Apakah Ada Dasarnya Menyiramkan Air ke Kubur?

๐Ÿ’ฅ๐Ÿ’ฆ๐Ÿ’ฅ๐Ÿ’ฆ๐Ÿ’ฅ๐Ÿ’ฆ

๐Ÿ“จ PERTANYAAN:

Apakah hukum menyiramkan air ke makam ? Jazakallah khairan (Ummu Abdillah)

๐Ÿ“ฌ JAWABAN

๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ

Bismillah wal Hamdulillah ..

Menyiramkan air ke kubur adalah sunah menurut mayoritas ulama.

Berikut ini hadits-haditsnya:

๐Ÿ“• Dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu โ€˜Anhu, katanya:

ุฑูุดู‘ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูŽุจู’ุฑู ุงู„ู†ู‘ูŽุจูู‰ู‘ู -ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…- ุงู„ู’ู…ูŽุงุกู ุฑูŽุดู‘ู‹ุง. ู‚ูŽุงู„ูŽ : ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ุงู„ู‘ูŽุฐูู‰ ุฑูŽุดู‘ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุงุกูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูŽุจู’ุฑูู‡ู ุจูู„ุงูŽู„ู ุจู’ู†ู ุฑูŽุจูŽุงุญู ุจูู‚ูุฑู’ุจูŽุฉู ุจูŽุฏูŽุฃูŽ ู…ูู†ู’ ู‚ูุจูŽู„ู ุฑูŽุฃู’ุณูŽู‡ู ู…ูู†ู’ ุดูู‚ู‘ูู‡ู ุงู„ุฃูŽูŠู’ู…ูŽู†ู ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ุงู†ู’ุชูŽู‡ูŽู‰ ุฅูู„ูŽู‰ ุฑูุฌู’ู„ูŽูŠู’ู‡ู

Kubur Nabi ๏ทบ disirami air. Jabir berkata: Yang menyiramkannya adalah Bilal bin Rabah dengan sebuah qirbah (wadah air dari kulit), dimulai dari bagian kepala sisi bagian kanan sampai ujung kakinya.  (HR. Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 6990)

๐Ÿ“— Dari Jaโ€™far bin Muhammad, dari ayahnya:

ุฃู† ุงู„ู†ุจูŠู‘ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฑูŽุดู‘ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูŽุจู’ุฑู ุงุจู†ู‡ ุฅุจุฑุงู‡ูŠู…ูŽ ูˆูŽูˆูŽุถูŽุน ุนู„ูŠู‡ ุญูŽุตู’ุจูŽุงุกูŽ

Bahwa Nabi ๏ทบ menyiramkan air ke kubur puteranya, Ibrahim, dan meletakkan kerikil di atasnya. (HR. Musnad Asy Syafiโ€™i No. 599, dengan susunana Syaikh As Sindiy)

Dijelaskan dalam kitab  Musnad Asy Syafiโ€™iy :

ูˆู…ุนู„ูˆู… ุฃู† ุฅุจุฑุงู‡ูŠู… ู…ุงุช ุทูู„ุงู‹ ู„ุง ูˆุฒุฑ ุนู„ูŠู‡ ูˆุฅู†ู…ุง ูŠูุนู„ ุฐู„ูƒ ุงู„ุฑุณูˆู„ ุชุนู„ูŠู…ุง ู„ู†ุง : ุฃู…ุง ุงู„ุญูƒู…ุฉ ููŠ ุฑุด ุงู„ู…ุงุก ูˆูˆุถุน ุงู„ุญุตู‰ ูู„ุง ู†ุนุฑูู‡ุง ูู…ุง ุนู„ูŠู†ุง ุฅู„ุง ุงู„ู‚ุจูˆู„ ูˆุงู„ุฅู…ุชุซุงู„ ู„ุฃู† ููŠ ุงู„ุดุฑุน ุฃู…ูˆุฑุงู‹ ุชุนุจุฏูŠุฉ ู„ุง ู†ุฏุฑูƒ ุฃุณุฑุงุฑู‡ุง

