Yuk Kita Pelajari Karakter dan Kejahatan Bani Israel Dalam Al Quran

Dalam Al Quran, Allah Ta’ala menceritakan karakter Bani Israel begitu jelas. Dari situ, kita bisa memahami anak cucu mereka di zaman ini pun tidak jauh beda dengan nenek moyangnya.

1. Mencampurkan Antara Haq dan Bathil

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَا تَلْبِسُوا الْحَـقَّ بِا لْبَا طِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَـقَّ وَاَ نْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

“Dan janganlah kamu campur adukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya.” (QS. Al-Baqarah: 42)

Para mufassir mengatakan “kebenaran” dalam ayat ini adalah kitab suci yang diturunkan kepada mereka. Sedangkan “kebatilan” adalah pemikiran yang mereka rekayasa sendiri. Sdgkan kebenaran yang mereka sembunyikan adalah berita tentang kenabian Nabi Muhammad yang tertera dalam kitab mereka.

2. Menyuruh kebaikan tapi melupakan diri sendiri

Allah Ta’ala berfirman:

اَتَأْمُرُوْنَ النَّا سَ بِا لْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ اَنْفُسَكُمْ وَاَ نْتُمْ تَتْلُوْنَ الْكِتٰبَ ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ

“Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab (Taurat)? Tidakkah kamu mengerti?” (QS. Al-Baqarah: 44)

Menurut Syaikh As Sa’di, Ketika itu, Bani Israil memerintahkan manusia untuk taat kepada Allah dan bertakwa kepadaNya dengan berbuat baik, namun mereka melakukan yang sebaliknya, kemudian Allah yang Maha Agung dan Maha Tinggi menegur mereka.

Ada pula mufassir yang mengatakan ini teguran buat pada pendeta Yahudi yang memerintahkan manusia untuk mentaati Allah dengan mengimani Nabi Muhammad ﷺ, tapi begitu datang Nabi Muhammad ﷺ justru mereka menolaknya.

3. Kufur terhadap nikmat

Banyak sekali nikmat-nikmat Allah Ta’ala berikan kepada mereka; diselamatkan dari kejaran pasukan Fir’aun, diangkat kedudukan mereka di atas semua bangsa dengan diutusnya para nabi dari keturunan mereka sendiri, diberikan makanan dan minuman yang lezat, dan diberikan Taurat untuk pedoman hidup, tapi justru mereka menyembah patung sapi.

Allah Ta’ala berfirman:

وَاِ ذْ وٰعَدْنَا مُوْسٰۤى اَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْۢ بَعْدِهٖ وَاَ نْـتُمْ ظٰلِمُوْنَ

“Dan (ingatlah) ketika Kami menjanjikan kepada Musa empat puluh malam. Kemudian, kamu (Bani Israil) menjadikan (patung) anak sapi (sebagai sesembahan) setelah (kepergian)nya dan kamu (menjadi) orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 51)

Ayat ini menceritakan pemenuhan janji dari Allah Ta’ala dengan diberikannya Taurat untuk mereka yang Allah Ta’ala turunkan kepada Nabi Musa ‘Alaihissalam selama empat puluh hari empat puluh malam. Tapi ketika Nabi Musa ‘Alaihissalam pergi untuk memperoleh Taurat tersebut, Bani Israel malah membuat patung anak sapi lalu mereka menyembahnya.

4. Keras Kepala

Semua nikmat untuk mereka dan tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala sudah terpampang begitu jelas di hadapan mereka, mereka tetap tidak mau beriman dan percaya kecuali melihat Allah Ta’ala dengan mata kepala sendiri.

