🏹🏹🏹🏹🏹🏹🏹
Daftar Isi
📌Jangan Haramkan Apa Yang Allah Halalkan
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكَ تَبْتَغِي مَرْضَاتَ أَزْوَاجِكَ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
‘Wahai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu, kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu?dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. ( QS. At Tahrim [66]:1)
📌Sabab Nuzul ayat
Seperti telah disebutkan pada bagian pendahuluan, ayat pertama ini berkisah tentang sikap Nabi Muhammad yang mengharamkan istrinya yaitu Mariyah al Qibtiyah, saat Hafshah mendapati nabi bersama Mariyah dirumah Hafshah, yang pada saat itu merupakah giliran Hafshah yang seharusnya bersama Nabi, Hafshah cemburu. Lalu beliau bersumpah tidak akan mencampuri Mariyah al Qibtiyah lagi dengan maksud agar Hasfhah ridha dan senang atas hal tersebut. namun kemudian Allah menegur sikap nabi tersebut dan memerintahkannya untuk melakukan kafarat atas sumpahnya.[1]
📌Siapakah Mariyah al-Qibtiyah?
Dia adalah Mariyah binti Syama’un dan dilahirkan di dataran tinggi Mesir yang dikenal dengan nama Hafn. Ayahnya berasal dan Suku Qibti, dan ibunya adalah penganut agama Nasrani di Romawi. Setelah dewasa, bersama saudara perempuannya, Sirin, Mariyah dipekerjakan pada Raja Muqauqis di Iskandariyah, Mesir.
Rasulullah mengirim surat kepada Muqauqis melalui Hatib bin Abi Balta’ah, menyeru raja agar memeluk Islam. Raja Muqauqis menerima Hatib dengan hangat, namun dengan ramah dia menolak memeluk Islam, justru dia mengirimkan Mariyah, Sirin, dan seorang budak bernama Maburi, serta hadiah-hadiah berupa emas dan hasil kerajinan dari Mesir untuk Rasulullah. Di tengah perjalanan, Hatib merasakan kesedihan hati Mariyah karena harus meninggalkan kampung halamannya. Hatib menghibur mereka dengan menceritakan tentang Rasulullah dan Islam, kemudian mengajak mereka memeluk Islam.
Mereka pun menerima ajakan tersebut. Ibnu Sa’ad menyebutkan dalam Tabaqat al-Kubra bahwa Aisyah memendam rasa cemburunya kepada Mariyah, “Aku tidak pernah cemburu kepada wanita kecuali kepada Mariyah karena dia berparas cantik dan Rasulullah sangat tertarik kepadanya.Ketika pertama kali datang, Rasulullah menitipkan Mariyah di rumah Haritsah bin Nu’man al-Anshari, lalu dia menjadi tetangga kami. Akan tetapi, beliau sering kali di sana siang dan malam. Aku merasa sedih. Oleh karena itu, Rasulullah memindahkannya ke kamar atas, tetapi beliau tetap mendatangi tempat itu. Sungguh, itu lebih menyakitkan bagi kami.” Di dalam riwayat lain dikatakan bahwa Aisyah berkata, “Allah memberinya anak, sementara kami tidak dikaruni anak seorang pun, diberi nama Ibrahim namun wafat pada usia dua tahun. Mariyah al-Qibthiyah wafat pada zaman pemerintahan Umar bin Khattab pada tahun ke 16 hijrah.[2]
Muhammad Ali As Shabuni menyebutkan, dalam ayat ini Allah mengawali ayat dengan panggilan “Ya Ayyuhan Nabi_ ( Wahai Nabi) padahal sudah jelas bahwa yang dimaksud adalah nabi Muhammad, namun Allah tidak memangil dengan nama, seperti yang Allah lakukan kepada nabi-nabi lain, misalnya Ya Ibrahim, Ya Yusuf, Ya Nuh, Ya Isa dan seterusnya. Hal ini mengandung hikmah bahwa Nabi Muhammad adalah dengan maksud tertentu sebagai penghormatan:
وذلك أعظم دليلٍ وبرهانٍ على أنه صلوات الله عليه أفضل الأنبياء والمرسلين
Hak itu merupakan bukti bahwa Beliau ( Nabi Muhammad Shaallahu alaihi wasallam) adalah sebaik-baik nabi dan Rasul.[3]
📌Kaffarat sumpah
Kaffarat berasal dari derivative kata al kufr artinya menutup ( as satr).[4]
والمقصود بها هنا الاعمال التي تكفر بعض الذنوب وتسترها حتى لا يكون لها أثر يؤاخذ به في الدنيا ولا في الاخرة
Maksudnya amalan-amalan yang menutupi sebagian dosa dan menjadi penghalang agar tidak berpengaruh terhadap hukum Allah di dunia dan diakherat.
Kafarat atas sumpah dilakukan dengan empat cara:[5]
💦 Memberi makan sepuluh orang miskin
Menurut Syafi’, Maliki dan penduduk Madinah sebanyak 1 mud (3/4 kg) untuk satu orang miskin. Dengan makanan pokok negeri (padi, jagung dan sejenisnya) tersebut sesuai dengan makanan yang dimakan. Sedangkan pendapat lain mengatakan, sebanyak setengah sha’ untuk satu orang. Sedangkan 1 sha’ adalh 2,176 kg.[6]
💦 Memberi pakaian
Pakaian yang diberikan layak pakai yang layak untuk mendirikan shalat, seperti celana, sarung dan sejenisnya. Sedangkan kaum wanita baju kurung (khimar) dan kerudung.
💦 Membebaskan seorang budak
💦 Jika tidak mampu maka diganti dengan puasa tiga hari berturut-turut.
Hal ini seperti tercantum dalam firman Allah:
لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُمُ الْأَيْمَانَ فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ ذَلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksudkan (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu dengan memberi makan sepuluh orang miskin yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barangsiapa yang tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kafaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kafarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah dan kamu langgar. Dan dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur. ( QS. Al Maidah [5]:89)
Imam Ibnu Katsir menyebutkan dua pendapat terkait dengan kaffarat sumpah:[7]
ذَهَبَ مَنْ ذَهَبَ مِنَ الْفُقَهَاءِ مِمَّنْ قَالَ بِوُجُوبِ الْكَفَّارَةِ عَلَى مَنْ حَرَّمَ جَارِيَتَهُ أَوْ زَوْجَتَهُ أَوْ طَعَامًا أَوْ شَرَابًا أَوْ مَلْبَسًا أَوْ شَيْئًا مِنَ الْمُبَاحَاتِ، وَهُوَ مَذْهَبُ الْإِمَامِ أَحْمَدَ وَطَائِفَةٍ. وَذَهَبَ الشَّافِعِيُّ إِلَى أَنَّهُ لَا تَجِبُ الْكَفَّارَةُ فِيمَا عَدَا الزَّوْجَةَ وَالْجَارِيَةَ، إِذَا حَرَّم عَيْنَيْهِمَا أَوْ أَطْلَقَ التَّحْرِيمَ فِيهِمَا فِي قَوْلِهِ، فَأَمَّا إِنْ نَوَى بِالتَّحْرِيمِ طَلَاقَ الزَّوْجَةِ أَوْ عِتْقَ الْأَمَةِ، نَفَذَ فِيهِمَا
💦 Imam Ahmad mewajibkan kafarat bagi orang yang mengharamkan budak wanitanya,istri, makanan, minuman, pakaian, atau hal mubah lainnya.
💦 Sedangkan Imam asy-Syafi’i berpendapat tidak wajib, kafarat selain dari mengharamkan istri dan budak wanita saja juga tidak wajib kafarat jika mengharamkan keduanya dalam ucapan saja. Sedangkan jika disertai niat, baik mentalaq isterinya atau membebaskan budaknya maka hukumnya berlaku.
Firman Allah:
قَدْ فَرَضَ اللَّهُ لَكُمْ تَحِلَّةَ أَيْمانِكُمْ وَاللَّهُ مَوْلاكُمْ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
“Sesunggunya Allah telah mewajibkan kepadamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At Tahrim:2)
Ayat diatas merupakan perintah Allah untuk membebaskan diri dari sumpah dengan kaffarat (tebusan) seperti tercantum dalam surat Al Maidah: 89 diatas, hikmahnya adalah karena Allah Maha Mengetahu tentang kondisi Nabi dan umatnya, dan Maha Bijaksana dalam keputusan-Nya.[8]
والله أعلم
🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴
[1] Ibnu Jarir At Thabari w.310 H, Tafsir at Thabari (Muassasah ar Risalah,1420H) 23/476
[2] Ibnu Sa’ad, Tabaqat Kubra, Beirut: Dar Kutub al Ilmiyah, 1410, jilid 8/174
[3] Ali Ash Shabuni, Shafwat Tafasir, 3/383
[4] Sayid Sabiq, Fikih Sunnah, 3/24
[5] Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, 2/179
[6] Baznaz.go.id
[7] Ibnu Katsir, Tafsir Al-Quran Al Adzim, Dar Taybah lin Nasyr, 1420, 8/160
[8] Al Jazairi, Aisar At Tafasir, 5/385
🌺☘🌿🌻🌸🌴🌹🌷🍃
✍ Ust Fauzan Sugiono, Lc
Serial Tafsir Surat At-Tahrim
Tafsir Surat At Tahrim (Bag 1)
Tafsir Surat At Tahrim (Bag 2)
Tafsir Surat At Tahrim (Bag 5A)
Tafsir Surat At Tahrim (Bag 5B)
Tafsir Surat At Tahrim (Bag 6)
Tafsir Surat At Tahrim (Bag 7)