Fiqih I’tikaf (Bag. 1)

💦💥💦💥💦💥💦💥

📌 Definisi

📕 Secara Bahasa (Lughah):

I’tikaf adalah Al Mulaazim artinya  berdiam, membiasakan, menetapi (Lihat Imam Asy Syaukani, Fathul Qadir, 1/244. Mawqi’ Ruh Al Islam)

يقال عكف على الشيء : إذا لازمه

Dikatakan, ‘akafa ‘ala Asy Syai’  (Dia menetap di atas sesuatu), artinya dia selalu bersamanya. (Ibid)

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah mengatakan:

الاعتكاف لزوم الشئ وحبس النفس عليه، خيرا كان أم شرا

I’tikaf adalah menetapi sesuatu dan menutup  diri, dalam hal baik atau buruk . (Fiqhus Sunnah, 1/475)

📓Secara Istilah (Syara’) :

والاعتكاف في الشرع : ملازمة طاعة مخصوصة على شرط مخصوص

Secara syara’: menetap dalam rangka taat secara khusus dengan syarat khusus pula. (Fathl Qadir, 1/245)

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah mengatakan:

والمقصود به هنا لزوم المسجد والاقامة فيه بنية التقرب إلى الله عزوجل.

Yang dimaksud I’tikaf di sini adalah menetapi masjid dan menegakkan shalat di dalamnya dengan niat mendekatkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla. (Fiqhus Sunnah, 1/475)

📌 Dasar Hukum

🌸 Al Quran

وَلا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ

Janganlah kalian    mencampuri  mereka (Istri), sedang kalian sedang   I’tikaf di masjid. (QS. Al Baqarah : 187)

🌸 As Sunnah

Dari ‘Aisyah Radiallahu ‘Anha:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beri’tikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan sampai beliau diwafatka Allah, kemudian istri-istrinya pun I’tikaf setelah itu.(HR. Bukhari, No. 2026, Muslim No. 1171, Abu Daud No. 2462. Ahmad No. 24613, dan lainnya)

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي كُلِّ رَمَضَانٍ عَشْرَةَ أَيَّامٍ فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا

Dahulu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam I’tikaf di setiap Ramadhan 10 hari, tatkala pada tahun beliau wafat, beliau I’tikaf 20 hari. (HR. Bukhari No. 694, Ahmad No. 8662, Ibnu Hibban No. 2228,  Al Baghawi No. 839, Abu Ya’la No. 5843,  Abu Nu’aim dalam Akhbar Ashbahan, 2/53)

🌸 Ijma’

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah menceritakan adanya ijma’ tentang  syariat I’tikaf:

وقد أجمع العلماء على أنه مشروع، فقد كان النبي صلى الله عليه وسلم يعتكف في كل رمضان عشرة أيام، فلما كان العام الذي قبض فيه اعتكف عشرين يوما.

Ulama telah ijma’ bahwa I’tikaf adalah disyariatkan, Nabi  Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beri’tikaf setiap Ramadhan 10 hari, dan 20 hari ketika tahun beliau wafat. (Fiqhus Sunnah, 1/475)

(Bersambung …)

🌷☘🌺🌴🌻🌸🌾🍃

✏ Farid Nu’man Hasan

Serial Fiqih I’tikaf

Fiqih I’tikaf Bag 1

Fiqih I’tikaf Bag 2

Fiqih I’tikaf Bag 3

Fiqih I’tikaf Bag 4

Fiqih I’tikaf Bag 5

Fiqih I’tikaf Bag 6

Fiqih I’tikaf Bag 7

Fiqih I’tikaf Bag 8

Fiqih I’tikaf Bag 9

Download file PDF di link ini

Elegi Buat Para Aktifis Islam Korban Kezaliman

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

📌 Mereka berhasil mengekang kalian .. iya, tapi mereka tidak bisa mengekang spirit perjuangan kalian

📌 Kalian dibalik jeruji, tapi sebenarnya kalian merdeka

📌 Kalian menyuarakan kebenaran, sang durjana marah dan ketakutan, dan membabi buta  .. tp tenanglah mereka akan lelah lalu mati dengan sendirinya

📌 Ini merupakan batu uji keimanan dan kejujuran perjuangan .., telah berlalu Imam An Nawawi, Imam Ibnu Taimiyah, Syaikh Sayyid Quthb, Buya Hamka .. apa setelah ujian atas mereka? Mereka meninggi dan menjadi bintang di antara bintang ..

📌 Tenanglah .. Bukankah Namrudz binasa? Fir’aun tenggelam tidak berdaya ? Abu Jahal mati dalam ghazwah Badar mulia ?

📌 Jutaan umat marah, kaum durjana menuduh ini adalah angka yang kecil. Mereka anggap diri mereka silent majority .. tanpa malu!

📌 Inilah ujian itu, Allah Ta’ala berfirman:

وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ ۚ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ ۖ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ

Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya. (Qs. Al Anfal: 30)

📌 Inilah ujian itu, Allah Ta’ala berfirman:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۖ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Qs. Al-Baqarah:  214)

📌 Selamat !! Kalian bersama orang-orang mulia yang telah diuji karena memperjuangkan agama …

📌Cara terbaik menjalani hidup dan cara tertinggi mengakhirinya ..

Allahummarzuqnasy  Syahadah fi sabiilik …

☘🌸🌺🌴🌻🍃🌾🌷

✍ Farid Nu’man Hasan

Junub Di Pagi Hari Puasa, Gimana Dong?

💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

Afwan  para  asatidz….mau  tanya….seseorag  hubumgan  dg  istri  di waktu  sahur  kmudian  ketiduran  hingga  setelah bsubuh  sdang  mereka2 blm  mandi  janabat..gmna  hukum  puasanya  sah  atau  tidak (081329132×××)

📬 JAWABAN

Bismillah wal Hamdulillah…

Tidak apa-apa, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah Junub dipagi hari Ramadhan.

‘Aisyah dan Ummu Salamah Radhiallahu ‘Anhuma menceritakan:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُدْرِكُهُ الْفَجْرُ وَهُوَ جُنُبٌ مِنْ أَهْلِهِ ثُمَّ يَغْتَسِلُ وَيَصُومُ

“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memasuki fajar dalam keadaan junub karena berhubungan dengan isterinya, lalu dia mandi dan berpuasa.” (HR. Bukhari No. 1925, Muslim No. 1109)

Imam Ibnu Hajar Rahimahullah mengatakan:

قَالَ الْقُرْطُبِيّ : فِي هَذَا فَائِدَتَانِ ، إِحْدَاهُمَا أَنَّهُ كَانَ يُجَامِع فِي رَمَضَان وَيُؤَخِّر الْغُسْل إِلَى بَعْد طُلُوع الْفَجْر بَيَانًا لِلْجَوَازِ . الثَّانِي أَنَّ ذَلِكَ كَانَ مِنْ جِمَاع لَا مِنْ اِحْتِلَام لِأَنَّهُ كَانَ لَا يَحْتَلِم إِذْ الِاحْتِلَام مِنْ الشَّيْطَان وَهُوَ مَعْصُوم مِنْهُ .

“Berkata Al Qurthubi: “Hadits ini ada dua faidah. Pertama, bahwa beliau berjima’ pada Ramadhan (malamnya) dan mengakhirkan mandi hingga setelah terbitnya fajar, merupakan penjelasan bolehnya hal itu. Kedua, hal itu (junub) dikarenakan jima’ bukan karena mimpi basah, karena beliau tidaklah mimpi basah, mengingat bahwa mimpi basah adalah dari syetan, dan beliau ma’shum dari hal itu.” ( Fathul Bari, 4/144)

Wallahu A’lam

🌸🌿🌺🌾🍃🌱🌴🌻☘💐

✍ Farid Nu’man Hasan

Makna Syetan Diikat Ketika Ramadhan

💥💦💥💦💥💦

Pertanyaan:

جاء فى بعض الأحاديث أن الشياطين تصفد فى رمضان ، فكيف يتفق هذا مع وقوع جرائم كثيرة فى رمضان من الصائمين وغير الصائمين ؟

“Sebagian hadits menyebutkan bahwa syetan dibelenggu ketika Ramadhan. Bagaimana mengkompromikan hal ini dengan realita bahwa kejahatan tetap banyak terjadi pada Ramadhan yang  dilakukan orang berpuasa dan   yang tidak berpuasa?”

Jawab (oleh Syaikh ‘Athiyah Saqr – Mufti Mesir pada zamannya):

روى البخارى ومسلم أن النبى صلى الله عليه وسلم قال : ” إذا جاء رمضان فتحت أبواب الجنة وغلقت أبواب النار وصفدت الشياطين ” وروى ابن خزيمة فى صحيحه قوله صلى الله عليه وسلم ” إذا كان أول ليلة من شهر رمضان صفدت الشياطين مردة الجن . . . ” .
إن الواقع يشهد بأن المعاصى ما تزال ترتكب فى رمضان وغير رمضان ، ومن أجل التوفيق بين الحديث الثابت وبين الواقع المشاهد قال الشراح : إن المراد بتقييد الشياطين فى رمضان عدم تسلطها على من يصومون صوما صحيحا كاملا رُوعيت فيه كل الآداب التى منها عفة اللسان والنظر والجوارح كلها عن المعصية ، استجابة للحديث الذى رواه البخارى : ” من لم يدع قول الزور والعمل به فليس للَّه حاجة فى أن يدع طعامه وشرابه ” أو المراد بالشياطين التى تصفد المردة والجبابرة منهم كما فى رواية ابن خزيمة، أما غيرهم فلا يقيدون ولذلك تقع من الناس بعض المعاصى ، أو المراد أن الشياطين كلها تُغَلُّ بمعنى يضعف نشاطها ولا تكون بالقوة التى عليها بدون أغلال وقيود ، أو المراد :
أن المعاصى التى تكون بسبب الشياطين تمنع ، ولكن تقع المعاصى التى يكون سببها النفوس الخبيثة الأمارة بالسوء أو العادات القبيحة أو شياطين الإنس ، ومن هنا نرى أن الحديث لا يصطدم مع الواقع عند فهمه فهما صحيحا ، وذلك ما نحب أن نلفت الأنظار إليه فى فهم نصوص الدين حتى لا يكون هناك شك فى الدين أو انحراف فى الفكر أو السلوك

“Al Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Jika datang Ramadhan maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan syetan-syetan dibelenggu.” Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dalam Shahihnya, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Jika datang malam pertama bulan Ramadhan syetan jin yang durhaka dibelenggu …”

Sesungguhnya kenyataan yang ada adalah tetap  adanya maksiat  pada bulan Ramadhan dan selainnya,  maka mesti dikompromikan antara hadits-hadits shahih dengan kenyataan yang tampak ini.  Para pensyarah (penjelas) mengatakan:

“Bahwa diikatnya syetan bermakna mereka tidak memiliki kekuasaan terhadap orang yang berpuasanya benar, sempurna,  dan bagus, yang di dalamnya meliputi semua adab-adab seperti menjaga lisan, pandangan, dan perbuatan lahiriyah seluruhnya dari maksiat. Hal ini merupakan jawaban dari hadits yang diriwayatkan oleh Al Bukhari: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan beramal dengannya, maka Allah tidak membutuhkan aktifitas meninggalkan makan dan minumnya.”

Dan dikatakan pula: “Yang dimaksud dengan syetan yang dibelenggu adalah  yang durhaka dan lalim dari kaum mereka (Jin), sebagaimana hadits Ibnu Khuzaimah. Ada pun selain mereka tidaklah dibelenggu, maka dari itu terjadilah maksiat yang dilakukan manusia.” Atau maksudnya pula adalah: “Bahwa semua syetan terbelenggu dengan artian melemah akifitasnya, dan tidaklah dia menjadi kuat jika diikat dan dibelenggu.” Atau maksudnya adalah: “Bahwa maksiat yang disebabkan dari syetan menjadi tercegah, sedangkan maksiat yang ada adalah disebabkan jiwa yang buruk yang memerintahkan pada kejelekan (amarah bis suu’), kebiasaan yang jelek, atau syetan dalam bentuk manusia.”

Dari sini kita melihat bahwa hadits-hadits tersebut tidaklah bertentangan dengan kenyataan ketika kita memahaminya dengan pemahaman yang benar. Dan hal itu, bukan berarti  kita suka memalingkan berbagai pandangan terhadap  nash-nash agama, sehingga tidak ada lagi keraguan terhadap agama, atau penyimpangan pemikiran dan perilaku.”   (Fatawa Darul Ifta’ Al Mishriyah, 9/253)

🍃🌴🌻🌸🌾🌺☘🌷

✏ Farid Nu’man Hasan

scroll to top