Hukum Berjualan di Teras Masjid

◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

✉️❔PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum ustad,izin tanya apakah boleh berjualan dilokasi masjid,seperti jual minyak wangi,buku2 islam dansebagainya… (Lokasi di teras masjid)

✒️❕JAWABAN

◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

Pada masjid ada bagian yang dinamakan AR RAHABAH, yaitu bagian bangunan atau teras yang masih nyambung dengan masjid, walau itu bukan bagian utama. Maka, semua sisi bangunan yang masih menempel dan satu pondasi dengan masjid itu namanya rahabah. Jadi, sekretariat masjid, perpustakaan, aula, jika semuanya bersambung dengan ruang utama masjid maka itu termasuk.

Imam Ibnu Hajar berkata tentang makna Ar Rahbah ini:

هِيَ بِنَاء يَكُون أَمَام بَاب الْمَسْجِد غَيْر مُنْفَصِل عَنْهُ ، هَذِهِ رَحَبَة الْمَسْجِد

Itu adalah bangunan yang berada di depan pintu masjid yang tidak terpisah dari masjid, inilah makna Ar Rahabah-nya masjid. (Fathul Bari, 13/155)

Kemudian, para fuqaha berbeda pendapat apakah rahabah termasuk masjid atau bukan? Jumhur mengatakan BUKAN bagian dari masjid, sehingga tidak berlaku hukum-hukum masjid.

Sebagian lain mengatakan bagian dari masjid, sehingga berlaku hukum-hukum masjid termasuk larangan-larangan di masjid.

Tertulis dalam Al Mausu’ah:

فَاَلَّذِي يُفْهَمُ مِنْ كَلامِ الْحَنَفِيَّةِ وَالْمَالِكِيَّةِ وَالْحَنَابِلَةِ فِي الصَّحِيحِ مِنْ الْمَذْهَبِ أَنَّهَا لَيْسَتْ مِنْ الْمَسْجِدِ , وَمُقَابِلُ الصَّحِيحِ عِنْدَهُمْ أَنَّهَا مِنْ الْمَسْجِدِ , وَجَمَعَ أَبُو يَعْلَى بَيْنَ الرِّوَايَتَيْنِ بِأَنَّ الرَّحْبَةَ الْمَحُوطَةَ وَعَلَيْهَا بَابٌ هِيَ مِنْ الْمَسْجِدِ . وَذَهَبَ الشَّافِعِيَّةُ إلَى أَنَّ رَحْبَةَ الْمَسْجِدِ مِنْ الْمَسْجِدِ , فَلَوْ اعْتَكَفَ فِيهَا صَحَّ اعْتِكَافُهُ

Maka, yang bisa difahami dari perkataan kalangan Hanafiyah, Malikiyah, dan Hanabilah, menurut pendapat yang sah sebagai pendapat madzhab adalah Ar Rahabah bukan termasuk masjid, dan ada pendapat mereka yang berlawanan dengan pendapat ini bahwa Ar Rahabah adalah bagian dari masjid. Abu Ya’la memadukan di antara dua riwayat yang berbeda ini bahwa Ar Rahabah yang termasuk masjid merupakan Ar Rahabah (bagian lapang) yang diberikan pagar (batasan/tembok) dan di atasnya dibuat pintu. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 5/224)

Manakah pendapat yang lebih kuat? Imam Ibnu Hajar berkata :

وَوَقَعَ فِيهَا الِاخْتِلَاف ، وَالرَّاجِح أَنَّ لَهَا حُكْم الْمَسْجِد فَيَصِحّ فِيهَا الِاعْتِكَاف

Telah terjadi perbedaan pendapat tentang ini, namun pendapat yang lebih kuat adalah Ar Rahabah memiliki hukum-hukum masjid, dan SAH I’tikaf di dalamnya. ( Fathul Bari, 13/155)

Imam Al ‘Aini Al Hanafi menerangkan tentang Ar Rahabah:

وهي الساحة والمكان المتسع أمام باب المسجد غير منفصل عنه وحكمها حكم المسجد فيصح فيها الاعتكاف في الأصح بخلاف ما إذا كانت منفصلة

Ar Rahabah adalah lapangan atau tempat yang luas di depan pintu masjid yang tidak terpisah dari masjid, hukumnya sama dengan hukum masjid, maka sah beri’tikaf di dalamnya menurut pendapat yang lebih benar dari perbedaan pendapat yang ada, selama dia masih bersambung dengan masjid. (Imam Badruddin Al ‘Aini, ‘Umdatul Qari, 35/254)

Imam An Nawawi menjelaskan pula:

وقد نص الشافعي علي صحه الاعتكاف في الرحبة قال القاضي أبو الطيب في المجرد قال الشافعي يصح الاعتكاف في رحاب المسجد لانها من المسجد

Imam Asy Syafi’i telah mengatakan bahwa SAH-nya I’tikaf di Ar Rahbah. Al Qadhi Abu Ath Thayyib berkata dalam Al Mujarrad: “Berkata Asy Syafi’i: I’tikaf sah dilakukan di bangunan yang menyatu dengan masjid, karena itu termasuk bagian area masjid. (Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 6/507)