Telah diketahui bahwa Ibrahim wafat saat masih kecil dan tidak ada dosa padanya. Perbuatan Rasulullah ๏ทบ itu merupakan pendidikan buat kita, ada pun apa hikmahnya dalam menyirami air dan meletakkan kerikil itu kita tidak mengetahuinya,  yang wajib bagi kita adalah menerimanya dan menjalankannya, karena pada syariat ada perkara peribadatan yang akal kita tidak mencapai apa rahasia-rahasianya. (Musnad Asy Syafiโ€™i, Ibid)

๐Ÿ“’ Dari โ€˜Amir bin Rabiโ€™ah, dari ayahnya:

ุฃู† ุงู„ู†ุจูŠ ู‚ุงู… ุนู„ู‰ ู‚ุจุฑ ุนุซู…ุงู† ุจู† ู…ุธุนูˆู† ุจุนุฏู…ุง ุฏูู†ู‡ ูˆุฃู…ุฑ ุจุฑุด ุงู„ู…ุงุก

Bahwa Nabi ๏ทบ berdiri di sisi kubur Utsman bin mashโ€™un setelah dikuburnya dan memerintahkan untuk disiramkan air. (HR. Al Bazzar No. 3822)

๐Ÿ“˜ Lalu Bagaimana status hadits-hadits di atas?

Syaikh Muhammad Abdul Malik Az Zaghabi mengatakan bahwa semua sanad hadits tema di atas adalah dhaif, tetapi satu sama lain saling menguatkan sehingga sampai derajat maqbul (bisa diterima), dan menjadi dalil disyariatkannya amal tersebut.  ( Tsamanun Suโ€™aalan โ€˜An โ€˜Adzaabil Qabri wa Naโ€™iimihi, Maktabatul Iman, Manshurah, Mesir)

Menurut mayoritas ulama perbuatan ini adalah SUNNAH, berikut ini keterangannya:

ุตุฑุญ ุงู„ุญู†ููŠุฉ ูˆุงู„ุดุงูุนูŠุฉ ูˆุงู„ุญู†ุงุจู„ุฉ ุ› ุจุฃู†ู‡ ูŠุณู† ุฃู† ูŠุฑุด ุนู„ู‰ ุงู„ู‚ุจุฑ ุจุนุฏ ุงู„ุฏูู† ู…ุงุกุ› ู„ุฃู† ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูุนู„ ุฐู„ูƒ ุจู‚ุจุฑ ุณุนุฏ ุจู† ู…ุนุงุฐ , ูˆุฃู…ุฑ ุจู‡ ููŠ ู‚ุจุฑ ุนุซู…ุงู† ุจู† ู…ุธุนูˆู†. ูˆุฒุงุฏ ุงู„ุดุงูุนูŠุฉ ูˆุงู„ุญู†ุงุจู„ุฉ: ุฃู† ูŠูˆุถุน ุนู„ูŠู‡ ุญุตู‰ ุตุบุงุฑุ› ู„ู…ุง ุฑูˆู‰ ุฌุนูุฑ ุจู† ู…ุญู…ุฏ ุนู† ุฃุจูŠู‡ ( ุฃู† ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฑุด ุนู„ู‰ ู‚ุจุฑ ุงุจู†ู‡ ุฅุจุฑุงู‡ูŠู… ูˆูˆุถุน ุนู„ูŠู‡ ุญุตุจุงุก ) , ูˆู„ุฃู† ุฐู„ูƒ ุฃุซุจุช ู„ู‡

Kalangan Hanafiyah, Syafiโ€™iyah, dan Hambaliyah menerangkan bahwa disunahkan menyiramkan air setelah mayit dikubur, sebab Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam melakukan itu pada kuburnya Saโ€™ad bin Muโ€™adz, dan memerintahkannya pada kubur Utsman bin Mazhโ€™un. Juga diriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam menyiramkan air pada kubur puteranya, Ibrahim, dan juga menaburkan kerikil, karena itu bisa memperkuatnya. (Al Mausuโ€™ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah,  32/250)

Demikian. Wallahu Aโ€™lam

๐ŸŒด๐ŸŒฑ๐Ÿ„๐ŸŒท๐Ÿƒ๐ŸŒต๐ŸŒธ๐ŸŒพ๐ŸŒน

โœ Farid Nuโ€™man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *