu Manshur Al Maturidi, at-Ta’wilat Ahlissunnah, (Beirut: Dar al Kutub,2005) 6/136
[3] Tafsir Al Qurthubi, 18/202
[4] Al Mawardi, TafsirAl Mawardi, 6/47
[5] Wahbah ZUhaily, Tafsir al Munir, 28/325
[6] Darwazat Muhammad Izzat, Tafsir al Hadits, (Kairo: Dar Ihya Turats,1383, 8/540
[7] Ibnu Asyur, At Tahrir wa Tanwir, 28/376
[8] As Sa’di, Tafsir As Sa’di, 1/847

🌴🌿☘🍃🌾🌸🌻🌺

✍ Ust Fauzan Sugiono, Lc. MA

Serial Tafsir Surat At-Tahrim

Tafsir Surat At Tahrim (Bag 1)

Tafsir Surat At Tahrim (Bag 2)

Tafsir At Tahrim (Bag. 3)

Tafsir At Tahrim (Bag. 4)

Tafsir Surat At Tahrim (Bag 5A)

Tafsir Surat At Tahrim (Bag 5B)

Tafsir Surat At Tahrim (Bag 6)

Tafsir Surat At Tahrim (Bag 7)

Tafsir Surat At Tahrim (Bag 8)

Tafsir Surat At Tahrim (Bag 9, Selesai)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top