Tafsir Surat At Tahrim (bag. 5 A)

TAUBATAN  NASHUHA

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (8)

“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb-mu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu kedalam Jannah yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia, sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sabil mereka mengatakan,”Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesunguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. At-Tahrim [66]:9)

Makna Taubat

Secara bahasa  kata taubat berasal dari kata:

تاب-يتوب- توبة

Artinya: kembali[1]

Sedangkan secara istilah syar’i taubat adalah:

ترك الذنب مخافة الله، واستشعار قبحه، وندم على المعصية من حيث هي معصية، والعزيمة على ألا يعود إليها إذا قدر عليها، وتدارك ما أمكنه أن يتدارك من الأعمال بالإعادة

Meningalkan dosa karena takut kepada Allah, merasakan buruknya dosa, menyesal atas maksiat yang dilakukan, dan bertekad untuk tidak mengulangi, disertai dengan perbuatan-perbuatan untuk kembali.[2]

Taubatan Nasuha

Imam At Thabari menyebutkan beragam pendapat tentang makna taubatan nasuha, namun mayoritas pendapat tersebut memiliki kesamaan makna, yaitu:

📌       Dari Nu’man bin  Basyir,” Umar bin Khattab ditanya tentang  makna taubatan Nasuha, beliau menjawab:

أن يتوب الرجل من العمل السيئ، ثم لا يعود إليه أبدًا

“Seseorang yang bertaubat kepada Allah dari perbuatan buruk, kemudian dia tidak mengulangi selama-lamanya”.[3]

📌        Berkata Ibnu Zaid, pada firman Allah ini, ia berkata,”Taubat Nasuha adalah taubat yang benar  dan mengertahui dengan jujur penyesalan atas kesalahan yang dilakukan dan senang  jika ia kembali kepada ketaatan kepada Allah.

📌 Ahmad Musthafa Al Maragi  dalam tafsirnya menyebutkan riwayat yang bersumber  dari Ibnu Mardawaih dari Ibnu Abbas, “Taubat nasuha adalah menyesal dengan sungguh-sungguh atas dosa yang pernah dilakukan, meminta ampun kepada Allah dengan bertekad tidak mengulanginya kembali di kemudian hari, seperti air susu yang tak mungkin kembali ke tempat asalnya (payudara).[4]

📌 Sedangkan Imam An Nawawi menyebutkan dalam Riyadhus Shalihin:

“ Taubat dari dosa hukumnya wajib, memiliki tiga syarat: [5]

1⃣       Meninggalkan maksiat
2⃣       Menyesali perbuatan dosa
Karena menyesal merupakan bagian dari taubat.
3⃣      Bertekad kuat tidak mengulanginya dikemudian hari, jika salah satu dari syarat ini tidak ada maka taubatnya tidak sah.

Namun Beliau juga menambahkan jika dosa terkait dengan anak Adam, maka syaratnya ditambah satu lagi yaitu,mengembalikan hak  atau meminta dihalalkan jika terkait dengan hak dan harta, adapun jika terkait dengan sikap, ia harus meminta maaf kepada yang bersangkutan

📌 Hujjatul Islam Abu Hamid Al Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyebutkan empat tingkatan orang yang bertaubat:[6]

1⃣      Tingkatan pertama

Orang yang bermaksiat, lalu ia bertaubat,  dan ia terus istiqamah dalam taubat hingga akhir hayatnya, tak pernah terbetik sedikitpun keinginan didalam hatinya untuk kembali kepada maksiatnya dahulu, inilah tingkatan taubatan nasuha, dan orang yang melakukannya memiliki jiwa yang tenang ( an Nafsu al Muthmainnah), yang kembali kepada Rabbnya dengan ridha dan di ridhai.

2⃣       Tingkatan kedua

Orang yang bertaubat dari dosa-dosa besar (kabair), ia berusaha istiqamah dijalan Allah dalam menjauhi dosa-dosa besar, namun ujian yang menghadangnya sehingga tanpa sengaja terjerumus kedalamnya, saat itu ia memperbaharui taubatnya dan mencela jiwanya ( nafsu Lawwamah (tercela), yang lemah terhadap dosa tersebut, dan ia tidak mengulanginya lagi.  ia memperbaharui taubatnya.