Allah Ta’ala berfirman:

وَاِ ذْ قُلْتُمْ يٰمُوْسٰى لَنْ نُّؤْمِنَ لَـكَ حَتّٰى نَرَى اللّٰهَ جَهْرَةً فَاَ خَذَتْكُمُ الصّٰعِقَةُ وَاَ نْتُمْ تَنْظُرُوْنَ

“Dan (ingatlah) ketika kamu (Bani Israel) berkata, “Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan jelas,” maka halilintar menyambarmu, sedang kamu menyaksikan.” (QS. Al-Baqarah: 55)

Dalam Tafsir Al Muyassar dijelaskan, “Dan ingatlah ketika kalian berkata “Wahai Musa Kami tidak akan mempercayai bahwa perkataan yang kami dengar darimu adalah Firman Allah, hingga kami dapat melihat Allah dengan mata kami. Maka turunlah api halilintar dari langit yang kalian dapat melihatnya dengan mata kalian secara langsung, maka api itu membinasakan kalian akibat dosa dosa kalian dan kelancangan kalian terhadap Allah ‘Azza Wa Jalla”

5. Rakus bin Serakah

Allah Ta’ala telah menyediakan banyak kepada mereka makanan, manna dan salwa, bahkan dibuat teduh di atas mereka di naungi awan. Diberikan pula 12 mata air agar masing-masing kabilah Bani Israel yang berjumlah 12 mendapatkannya tanpa berebut dengan yang lainnya, tapi masih belum puas dan minta yang lainnya.

Allah Ta’ala berfirman:

وَاِ ذْ قُلْتُمْ يٰمُوْسٰى لَنْ نَّصْبِرَ عَلٰى طَعَا مٍ وَّا حِدٍ فَا دْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْبِۢتُ الْاَ رْضُ مِنْۢ بَقْلِهَا وَقِثَّـآئِهَا وَفُوْمِهَا وَعَدَسِهَا وَ بَصَلِهَا ۗ قَا لَ اَتَسْتَبْدِلُوْنَ الَّذِيْ هُوَ اَدْنٰى بِا لَّذِيْ هُوَ خَيْرٌ ۗ اِهْبِطُوْا مِصْرًا فَاِ نَّ لَـکُمْ مَّا سَاَ لْتُمْ ۗ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَا لْمَسْکَنَةُ وَبَآءُوْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ ۗ ذٰلِكَ بِاَ نَّهُمْ كَا نُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاٰ يٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ النَّبِيّٖنَ بِغَيْرِ الْحَـقِّ ۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَا نُوْا يَعْتَدُوْنَ

“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan saja maka mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah.” Dia (Musa) menjawab, “Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota, pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian, mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.”
(QS. Al-Baqarah: 61)

Allah Ta’ala telah memberikan mereka makanan yang baik; manna dan salwa, yg keberadaannya begitu mudah di dapatkan. Tapi justru mereka minta jenis yg lain yang kualitasnya lebih rendah. Akhirnya karena kufur nikmat dan keserakahan itu Allah Ta’ala timpakan kepada mereka kemiskinan dan kehinaan.

6. Mengubah Perintah dan Ayat-ayat Allah Ta’ala

Ketika Allah Ta’ala perintahkan mereka masuk ke Baitul Maqdis, dan memerintahkan untuk hiththah (memohon ampun) sesampainya di sana (QS. Al Baqarah: 58), tapi mereka justru mengubah kata hiththah menjadi hinthah yang artinya gandum. Sehingga Allah Ta’ala menegur mereka dengan malapetaka buat mereka:

فَبَدَّلَ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا قَوْلًا غَيْرَ الَّذِيْ قِيْلَ لَهُمْ فَاَ نْزَلْنَا عَلَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا رِجْزًا مِّنَ السَّمَآءِ بِمَا كَا نُوْا يَفْسُقُوْنَ

“Lalu, orang-orang yang zalim itu (Bani Israel) mengganti perintah (hiththah) dengan (perintah lain -hinthah) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Maka Kami turunkan malapetaka dari langit kepada orang-orang yang zalim itu karena mereka (selalu) berbuat fasik.” (QS. Al-Baqarah: 59)

Di ayat lain, juga diceritakan tentang kebiasaan mereka mengubah kitab suci dengan tangan mereka sendiri:

فَوَيْلٌ لِّلَّذِيْنَ يَكْتُبُوْنَ الْكِتٰبَ بِاَ يْدِيْهِمْ ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ هٰذَا مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ لِيَشْتَرُوْا بِهٖ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗ فَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا کَتَبَتْ اَيْدِيْهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا يَكْسِبُوْنَ

“Maka celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka (sendiri) kemudian berkata, “Ini dari Allah,” (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga murah. Maka celakalah mereka karena tulisan tangan mereka dan celakalah mereka karena apa yang mereka perbuat.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 79)

7. Mengingkari ayat Allah dan membunuh Para Nabi

Para Nabi, seperti Nabi Syu’aib, Nabi Zakariya dan Nabi Yahya ‘Alaihimussalam, adalah di antara korban kekejaman pembunuhan yang mereka lakukan. Bahkan hampir-hampir Nabi Isa ‘Alaihissalam mereka bunuh, tapi Allah Ta’ala selamatkan dan mengangkatnya ke langit.

Allah Ta’ala berfirman:

ذٰلِكَ بِاَ نَّهُمْ كَا نُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاٰ يٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ النَّبِيّٖنَ بِغَيْرِ الْحَـقِّ ۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَا نُوْا يَعْتَدُوْنَ

“Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.” (QS. Al-Baqarah: 61)

8. Berani Terang-Terangan Ingkar Janji Kepada Allah

Allah Ta’ala mengambil janji dari Bani Israel bahwa mereka berjanji akan menjalankan isi Taurat. Tapi ketika janji itu diingatkan dan ditagih, mereka menjawab: “Kami Dengar dan Kami Tidak Taati”

Allah Ta’ala berfirman:

وَاِ ذْ اَخَذْنَا مِيْثَا قَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَکُمُ الطُّوْرَ ۗ خُذُوْا مَاۤ اٰتَيْنٰکُمْ بِقُوَّةٍ وَّا سْمَعُوْا ۗ قَا لُوْا سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاُ شْرِبُوْا فِيْ قُلُوْبِهِمُ الْعِجْلَ بِکُفْرِهِمْ ۗ قُلْ بِئْسَمَا يَأْمُرُکُمْ بِهٖۤ اِيْمَا نُكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji kamu dan Kami angkat Gunung (Sinai) di atasmu (seraya berfirman), “Pegang teguhlah apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!” Mereka menjawab, “KAMI DENGAR TETAPI KAMI TIDAK MENTAATI.” Dan diresapkanlah ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah patung) anak sapi karena kekafiran mereka. Katakanlah, “Sangat buruk apa yang diperintahkan oleh kepercayaanmu kepadamu jika kamu orang-orang beriman!”” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 93)

Maka maklum jika semua perjanjian dengan PBB dan Bangsa Arab tidak satu pun yang mereka tepati, sebab perjanjian dengan Allah Ta’ala pun mereka ingkari.

9. Pengecut Kepada Bangsa Palestina

Walau mereka kejam kepada Nabi-Nabi mereka sendiri tapi mereka pengecut terhadap bangsa atau penduduk asli Baitul Maqdis (Palestina). Hal ini dijelaskan dalam ayat-ayat berikut:

قَا لُوْا يٰمُوْسٰۤى اِنَّ فِيْهَا قَوْمًا جَبَّا رِيْنَ ۖ وَاِ نَّا لَنْ نَّدْخُلَهَا حَتّٰى يَخْرُجُوْا مِنْهَا ۚ فَاِ نْ يَّخْرُجُوْا مِنْهَا فَاِ نَّا دَا خِلُوْنَ

“Mereka berkata, “Wahai Musa! Sesungguhnya di dalam negeri itu ada orang-orang yang sangat kuat dan menakutkan, kami tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar darinya. Jika mereka keluar dari sana, niscaya kami akan masuk.”” (QS. Al-Ma’idah : 22)

Ayat lainnya:

قَا لُوْا يٰمُوْسٰۤى اِنَّا لَنْ نَّدْخُلَهَاۤ اَبَدًا مَّا دَا مُوْا فِيْهَا فَا ذْهَبْ اَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَا تِلَاۤ اِنَّا هٰهُنَا قَا عِدُوْنَ

“Mereka berkata, “Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja.””
(QS. Al-Ma’idah: 24)

Oleh karena itu wajar jika mereka hanya berani membunuh anak kecil dan wanita, tapi keok dibanyak front pertempuran melawan HAMAS dan faksi jihad lainnya.

Wallahu A’lam Wa Lillahil ‘Izzah wa walirasulihi wa Lil Mu’minin

✍ Farid Numan Hasan

Bolehkah Tidak Konsisten Berqunut?

◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

✉️❔PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Jika seseorang diamanahkan sebagai imam rawatib di 2 masjid, dimana di satu masjid pada shalat shubuh orang tsb biasa tidak membaca doa qunut namun di masjid yg lain dia biasa membaca doa qunut menyesuaikan dengan kebiasaan jamaah di masing-masing masjid, apakah diperbolehkan ustadz? Jazakallahu khairan sebelum nya

✒️❕JAWABAN

◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Tidak apa-apa. Walau dia – misal aslinya berqunut- lalu jadi imam di masjid yang jamaahnya tidak berqunut dan dia pun ikut tidak berqunut juga tidak apa-apa. Atau kebalikannya.

Imam At Tirmidzi berkata:

قَالَ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ إِنْ قَنَتَ فِي الْفَجْرِ فَحَسَنٌ وَإِنْ لَمْ يَقْنُتْ فَحَسَنٌ

“Berkata Sufyan Ats Tsauri: “Jika berqunut pada shalat shubuh, maka itu bagus, dan jika tidak berqunut itu juga bagus.”

(Lihat Sunan At Tirmidzi, keterangan hadits No. 401)

Diceritakan dalam Al Mausu’ah sebagai berikut:

الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ تَرَكَ الْقُنُوتَ فِي الصُّبْحِ لَمَّا صَلَّى مَعَ جَمَاعَةٍ مِنَ الْحَنَفِيَّةِ فِي مَسْجِدِهِمْ بِضَوَاحِي بَغْدَادَ . فَقَال الْحَنَفِيَّةُ : فَعَل ذَلِكَ أَدَبًا مَعَ الإِْمَامِ ، وَقَال الشَّافِعِيَّةُ بَل تَغَيَّرَ اجْتِهَادُهُ فِي ذَلِكَ الْوَقْتِ

“Asy Syafi’i Radhiallahu ‘Anhu meninggalkan qunut dalam subuh ketika Beliau shalat bersama jamaah bersama kalangan Hanafiyah (pengikut Abu Hanifah) di Masjid mereka, pinggiran kota Baghdad. Berkata Hanafiyah: “Itu merupakan adab bersama imam.” Berkata Asy Syafi’iyyah (pengikut Asy Syafi’i): “Bahkan beliau telah merubah ijtihadnya pada waktu itu.”

(Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 2/302. Wizarah Al Awqaf Asy Syu’un Al Islamiyah)

Wallahu A’lam

✏ Farid Nu’man Hasan

Pujian Para Ulama Kepada Perjuangan HAMAS dan Para Tokohnya

Tidak sedikit komentar syubhat, fitnah, dan dusta, yang dilontarkan orang-orang yang tidak bertanggungjawab tentang mujahidin Palestina di Gaza, khususnya HAMAS. Para pencela ini mengaku muslim, mengaku pro Palestina, tapi justru mencela mujahidinnya, menebarkan fitnah, menuduh dan asal bunyi. Tentunya perbuatan mereka selain aneh, jahat, juga menguntungkan Zionis Yahudi.

Perlu nampaknya kami sampaikan bagaimana pujian para ulama tentang para pejuang Gaza, khususnya HAMAS, agar mulut-mulut kotor tukang fitnah menghentikan fitnahannya, dan agar orang-orang yang terombang-ambing kembali tenang dan istiqamah.

1. Pujian Mufti Arab Saudi kepada pendiri HAMAS

Mufti Arab Saudi, Syaikh Abdul Aziz Alu Asy Syaikh berkata ketika mendengar berita wafatnya Syaikh Ahmad Yasin:

فإناً قد تلقينا ببالغ الحزن نبأ اغتيال الشيخ الشهيد أحمد ياسين غفر الله له ورحمه ورفع درجته في المهديين وخلفه في عقبه في الغابرين على يد طغمة فاسدة ظالمة عليها من الله ما تستحق ولما كان معروفاً عن الشيخ رحمه الله صبره وجهاده ووقوفه في وجه الظلم سني حياته فإني أرجو أن تكون خاتمته هذه خاتمة السعادة وأن يكون من الشهداء الأبرار

“Sesungguhnya kami menerima kabar terbunuhnya Asy Syaikh ASY SYAHID Ahmad Yasin ini dengan perasaan duka. Semoga Allah mengampuni beliau, merahmatinya, dan meninggikan derajatnya di surga dan memberikan pengganti beliau dalam rangka melawan kekuatan zalim yang keji semoga Allah membalas berbuatan mereka. Sepanjang hayatnya, Syaikh dikenal orang yang bersabar, berjihad, dan tegar dihadapan kezaliman, saya berharap semoga akhir kehidupannya adalah kehidupan yang bahagia dan  sebagai SYUHADA yang penuh kebaikan.”

Sumber: http://www.saaid.net/Doat/Zugail/313.htm

2. Pujian Syaikh Al Luhaidan (Ulama Senior di Arab Saudi, Anggota Hai’ah Kibaril ‘Ulama) kepada Syaikh Ahmad Yasin dan HAMAS

Syaikh Shalih Al Luhaidan mengkritik keras orang-orang yang mencela dan memfitnah HAMAS dan Syaikh Ahmad Yasin Rahimahullah.

Beliau berkata:

الرجل أشتهر عنه الخير .. والثبات ..
وإغاضة اليهود .. ومن ورائهم من حماتهم ..المدافعين عنهم ..ثم الرجل قُتِل قتلةً ،، بشعةً ،، شنيعة ..  نسأل الله أن يجعله بعدها في أعلى عليين ..
تَنَقُصُهم ، هو ومن يقاتل اليهود ، .. لايدل على خير من المُنَتَقِص .. وإنما إما يدل على إما جهل بالحقائق ..أو عن هوى ..والمسلم ينبغي أن يتجنب هذا وهذا ..

“Laki-laki ini (Syaikh Ahmad yasin) terkenal dengan kebaikannya, keteguhannya dan perlawanannya yang sengit terhadap Yahudi. Dan, di belakang beliau ada orang-orang yang siap melindungi dan membelanya (maksudnya HAMAS). Kemudian Syaikh Ahmad Yasin dibunuh secara keji dan tak berperikemanusiaan. Kita memohon kepada Allah memasukkannya di surgaNya yang tinggi. Orang-orang yang menjelek-jelekkan mereka (HAMAS) –beliau dan orang-orang yang memerangi Yahudi- tidak menunjukkan kebaikan orang yang menjelek-jelekkannya, melainkan menunjukkan kebodohannya terhadap fakta yang ada atau hanya menunjukkan hawa nafsunya. Seorang muslim hendaknya menjauhi hal ini dan itu …

Sumber: https://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?p=321491

3. Syaikh Abdul Hayy Yusuf, ulama Sudan, alumni Madinah

Syaikh ditanya oleh seseorang bernama ‘Adil Abdul Mun’im:

“Apa hukum orang yang mencela saudara-saudara kita di Gaza?”

Jawaban:

“Mencela para mujahid adalah sifat kaum munafiq. Kaum munafiq mencela para mujahidin, mencela para pimpinan mujahid,  menciptakan keraguan atas niat mereka, dan menganggap bodoh perbuatan mereka. Inilah perilaku kaum munafiq sejak masa lalu.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

أَشِحَّةً عَلَيۡكُمۡۖ فَإِذَا جَآءَ ٱلۡخَوۡفُ رَأَيۡتَهُمۡ يَنظُرُونَ إِلَيۡكَ تَدُورُ أَعۡيُنُهُمۡ كَٱلَّذِي يُغۡشَىٰ عَلَيۡهِ مِنَ ٱلۡمَوۡتِۖ فَإِذَا ذَهَبَ ٱلۡخَوۡفُ سَلَقُوكُم بِأَلۡسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى ٱلۡخَيۡرِۚ أُوْلَٰٓئِكَ لَمۡ يُؤۡمِنُواْ فَأَحۡبَطَ ٱللَّهُ أَعۡمَٰلَهُمۡۚ وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٗا

Mereka (kaum munafiq) kikir terhadapmu. Apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka kikir untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapus amalnya. Dan yang demikian itu mudah bagi Allah. (QS. Al Ahzab:  19)

Sumber: https://youtu.be/LGHwzc5qRxk

4. Syaikh Shalih Al Maghamisi Hafizhahullah (Da’i terkenal Arab Saudi dan Mantan Imam dan Khathib Masjid Quba)

Beliau berkata tentang Syaikh Ahmad Yasin, HAMAS, dan pejuang di Gaza:

أولئك المرابطين في غزة .. ومحبتهم وموالاتهم دينهم وقربة وواجب .. وهم عندي المعنيون بقول النبي صلى الله عليه وسلم : المرابطون في اكناف بيت المقدس

Merekalah orang-orang yang menjaga Gaza .. (didasari) oleh kecintaan dan kesetiaan mereka kepada agama, qurbah (ibadah kepada Allah), dan menjalankan kewajiban. Bagiku merekalah yang dimaksud dalam hadits Nabi ﷺ : “Orang-orang yang melindungi sekitar Baitul Maqdis.”

Sumber: https://youtu.be/QWUan6b3PdU?si=MeJqHkX-ffKwECxR (detik ke 21-33)

5. Syaikh Muhammad Al ‘Arifi Hafizhahullah (Da’i terkenal di Arab Saudi)

Beliau menjelaskan tentang hadits:

Akan ada sekelompok ummatku yang senantiasa berada diatas kebenaran, mereka  menang dan mengalahkan musuh mereka, orang yang menentang mereka tidaklah membahayakan mereka kecuali cobaan yang menimpa mereka hingga urusan Allah tiba dan mereka tetap seperti itu.” Mereka bertanya; Wahai Rasulullah! Dimana mereka? Rasulullah ﷺ  bersabda;  “Baitul Maqdis dan di sekitar Baitul Maqdis.”

(HR. Ahmad no. 22320. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: Shahih. Ta’liq Musnad Ahmad no. 22320)

Syaikh Muhammad Al ‘Arifi menjelaskan:

أنا أرى -والله تعالى اعلم- أن هذا الحديث ينطبق على اخواننا فى حماس

Menurutku -Wallahu A’lam- hadits ini  sejalan untuk saudara-saudara kita di HAMAS

Sumber: https://youtu.be/QWUan6b3PdU?si=MeJqHkX-ffKwECxR (lihat menit 1, detik 39-43)

6. Fatwa 27 Ulama Mauritania tentang Perlawanan di Gaza dan HAMAS di Perang Badai Al Aqsha

Salah satu poinnya:

أن المجاهدين في فلسطين اليوم، وفي مقدمتهم حركة المقاومة الإسلامية ‌‏(حماس)، وبقية الفصائل المجاهدة، هم من خيرة المجاهدين على ظهر ‏الأرض، المدافعين عن المقدسات، الذابِّينَ عن العرض والحرمات.‏
ولا يَشكُّك في ذلك إلا جاهل، أو جاحد!‏

Sesungguhnya gerakan HAMAS serta semua faksi perlawanan yang ada di Palestina saat ini adalah mujahidin terbaik di muka bumi yang mempertahankan tanah suci serta menjaga kehormatan dan harga diri umat. Tidak ada yang meragukan hal ini kecuali orang jahil (bodoh) atau jahid (orang penolak fakta dan tidak berterima kasih).

Sumber: https://palscholars.org/news/%d9%81%d8%aa%d9%88%d9%89-%d8%b4%d8%b1%d8%b9%d9%8a%d8%a9-%d8%ad%d9%88%d9%84-%d8%a7%d9%84%d8%ac%d9%87%d8%a7%d8%af-%d9%88%d8%a7%d9%84%d9%85%d8%ac%d8%a7%d9%87%d8%af%d9%8a%d9%86-%d9%81%d9%8a-%d9%81%d9%84/

7. Syaikh Abu Ishaq Al Huwaini (tokoh Salafi Mesir, murid Syaikh al Albani)

Beliau berkata tentang HAMAS:

“HAMAS adalah jamaah sunniyah (Ahlus Sunnah), tidak ada masalah pada mereka. Mereka bukan rofidhah (syiah) sebagaimana yang disebarkan oleh kelompok penipu dari kalangan Ahli Bid’ah – Madakhilah”

Dan masih banyak lainnya.

Wallahu A’lam Wa Lillahil ‘Izzah wa walirasulihi wa Lil Mu’minin

✍ Farid Numan Hasan

Hukum Berjualan di Teras Masjid

◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

✉️❔PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum ustad,izin tanya apakah boleh berjualan dilokasi masjid,seperti jual minyak wangi,buku2 islam dansebagainya… (Lokasi di teras masjid)

✒️❕JAWABAN

◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

Pada masjid ada bagian yang dinamakan AR RAHABAH, yaitu bagian bangunan atau teras yang masih nyambung dengan masjid, walau itu bukan bagian utama. Maka, semua sisi bangunan yang masih menempel dan satu pondasi dengan masjid itu namanya rahabah. Jadi, sekretariat masjid, perpustakaan, aula, jika semuanya bersambung dengan ruang utama masjid maka itu termasuk.

Imam Ibnu Hajar berkata tentang makna Ar Rahbah ini:

هِيَ بِنَاء يَكُون أَمَام بَاب الْمَسْجِد غَيْر مُنْفَصِل عَنْهُ ، هَذِهِ رَحَبَة الْمَسْجِد

Itu adalah bangunan yang berada di depan pintu masjid yang tidak terpisah dari masjid, inilah makna Ar Rahabah-nya masjid. (Fathul Bari, 13/155)

Kemudian, para fuqaha berbeda pendapat apakah rahabah termasuk masjid atau bukan? Jumhur mengatakan BUKAN bagian dari masjid, sehingga tidak berlaku hukum-hukum masjid.

Sebagian lain mengatakan bagian dari masjid, sehingga berlaku hukum-hukum masjid termasuk larangan-larangan di masjid.

Tertulis dalam Al Mausu’ah:

فَاَلَّذِي يُفْهَمُ مِنْ كَلامِ الْحَنَفِيَّةِ وَالْمَالِكِيَّةِ وَالْحَنَابِلَةِ فِي الصَّحِيحِ مِنْ الْمَذْهَبِ أَنَّهَا لَيْسَتْ مِنْ الْمَسْجِدِ , وَمُقَابِلُ الصَّحِيحِ عِنْدَهُمْ أَنَّهَا مِنْ الْمَسْجِدِ , وَجَمَعَ أَبُو يَعْلَى بَيْنَ الرِّوَايَتَيْنِ بِأَنَّ الرَّحْبَةَ الْمَحُوطَةَ وَعَلَيْهَا بَابٌ هِيَ مِنْ الْمَسْجِدِ . وَذَهَبَ الشَّافِعِيَّةُ إلَى أَنَّ رَحْبَةَ الْمَسْجِدِ مِنْ الْمَسْجِدِ , فَلَوْ اعْتَكَفَ فِيهَا صَحَّ اعْتِكَافُهُ

Maka, yang bisa difahami dari perkataan kalangan Hanafiyah, Malikiyah, dan Hanabilah, menurut pendapat yang sah sebagai pendapat madzhab adalah Ar Rahabah bukan termasuk masjid, dan ada pendapat mereka yang berlawanan dengan pendapat ini bahwa Ar Rahabah adalah bagian dari masjid. Abu Ya’la memadukan di antara dua riwayat yang berbeda ini bahwa Ar Rahabah yang termasuk masjid merupakan Ar Rahabah (bagian lapang) yang diberikan pagar (batasan/tembok) dan di atasnya dibuat pintu. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 5/224)

Manakah pendapat yang lebih kuat? Imam Ibnu Hajar berkata :

وَوَقَعَ فِيهَا الِاخْتِلَاف ، وَالرَّاجِح أَنَّ لَهَا حُكْم الْمَسْجِد فَيَصِحّ فِيهَا الِاعْتِكَاف

Telah terjadi perbedaan pendapat tentang ini, namun pendapat yang lebih kuat adalah Ar Rahabah memiliki hukum-hukum masjid, dan SAH I’tikaf di dalamnya. ( Fathul Bari, 13/155)

Imam Al ‘Aini Al Hanafi menerangkan tentang Ar Rahabah:

وهي الساحة والمكان المتسع أمام باب المسجد غير منفصل عنه وحكمها حكم المسجد فيصح فيها الاعتكاف في الأصح بخلاف ما إذا كانت منفصلة

Ar Rahabah adalah lapangan atau tempat yang luas di depan pintu masjid yang tidak terpisah dari masjid, hukumnya sama dengan hukum masjid, maka sah beri’tikaf di dalamnya menurut pendapat yang lebih benar dari perbedaan pendapat yang ada, selama dia masih bersambung dengan masjid. (Imam Badruddin Al ‘Aini, ‘Umdatul Qari, 35/254)

Imam An Nawawi menjelaskan pula:

وقد نص الشافعي علي صحه الاعتكاف في الرحبة قال القاضي أبو الطيب في المجرد قال الشافعي يصح الاعتكاف في رحاب المسجد لانها من المسجد

Imam Asy Syafi’i telah mengatakan bahwa SAH-nya I’tikaf di Ar Rahbah. Al Qadhi Abu Ath Thayyib berkata dalam Al Mujarrad: “Berkata Asy Syafi’i: I’tikaf sah dilakukan di bangunan yang menyatu dengan masjid, karena itu termasuk bagian area masjid. (Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 6/507)

Jadi, selama bangunan itu (baik tegelnya atau dindingnya) MASIH menyatu dengan masjid –seperti teras, atap, ruang samping mihrab, basement, sekretariat, aula, menara- maka dia termasuk masjid, dan sah I’tikaf di sana, dan berlaku larangan jual beli di sana. Inilah pendapat yang lebih kuat di antara dua perselisihan yang ada, dan pendapat ini sesuai dengan kaidah:

الحريم له حكم ما هو حريم له

Sekeliling dari sesuatu memiliki hukum yang sama dengan hukum yang berlaku pada sesuatu itu sendiri. (Imam As Suyuthi, Al Asybah wan Nazhair, Hal. 125)

Tapi bagi yg meyakini itu bukan bagian dari masjid, juga tidak kita ingkari sbb itu pendapat para kaum muslimin.

Wallahu A’lam

✏ Farid Nu’man Hasan

scroll to top