Jadi, selama bangunan itu (baik tegelnya atau dindingnya) MASIH menyatu dengan masjid –seperti teras, atap, ruang samping mihrab, basement, sekretariat, aula, menara- maka dia termasuk masjid, dan sah I’tikaf di sana, dan berlaku larangan jual beli di sana. Inilah pendapat yang lebih kuat di antara dua perselisihan yang ada, dan pendapat ini sesuai dengan kaidah:

الحريم له حكم ما هو حريم له

Sekeliling dari sesuatu memiliki hukum yang sama dengan hukum yang berlaku pada sesuatu itu sendiri. (Imam As Suyuthi, Al Asybah wan Nazhair, Hal. 125)

Tapi bagi yg meyakini itu bukan bagian dari masjid, juga tidak kita ingkari sbb itu pendapat para kaum muslimin.

Wallahu A’lam

✏ Farid Nu’man Hasan

Bolehkah Berutang dalam Islam?

◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

✉️❔PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum ust, Afwan minta waktu nya ya… Ada pertanyaan dari Ikhwan… Apa boleh kita berhutang dalam Islam? Berhutang seperti apa yg tidak diperbolehkan dalam Islam ?? Mohon sekali pencerahannya ust Jazakallah ust

✒️❕JAWABAN

◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

Wa’alaikumussa wa Rahmatullah wa Barakatuh

Boleh, dengan syarat:

– Memang perlu, tidak menjadi kebiasaan atau kecanduan
– yakin bisa bayar
– Tidak mengandung riba

Allah Ta’ala membolehkan dan Rasulullah ﷺ sendiri pernah berhutang ..

Dalam Al Qur’an:

َا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai (berhutang) untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.” (QS. Al Baqarah : 282)

وَإِنْ كُنْتُمْ عَلَى سَفَرٍ وَلَمْ تَجِدُوا كَاتِبًا فَرِهَانٌ مَقْبُوضَةٌ فَإِنْ أَمِنَ بَعْضُكُمْ بَعْضًا فَلْيُؤَدِّ الَّذِي اؤْتُمِنَ أَمَانَتَهُ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ وَلَا تَكْتُمُوا الشَّهَادَةَ وَمَنْ يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آَثِمٌ قَلْبُهُ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ

“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai-berhutang) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ADA BARANG TANGGUNGAN yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian” (QS. Al Baqarah: 283).

Aisyah Radhiallahu ‘Anha berkata:

اشْتَرَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ يَهُودِيٍّ طَعَامًا بِنَسِيئَةٍ، وَرَهَنَهُ دِرْعَهُ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membeli sebagian bahan makanan dari seorang yahudi dengan pembayaran ditunda (berhutang) dan beliau juga menggadaikan perisai kepadanya.”

(HR. Bukhari No. 2096 dan Muslim No. 1603)

Bahkan berhutang untuk keperluan ibadah juga diperbolehkan, misal untuk qurban, aqiqah, Umrah dan haji, asalkan kembali ke tiga ketentuan di atas.

Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah menceritakan dari Al Haarits tentang dialog antara Imam Ahmad bin Hambal dan Shalih (anaknya), katanya:

وقال له صالح ابنه الرجل يولد له وليس عنده ما يعق أحب إليك أن يستقرض ويعق عنه أم يؤخر ذلك حتى يوسر قال أشد ما سمعنا في العقيقة حديث الحسن عن سمرة عن النبي كل غلام رهينة بعقيقته وإني لأرجو إن استقرض أن يعجل الله الخلف لأنه أحيا سنة من سنن رسول الله واتبع ما جاء عنه انتهى

Shalih –anak laki-laki Imam Ahmad- berkata kepadanya bahwa dia kelahiran seorang anak tetapi tidak memiliki sesuatu buat aqiqah, mana yang engkau sukai berhutang untuk aqiqah ataukah menundanya sampai lapang keadaan finansialnya. Imam Ahmad menjawab: “Sejauh yang aku dengar, hadits yang paling kuat anjurannya tentang aqiqah adalah hadits Al Hasan dari Samurah, dari Nabi bahwa, “Semua bayi tergadaikan oleh aqiqahnya,” aku berharap jika berhutang untuk aqiqah semoga Allah segera menggantinya karena dia telah menghidupkan sunah di antara sunah-sunah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan telah mengikuti apa-apa yang Beliau bawa. Selesai. (Tuhfatul Maudud fi Ahkamil Maulud, Hal. 64. Cet. 1, 1971M-1391H. Maktabah Darul Bayan)

Demikian. Wallahu A’lam

✏ Farid Nu’man Hasan

Bayi yang Belum Diaqiqahkan Tidak Bisa Memberi Syafa’at Kepada Orang Tuanya?

◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

✉️❔PERTANYAAN:

Bismillah, afwan ustadz
Ada titipan pertanyaan

1.) Sebagai seorang muslim kita di suruh untuk beribadah kepada Allah dan menjauhi larangannya beriman terhadap rukun iman yang ada , sebagai orang awam apa kah itu cukup ??
Sedangkan waktu zaman nabi itu cobaan ny sepertinya berat2 , ujian ny sepertinya lebih berat ,nah kita kan hidup di zaman modernisasi berarti trus merdeka berarti Allah kasi ujian itu beda lagi ya atau bagaimana ??

2.) Apa benar anak yg tidak di aqiqahi tidak bisa memberi syafaat untuk kedua orangtua nya di yaumul akhir ?

Syukron


✒️❕JAWABAN

◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

Bismillahirrahmanirrahim..

1. Untuk orang awam, asalkan dia beriman kepada rukun iman yang 6 dan menjalankan rukun Islam yang 5.. (ada pun Haji jika mampu, zakat jika nishab), serta menjauhi larangan agama, maka itu sudah cukup.

عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ
أَنَّ أَعْرَابِيًّا جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَائِرَ الرَّأْسِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي مَاذَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فَقَالَ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ إِلَّا أَنْ تَطَّوَّعَ شَيْئًا فَقَالَ أَخْبِرْنِي مَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنْ الصِّيَامِ فَقَالَ شَهْرَ رَمَضَانَ إِلَّا أَنْ تَطَّوَّعَ شَيْئًا فَقَالَ أَخْبِرْنِي بِمَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنْ الزَّكَاةِ فَقَالَ فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَرَائِعَ الْإِسْلَامِ قَالَ وَالَّذِي أَكْرَمَكَ لَا أَتَطَوَّعُ شَيْئًا وَلَا أَنْقُصُ مِمَّا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ شَيْئًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْلَحَ إِنْ صَدَقَ أَوْ دَخَلَ الْجَنَّةَ إِنْ صَدَق

Dari Thalhah bin ‘Ubaidullah; Ada seorang Arab Badui datang kepada Rasulullah ﷺ dalam keadaan kepalanya penuh debu lalu berkata, “Wahai Rasulullah, kabarkan kepadaku apa yang telah Allah wajibkan buatku tentang shalat?”. Maka beliau ﷺ menjawab, “Shalat lima kali kecuali bila kamu mau menambah dengan yang tathowwu’ (sunnat) “. Orang itu bertanya lagi, “Lalu kabarkan kepadaku apa yang telah Allah wajibkan buatku tentang puasa?”. Maka beliau ﷺ menjawab, “Puasa di bulan Ramadan kecuali bila kamu mau menambah dengan yang tathowwu’ (sunnat) “.”Dan shiyam (puasa) Ramadan”. Orang itu bertanya lagi, “Lalu kabarkan kepadaku apa yang telah Allah wajibkan buatku tentang zakat?”. Berkata, Thalhah bin ‘Ubaidullah radhiallahu’anhu: Maka Rasulullah ﷺ menjelaskan keorang itu tentang syari-at-syari’at Islam. Kemudian orang itu berkata, “Demi Dzat yang telah memuliakan Anda, Aku tidak akan mengerjakan yang sunnah sekalipun, namun aku pun tidak akan mengurangi satupun dari apa yang telah Allah wajibkan buatku”. Maka Rasulullah ﷺ berkata, “Dia akan beruntung jika jujur menepatinya atau dia akan masuk surga jika jujur menepatinya ”

(HR. Bukhari no. 1891)

2. Tidak ada hadits yang secara harfiyah menyebut seperti itu. Yang ada adalah hadits: setiap bayi yang lahir tergadaikan oleh aqiqahnya. Salah satu penjelasan ulama tentang makna tergadai oleh aqiqahnya adalah jika bayi itu wafat dan belum diaqiqahkan maka dia tidak menjadi syafaat buat ortuanya, seperti yang dikatakan Imam Ahmad bin Hambal.

Demikian. Wallahu a’lam

✏ Farid Nu’man Hasan

Jenis Salat Sunnah

◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

✉️❔PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum Ustadz Afwan izin bertanya…ana pernah Dengar teman berbicara ttng “sholat sunah Mutlaq”…yg mau ana tanyakan apakah bnr ada sholat sunah Mutlaq,klo mmng iya dikerjakan pada saat apa dan untuk tujuan apa serta seperi apa Lafadz niatny?

✒️❕JAWABAN

◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Shalat sunnah secara umun ada dua jenis:

1. Shalat sunah muqayyad

Muqayyad artinya terikat. Yaitu shalat sunnah yang terikat oleh sebab, baik adanya peristiwa atau waktu.

Seperti dhuha di waktu pagi, tahajud di waktu malam, rawatib, istisqo, tahiyatul masjid di kala masuk masjid, dll.

Nama lain shalat sunnah muqayyad adalah sunnah mu’allaq.

2. Shalat sunnah muthlaq

Yaitu shalat sunnah tanpa sebab, baik waktu atau peristiwa. Dengan kata lain, seseorang sekadar ingin shalat sunnah saja dalam rangka mencari pahala, ridha Allah, atau pendekatan diri kepada Allah.

Waktunya bebas asalkan jangan di waktu-waktu terlarang shalat. Caranya seperti shalat sunah biasa, jumlah rakaatnya tidak baku, mau 2 rakaat, 10, 20, 1000.. Bebas saja.

Wallahu A’lam

✏ Farid Nu’man Hasan

scroll to top