💢💢💢💢💢
Daftar Isi
KEUTAMAAN BAGI ORANG-ORANG YANG BERTAUBAT
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb-mu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu kedalam Jannah yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia, sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sabil mereka mengatakan,”Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesunguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. At-Tahrim [66]:9)
عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ….
“Mudah-mudahan Rabb-mu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu kedalam Jannah yang mengalir dibawahnya sungai-sungai”
📌Tinjauan bahasa
Menurut Ibnu Hisyam, kata (عَسى) merupakan kalimat yang isinya harapan (taraji).[1]
📋 Menurut Muhammad Sayid at-Thantawi:
إن كل ترج في القرآن واقع منه- تعالى- فضلا منه وكرما
“ Sesungguhnya setiap huruf yang berisi harapan (tarajji) yang terdapat didalam Al-Qur’an, akan terjadi dengan izin Allah, untuk menunjukkan keutamaan dan kemuliaan dari Allah. [2]
📋 Dalam tafsir al-Maraghi disebutkan,
وجىء بكلمة (عَسى) التي تفيد الطمع فى حصول العفو فحسب، مع أن الله سبحانه وعد بقبول التوبة
Kalimat ‘asaa (عسى ) menunjukkan makna harapan besar untuk mendapatkan ampunan saja, meskipun Allah Subhanahu wataala menjajikan menerima taubat.[3]
Hal ini dimaksudkan agar seorang hamba yang berdosa sungguh-sungguh dalam bertaubat, dan berharap besar akan ampunan Allah, dengan memaksimalkan ibadah yang menyertai taubatnya itu, sehingga kondisinya berada diantara khawatir ( khauf) bila dosanya tidak diampuni, dan berharap besar (raja’) akan ampunan Allah.[4]
📋 Sedangkan menurut syekh Wahbah Zuhaily, kalimat ‘asaa ( عسى) jika redaksinya berasal dari Allah, maka fungsinya adalah :
موجبة تفيد التحقق
Wajib dan berfungsi harus terlaksana[5]
Balasan Bagi Orang Yang Bertaubat
1⃣ Dihapuskan kesalahannya
أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ
“Mudah-mudahan Rabb-mu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu”
Yang dimaksud dengan menutupi kesalahan adalah, ampunan Allah yang akan menutupi keburukan dan kesalahan yang pernah dilakukan oleh seorang hamba.[6]
Ibnu Asyur juga menyebutkan, para ulama telah bersepakat (ijma) bahwa orang kafir yang bertaubat dari kekafiran dan akhirnya ia memeluk agama Islam dengan ikhlas dan sungguh-sungguh maka taubatnya akan diterima Allah secara qath’I (pasti) . kemudian mereka berbeda pendapat terhadap orang mukmin yang bermaksiat, apakah taubatnya akan diterima Allah atau tidak. Jumhur ulama menyebutkan bahwa jika taubatnya sungguh-sungguh maka ampunan Allah dan diterima taubatnya merupakan harapan besar dan tidak terputus (marjuwun ghaira maqthu’). Pendapat ini dipegang oleh Al Baqillani dan Imam Haramain.[7]
Kesalahan dan dosa yang dihapuskan Allah merupakan balasan bagi orang yang bertaubat. Menurut Syekh Wahbah Az Zuhaili, kesempurnaan taubat hingga Allah menghapuskan kesalahan dan mengampuni dosa seorang hamba melalui:
· Penyesalan yang mendalam didalam hati atas dosa yang telah dilakukan
· Terus beristighfar dengan lisan dalam setiap kesempatan
· Badan sudah meninggalkan kebiasaan buruk yang bisa mengantarkan kepada dosa
· Bertekad kuat, agar tidak mengulangi kembali dosa-dosa masa lalu.
Dari hal diatas, semoga Allah mengampuni dosa-dosa dan menutup kesalahan.[8]
Selain hal di atas, didalam Shahih Muslim juga dijelaskan, bahwa kebaikan-kebaikan yang dilakukan setelah melakukan dosa dan kesalahan, dapat menghapus kesalahan tersebut:
عَنْ عَلْقَمَةَ، وَالْأَسْوَدِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ إِنِّي عَالَجْتُ امْرَأَةً فِي أَقْصَى الْمَدِينَةِ، وَإِنِّي أَصَبْتُ مِنْهَا مَا دُونَ أَنْ أَمَسَّهَا، فَأَنَا هَذَا، فَاقْضِ فِيَّ مَا شِئْتَ، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ: لَقَدْ سَتَرَكَ اللهُ، لَوْ سَتَرْتَ نَفْسَكَ، قَالَ: فَلَمْ يَرُدَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا، فَقَامَ الرَّجُلُ فَانْطَلَقَ، فَأَتْبَعَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا دَعَاهُ، وَتَلَا عَلَيْهِ هَذِهِ الْآيَةَ: {أَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ، إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ} [هود: 114] فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: يَا نَبِيَّ اللهِ هَذَا لَهُ خَاصَّةً؟ قَالَ: «بَلْ لِلنَّاسِ كَافَّةً»
Dari Alqamah, dan Al Aswad dari Abdullah, berkata,”Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah lalu ia berkata,”Wahai Rasulullah, aku melakukan dosa dengan seorang wanita di ujung kota, namun aku tidak sampai melakukan hubungan suami istri, bagaimana nasibku, putuskan sesuai kehendakmu. Lalu Umar berkata,”Allah sungguh telah menutupi kesalahanmu, seandainya engkau menutupi dirimu sendiri, ia berkata,”Nabi tidak menjawab apapun, lalu lelaki itu berdiri dan beranjak pergi, lalu nabi mengutus seseorang untuk mengikutinya, seraya memanggil laki-laki tersebut. kemudian Rasulullab membaca ayat:
{أَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ، إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ} [هود: 114]
“Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. ( QS. Hud: 114)
Lalu seorang lelaki lain berkata,” Wahai Rasulullah apakah, khusus untuk orang tersebut?”, Rasulullah menjawab,” Bahkan untuk seluruh manusia”. (HR. Muslim)[9]
2⃣ Dimasukkan kedalam syurga
وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ
…“memasukkanmu kedalam Jannah yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama Dia,
Balasan Allah kepada orang yang bertaubat, kelak akan dimasukkan kedalam syurga dengan kenikmatan tiada taranya. Dari sungai-sungai yang mengalir dibawah kebun-kebun syurga, serta Allah akan memuliakan mereka, tak kan pernah sedikitpun menghinakan mereka, sungguh kebahagiaan yang paling didamba oleh setiap manusia.
نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ
….sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sabil mereka mengatakan,”Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesunguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”
Imam Ibnu Katsir menyebutkan hadits terkait hal ini:
وَقَالَ مُحَمَّدُ بْنُ نَصْرٍ الْمَرْوَزِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُقَاتِلٍ الْمَرْوَزِيُّ، حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ، أَخْبَرَنَا ابْنِ لَهِيعة، حَدَّثَنِي يَزِيدُ بْنُ أَبِي حَبِيبٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ، أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا ذَرٍّ وَأَبَا الدَّرْدَاءِ قَالَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “أنا أَوَّلُ مَنْ يُؤْذَنُ لَهُ فِي السُّجُودِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَأَوَّلُ مَنْ يُؤْذَنُ لَهُ بِرَفْعِ رَأْسِهِ، فأنظرُ بَيْنَ يَدَيّ فَأَعْرِفُ أُمَّتِي مِنْ بَيْنِ الْأُمَمِ، وَأَنْظُرُ عَنْ يَمِينِي فَأَعْرِفُ أُمَّتِي مِنْ بَيْنِ الْأُمَمِ، وَأَنْظُرُ عَنْ شِمَالِي فَأَعْرِفُ أُمَّتِي مِنْ بَيْنِ الْأُمَمِ”. فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَكَيْفَ تَعْرِفُ أُمَّتَكَ مِنْ بَيْنِ الْأُمَمِ. قَالَ: “غُرٌّ مُحجلون مِنْ آثَارِ الطُّهور وَلَا يَكُونُ أَحَدٌ مِنَ الْأُمَمِ كَذَلِكَ غَيْرُهُمْ، وَأَعْرِفُهُمْ أَنَّهُمْ يؤتَون كُتُبَهُمْ بِأَيْمَانِهِمْ، وَأَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ، وَأَعْرِفُهُمْ بِنُورِهِمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ”
Berkata Muhammad bin Nashr Al Marwazi, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Muqatil Al marwazi, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Abi Habib dari Abdurrahman bin Zubair bin Nufair bahwasanya ia mendengar Abu Dzar dan Abu Darda mereka berdua berkata,”Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Aku adalah orang pertama yang diizinkan untuk sujud pada hari kiamat, dan orang pertama yang diizinkan mengangkat kepala, lalu aku melihat kehadapan, aku melihat umatku diantara umat-umat lain, kemudian aku melihat ke sebelah kanan, aku melihat umatku diantara umat-umat lain, aku melihat ke sebelah kiri, akupun melihat umatku diantar umat-umat lain, kemudian salah seorang berkata,” Wahai Rasulullah, bagaimana engkau tahu umatmu berada diantara umat-umat yang lain?”, Beliau menjawab,” Umatku terlihat bercahaya dari bekas suci (wudhu) dan hal itu tidak dimiliki umat lain, aku tahu umatku diberikan catatan kitab dari kanan, aku tahu umatku memiliki bekas-bekas sujud di wajah mereka, aku tahu umatku dari cahaya yang memancar dihadapan mereka “ ( Musnad Imam Ahmad, 5/ 199).[10]
Kondisi orang mukmin dan munafiq yang melewati Shirath
Orang beriman bagi mereka cahaya yang terang benderang saat melewati shirat, kualitas terangnya cahaya tersebut bergantung kepada amal kebaikan selama di dunia, sedangkan bagi orang munafik, Allah akan memadamkan cahaya bagi mereka saat menyeberangi shirat, dan mereka berjalan dalam gelap tanpa penerangan.
يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير
Mereka berkata,“Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesunguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”
Terkait ayat ini Syekh Wahbah Az Zuhaili menyebutkan dalam tafsirnya:
ويدعو المؤمنون حين يطفئ الله نور المنافقين يوم القيامة، قائلين تقربا إلى الله: رَبَّنا أَتْمِمْ لَنا نُورَنا، أي أبقه لنا، فلا ينطفئ حتى نتجاوز الصراط، واستر ذنوبنا وتجاوز عن سيئاتنا، ولا تفضحنا بالعقاب عليها حين الحساب، فإنك على كل شيء قدير، ومنه إتمام نورنا، وغفران ذنوبنا، وتحقيق رجائنا وآمالنا، فأجب دعاءنا
Seorang mukmin berdoa kepada Allah, saat Allah memadamkan cahaya orang-orang munafik pada hari kiamat, mereka berdoa dengan mendekatkan diri kepada Allah,” Wahai Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, abadikan cahaya itu bagi kami, janganlah engkau padamkan hingga kami menyeberangi shirat, tutup rapat dosa kami, ampuni kesalahan kami, janganlah engkau hinakan kami dengan hukuman atas dosa-dosa kami pada saat perhitungan amal, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan berikan kesempurnaan cahaya kami, ampuni dosa-dosa kami, dan kabulkan harapan kami, dan jawablah doa kami”.[11]
والله أعلم
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
[1] Ibnu Hisyam (761 H), Audhah al-Masalik ila Alfiyah Ibni Malik, (Dar al Fikr) 1/290
[2]
[3] Tafsir al Maraghi, 28/165
[4] Ahmad Mushtahafa Al Maraghi (1371 H), Tafsir Al Maraghi, (Mesir: Syarikah Mathba’ah Musthafa Babi al Halby, 1365H) 28/165
[5] Wahbah Zuhaly, Tafsir Al Munir, ( Damaskus: Dar Fikr Muashir, 1418 H) 28/319
[6] Muhammad Thahir bin Asyur (1393 H), At Tahrir Wa Tanwir, (Dar Tunis Li an Nasyr, 1984, 28/369
[7] Tafsir At Tahrir wa Tanwir, 28/369
[8] Wahbah Zuhaili, Tafsir Al Munir, ( Damaskus: Dar Fikr Muashir, 1418H), 28/318
[9] Imam Muslim, Shahih Muslim, (Beirut: Dar Ihya Turats) No. 2763, 4/2116
[10] Tafsir Ibnu Katsir, 8/170
[11] Wahbah Zuhaili, Tafsir Al Munir, 28/320
☘🍃🌺🌾🌴🌸🌿
✍ Ust Fauzan Sugiono, Lc
Serial Tafsir Surat At-Tahrim
Tafsir Surat At Tahrim (Bag 1)
Tafsir Surat At Tahrim (Bag 2)
Tafsir Surat At Tahrim (Bag 5A)
Tafsir Surat At Tahrim (Bag 5B)
Tafsir Surat At Tahrim (Bag 6)
Tafsir Surat At Tahrim (Bag 7)