Sebagian Adab Menuntut Ilmu Syar’i

Berikut ini adalah sebagian adab-adab yang mesti diperhatikan setiap muslim yang senantiasa menyibukkan dirinya dalam ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu agama,  baik dia seorang dosen, guru, pelajar,  mahasiswa, jamaah masjid, aktifis Islam, dan juga  manusia pada  umumnya.

1⃣ Menuntut Ilmu adalah bekal bagi kemakmuran dunia dan kebaikan akhirat, bukan bekal untuk berdebat dan kesombongan.

Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk mendebat orang bodoh, atau berbangga di depan ulama, atau mencari perhatian manusia kepadanya, maka dia di neraka.

(HR. Ibnu Majah No. 253. At Tirmidzi No. 2654. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan Ibni Majah No. 253, Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 2654, Misykah Al Mashabih No. 225, 226, Shahihul Jami’ No. 6382)

Dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

Janganlah kalian menuntut ilmu dengan maksud berbangga di depan ulama, mendebat orang bodoh, dan memilih-milih majelis. Barangsiapa yang melakukan itu maka dia di neraka, di neraka.

(HR. Ibnu Majah No. 254, Al Baihaqi, Syu’abul Iman, No. 1725, Ibnu Hibban No. 77, Al Hakim, Al Mustadrak ‘alash Shahihain, No. 290. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib No. 102, dan Shahih wa Dhaif Sunan Ibni Majah No. 254)

2⃣ Ilmu Bukan Untuk Tujuan rendah Keduniaan, tetapi Mencari Ridha Allah Ta’ala.

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

Barangsiapa yang menuntut ilmu yang dengannya dia menginginkan wajah Allah, (tetapi) dia tidak mempelajarinya melainkan karena kekayaan dunia, maka dia tidak akan mendapatkan harumnya surga pada hari kiamat.

(HR. Abu Daud No. 3664, Ibnu Majah No. 252, Ibnu Hibban No. 78, Al Hakim, Al Mustadrak ‘Alash Shahihain, No. 288, katanya: shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim. Syaikh Al Albani mengatakan shahih lighairih. Lihat Shahih Targhib wat Tarhib No. 105. Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud, No. 3664, Shahih wa Dhaif Sunan Ibni Majah, No. 252)

Dari Ubai bin Ka’ab Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam:

Barangsiapa diantara mereka beramal amalan akhirat dengan tujuan dunia, maka dia tidak mendapatkan bagian apa-apa di akhirat.

(HR. Ahmad No. 20275. Ibnu Hibban No. 405, Al Hakim, Al Mustadrak ‘Alash Shahihain No. 7862, katanya: sanadnya shahih. Imam Al Haitsami mengatakan: diriwayatkan oleh Ahmad dan anaknya dari berbagai jalur dan perawi dari Ahmad adalah shahih, Majma’ Az Zawaid 10/220. Darul Kutub Al Ilmiyah)

3⃣ Memurnikan Niat untuk Allah Ta’ala semata adalah Tujuan Utama

Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk selain Allah atau dia maksudkan dengannya selain Allah, maka disediakan baginya kursi di neraka. (HR. At Tirmidzi No. 2655, katanya: hasan gharib. Ibnu Majah No. 258. Didhaifkan oleh Syaikh Al Albani dalam Dhaif Al Jami Ash Shaghir No. 5530, 5687)

4⃣ Jangan menyibukkan diri dalam perkara dan pertanyaan yang tidak produktif, tidak melahirkan ilmu, iman, dan amal shalih.

Bahkan perkara tersebut membawa kekesatan hati dan pikiran. Seperti menanyakan Ruyatul Hilal awal Ramadhan bagi orang yang tinggal di bulan bagaimana? Mendebatkan kelebihan sahabat nabi yang satu di atas yang lainnya, dan berlama-lama dalam menyibukkan diri dalam perkara khilafiyah padahal dia bukan ahlinya.
Allah Ta’ala berfirman:

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al Isra (17): 36)

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

Di antara baiknya kualitas Islam seseorang adalah ia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.