Inilah golongan yang disebutkan Allah dalam firman-Nya:

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

“Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji, atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. ( QS. Al Imran [3]:135)

3⃣       Tingkatan ketiga

Seseorang yang bertaubat dari dosa, ia beristiqamah namun hanya sesaat, ia dikalahkan  oleh nafsu syahwatnya, namun di sisi lain ia melakukan ketaatan, dengan kata lain, taat dan maksiat berjalan beriringan. Orang-orang seperti ini selalu dikalhkan oleh hawa nafsunya saat dorongan berbuat dosa memuncak. Yang dikhawatirkan ia mati dalam keadaan sedang melakukan dosa, di itulah ciri mati dalam Su’ul Khatimah.

Firman Allah:

وَآخَرُونَ اعْتَرَفُوا بِذُنُوبِهِمْ خَلَطُوا عَمَلًا صَالِحًا وَآخَرَ سَيِّئًا عَسَى اللَّهُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Dan (adapula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampur adukkan amal baik dengan amal lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. ( QS. At Taubah[9]:102)

4⃣      Tingkatan keempat

Seseorang yang bertaubat, istiqamah sesaat, lalu ia melakukan dosa-dosa kembali, tanpa merasa bersalah, tak menyesalinya, ia terus menerus berlanjut dalam dosa, terlena dalam buaian syahwatnya. Orang seperti ini juga dikhawatirkan ia mati dalam kondisi sedang memperturutkan hawa nafsunya. Dan nafsunya disebut sebagai nafsu ammarah bi  suu (nafsu yang selalu mengajak kepada keburukan).

Menyegerakan Taubat

Taubat harus dilakukan dengan segera, tanpa menunggu waktu hingga diakhirkan, dan orang yang meremehkan taubat, ia harus segera bertaubat dari dosa mengakhirkan taubat tersebut. karena manusia tidak ada yang tahu kapan ajal menjemputnya.[7]

Firman Allah:

إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya, dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana ( QS. An Nisa [4]: 17)

Bertaubat merupakan  jalan yang Allah berikan kepada anak Adam yang bersalah, karena setelah ua bertaubat dengan sebenarnya, maka ia akan mengambil hikmah dari kesalahan  untuk tidak mengulanginya pada masa yang akan datang.

Rasulullah bersabda:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu berkata, “Rasulullah Shalallahu Alaihi wasallam bersabda,”Setiap anak Adam melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang bertaubat,”( HR. Hakim, No. 7617).[8]

Bersambung….

💢💢💢💢💢💢

[1] Ibnu Faris, Mu’jam Maqayis al-Lughah, 1/357
[2] Shalih bin Ghanam bin Sulaiman As Sadlan, At Taubah Ilallah, (Saudi Arabia, Dar Bilnisyah Lin Nasyr,1416) 1/10
[3] At Thabari, Tafsir at-Thabari, 23/493
[4] Al Maragi, Tafsir Al Maraghi Mesir, ( Syarikah Musthafa Al Halby, 1365H) 28/164
[5] Imam An Nawawi, Riyadhus Shalihin, (Beirut: Muasasah Ar Risalah, 1419 H) Tahqiq Syuaib Al Arnauth, 1/34
[6] Imam Al Ghazali, Ihya Ulumuddin, ( Beirut: Darul Ma’rifah), 4/43
[7] Shalih bin Ghanam bin Sulaiman As Sadlan, At Taubah Ilallah, 1/20
[8] Al Hakim, Al Mustadrak ala Sahihain, (Bab Taubat wa Inabah, no. 7617),  4/272

🌻🌹🍃🌴🌷☘🌸🌿🌺

Ust Fauzan Sugiono, Lc. MA

Serial Tafsir Surat At-Tahrim

Tafsir Surat At Tahrim (Bag 1)

Tafsir Surat At Tahrim (Bag 2)

Tafsir At Tahrim (Bag. 3)

Tafsir At Tahrim (Bag. 4)

Tafsir Surat At Tahrim (Bag 5A)

Tafsir Surat At Tahrim (Bag 5B)

Tafsir Surat At Tahrim (Bag 6)

Tafsir Surat At Tahrim (Bag 7)

Tafsir Surat At Tahrim (Bag 8)

Tafsir Surat At Tahrim (Bag 9, Selesai)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top