(HR. At Tirmidzi No. 2317, Ibnu Majah No. 3976, Ibnu Hibban No. 229,  Ahmad No. 1732, dari  Al Husein bin Ali, Syaikh Syu’aib Al Arna-uth mengatakan: hadits hasan lisyawahidih (hadits hasan karena beberapa penguatnya). Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Ash Shaghir No. 884, dari Zaid bin Tsabit. Al Qudha’i dalam Musnad Asy Syihab No. 191. Syaikh Al Albani menshahihkan dalam Misykah Al Mashabih No. 4839 )

Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Sakhr Radhiallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam:

Apa-apa yang saya larang untuk kalian, jauhilah. Apa-apa yang saya perintahkan untuk kalian, kerjakanlah semampu kalian. Sesungguhnya binasanya manusia sebelum kalian karena banyaknya pertanyaan mereka dan berselisihanya mereka terhadap nabi-nabi mereka. (HR. Bukhari No.  6858,  Muslim No. 1337,  Ibnu Majah No. 2, An Nasai No. 2619, At Tirmidzi No. 2679, Ibnu Hibban No. 2105, Ibnu Khuzaimah No. 2508, Ahmad No. 10531, Ath Thabarani dalam Al Awsath No. 8768, Al Baihaqi dalam As Sunannya No. 1693, 13368)

Al Imam Ibnu Daqiq Al Id Rahimahullah menjelaskan:

أراد: لا تكثروا السؤال فربما يكثر الجواب عليه فيضاهي ذلك قصة بني إسرائيل لما قيل لهم: “اذبحوا بقرة” فإنهم لو اقتصروا على ما يصدق عليه اللفظ وبادروا إلى ذبح أي بقرة كانت أجزأت عنهم لكن لما أكثروا السؤال وشددوا شدد عليهم وذموا على ذلك فخاف النبي صلى الله عليه وسلم مثل ذلك على أمته.

“Maksudnya ialah    janganlah kalian banyak bertanya sehingga  melahirkan beragam jawaban, ini menyerupai peristiwa yang terjadi pada bani Israil, tatkala mereka diperintahkan menyembelih seekor sapi betina yang seandainya mereka mengikuti perintah itu dan segera menyembelih sapi tersebut,  niscaya hal itu cukup bagi mereka dikatakan telah menaatinya. Tetapi, karena mereka banyak bertanya dan memberatkan diri sendiri, maka mereka akhirnya dipersulit dan dicela. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam khawatir hal semacam ini terjadi pada umatnya. (Imam Ibnu Daqiq Al Id, Syarh Al Arbain An Nawawiyah, Hal. 58. Maktabah Misykah)

Al Imam Hasan Al Banna Rahimahullah mengatakan:

وكل مسألة لا ينبني عليها عمل فالخوض فيها من التكلف الذي نهينا عنه شرعا , ومن ذلك كثرة التفريعات للأحكام التي لم تقع , والخوض في معاني الآيات القرآنية الكريمة التي لم يصل إليها العلم بعد ، والكلام في المفاضلة بين الأصحاب رضوان الله عليهم وما شجر بينهم من خلاف , ولكل منهم فضل صحبته وجزاء نيته وفي التأول مندوحة

.Setiap masalah yang amal tidak dibangun di atasnya -sehingga menimbulkan perbincangan yang tidak perlu- adalah kegiatan yang dilarang secara syar’i. Misalnya memperbincangkan berbagai hukum tentang masalah yang tidak benar-benar terjadi, atau memperbincangkan makna ayat-ayat Al-Quran yang kandungan maknanya tidak dipahami oleh akal pikiran, atau memperbincangkan perihal perbandingan keutamaan dan perselisihan yang terjadi di antara para sahabat (padahal masing-masing dari mereka memiliki keutamaannya sebagai sahabat Nabi dan pahala niatnya) Dengan tawil (menafsiri baik perilaku para sahabat) kita terlepas dari persoalan. (Ushul Isyrin No. 9)

5⃣ Mengembalikan urusan dan kesulitannya dengan bertanya kepada Ahlinya.

Allah Ta’ala berfirman:

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُون
َ

“Maka bertanyalah kepada Ahludz Dzikri jika kalian tidak mengetahui.” (QS. An Nahl (16): 43)

Siapakah Ahludz Dzikri yang dimaksud oleh ayat yang mulia ini?

Berkata Imam Al Qurthubi Rahimahullah dalam kitab tafsirnya:

وقال ابن عباس: أهل الذكر أهل القرآن وقيل: أهل العلم، والمعنى متقارب

Berkata Ibnu ‘Abbas: “Ahludz Dzikri adalah Ahlul Quran (Ahlinya Al Quran), dan dikatakan: Ahli Ilmu (ulama), makna keduanya berdekatan.” (Imam Al Qurthubi, Al Jami’ Li Ahkamil Quran, Juz. 10, Hal. 108, Ihya’ Ats Turats Al ‘Arabi, 1985M-1405H. Beirut-Libanon)

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَة

“Jika urusan dikembalikan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah waktu kehancurannya.” (HR. Bukhari  No. 59, 6496. Ibnu Hibban No. 104, Ahmad No. 8729, Al Baghawi No. 4232)

Wallahu A’lam


🍃🌻 Hakikat Ilmu Adalah .. 🌻🍃

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Imam Asy Syafi’i Rahimahullah mengatakan:

ليس العلم ما حُفِظَ، العلم ما نَفَع

Ilmu itu bukanlah apa-apa yang dihapal tapi apa-apa yang bermanfaat.

📚 Imam Al Baihaqi, Manaqib Asy Syafi’i, 2/149

☘🌸🌺🌴🍃🌷🌾🌻

🍃☘🌷🌻🌿🌺🌾🍀🌸🍄

✏ Farid Nu’man Hasan

[Adab Pada Tangan] Larangan Makan dan Minum Dengan Tangan Kiri

Cukup banyak orang Islam yang tidak peduli dengan ini. Faktor kebiasaanlah yang membuatnya seperti itu, dan mereka juga enggan mengubahnya.

Hal ini terlarang, umumnya para ulama mengharamkannya sebab larangannya begitu keras. Di antaranya:

1⃣ Salamah bin Al Akwa’ Radhiallahu ‘Anhu bercerita:

أَنَّ رَجُلًا أَكَلَ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشِمَالِهِ، فَقَالَ: «كُلْ بِيَمِينِكَ»، قَالَ: لَا أَسْتَطِيعُ، قَالَ: «لَا اسْتَطَعْتَ»، مَا مَنَعَهُ إِلَّا الْكِبْرُ، قَالَ: فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيهِ

Ada seorang laki-laki yang makan di hadapan Rasulullah ﷺ   dengan tangan kiri, maka Nabi berkata kepadanya: “Makanlah pakai tangan kananmu!” Laki-laki itu menjawab: “Saya tidak bisa.” Beliau bersabda: “Kamu tidak bisa melakukannya.” Tidaklah yang mencegah laki-laki itu melainkan kesombongannya. Beliau (Salamah) berkata: “Maka, laki-laki itu tidak bisa mengangkat tangannya ke mulutnya.” 1)

Syaikh Fuad Abdul Baqi mengatakan: “Laki-laki ini adalah Bisr bin Ar Ra’i Al Asyja’i, sebagaimana penjelasan Ibnu Mandah, Abu Nu’aim Al Ashbahani, Ibnu Makula, dan lainnya. Dia adalah seorang sahabat nabi yang terkenal. Mereka dan lainnya memasukkan laki-laki ini termasuk sahabat Nabi Radhiallahu ‘Anhum.”  2)

2⃣ Umar bin Salamah Radhiallahu ‘Anhu berkata:

كُنْتُ فِي حِجْرِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ، فَقَالَ لِي: «يَا غُلَامُ، سَمِّ اللهَ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ، وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ»

Saat itu saya di kamar Rasulullah ﷺ  dan tanganku menyergah makanan di piring, Beliau bersabda kepadaku: “Wahai ghulam, sebutlah nama Allah, makanlah pakai tangan kananmu, dan makanlah yang terdekat.” 3)

Kedua hadits ini menggunakan kata perintah makan menggunakan tangan kanan. Sehingga umumnya para ulama mengatakan haramnya makan menggunakan tangan kiri, dan itu merupakan cara syetan makan.

3⃣Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma berkata, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

إذا أكل أحدكم فليأكل بيمينه وإذا شرب فليشرب بيمينه فإن الشيطان يأكل بشماله ويشرب بشماله

Jika salah seorang kalian makan maka makanlah dengan tangan kanan, jika minum maka minumlah dengan tangan kanannya, sesungguhnya syetan makan dengan tangan kiri dan minum dengan tangan kiri. 4)

📌 Penjelasan Ulama

Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah menjelaskan:

قُلْتُ وَيَدُلُّ عَلَى وُجُوبِ الْأَكْلِ بِالْيَمِينِ وُرُودُ الْوَعِيدِ فِي الْأَكْلِ بِالشِّمَالِ فَفِي صَحِيحِ مُسْلِمٍ مِنْ حَدِيثِ سَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى رَجُلًا يَأْكُلُ بِشِمَالِه ……….

Aku berkata: hadits ini menunjukkan wajibnya makan menggunakan tangan kanan. Telah sampai adanya riwayat tentang ancaman makan menggunakan tangan kiri. Terdapat dalamShahih Muslim, dari hadits Salamah bin Al Akwa’ bahwa Nabi ﷺ   melihat seorang laki-laki makan dengan tangan kirinya ……. dst. (Lihat hadits pertama di atas). 5)

Al Hafizh Ibnu Hajar melanjutkan:

وَثَبَتَ النَّهْيُ عَنِ الْأَكْلِ بِالشِّمَالِ وَأَنه من عمل الشَّيْطَان من حَدِيث بن عُمَرَ وَمِنْ حَدِيثِ جَابِرٍ عِنْدَ مُسْلِمٍ وَعِنْدَ أَحْمَدَ بِسَنَدٍ حَسَنٍ عَنْ عَائِشَةَ رَفَعَتْهُ مَنْ أَكَلَ بِشِمَالِهِ أَكَلَ مَعَهُ الشَّيْطَانُ الْحَدِيثَ وَنَقَلَ الطِّيبِيُّ أَنَّ مَعْنَى قَوْلِهِ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ أَيْ يَحْمِلُ أَوْلِيَاءَهُ مِنَ الْإِنْسِ عَلَى ذَلِكَ لِيُضَادَّ بِهِ عِبَادَ اللَّهِ الصَّالِحِينَ قَالَ الطِّيبِيُّ وَتَحْرِيرُهُ لَا تَأْكُلُوا بِالشِّمَالِ فَإِنْ فَعَلْتُمْ كُنْتُمْ مِنْ أَوْلِيَاءِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَحْمِلُ أَوْلِيَاءَهُ عَلَى ذَلِكَ انْتَهَى

Telah pasti larangan makan dengan tangan kiri, dan itu merupakan perbuatan syetan, sebagaimana terdapat dalam hadits Ibnu Umar dan Jabir dalam  riwayat Muslim, juga riwayat Ahmad dengan sanad yang hasan, dari ‘Aisyah dan Beliau menyandarkan ini sampai nabi, bahwa orang yang makan dengan tangan kiri maka syetan makan bersamanya. Ath Thayyibi menukilkan bahwa maksud sabdanya: syetan makan dengan tangan kiri adalah syetan membawa para wali(kawan karib)-nya dari kalangan manusia untuk melakukan itu  demi melakukan perlawanan terhadap hamba-hamba Allah yang shalih. Berkata Ath Thayyibi: jadi janganlah makan dengan tangan kiri, sebab jika kalian melakukannya maka engkau akan menjadi wali-nya syetan, dan syetan itu akan membawa para wali-nya untuk melakukan hal itu. Selesai.  6)

Wallahu A’lam

☘🌷🌴🌻🌸🍃🌿🌺

✏ Farid Nu’man Hasan


🌴🌴🌴🌴

[1] HR. Muslim No. 2021
[2] Shahih Muslim, 3/1599)
[3] HR. Bukhari No. 5376, Muslim No. 2022
[4] HR. Muslim No. 2020
[5] Fathul Bari, 9/522
[6] Ibid

 

Zakat Berupa Dana Pendidikan Kepada Anak Pembantu Rumah Tangga

💥💦💥💦💥💦

📨 PERTANYAAN:

Ustadz afwan mau tanya🙏

bgmn hukum sesorang yg menyalurkan zakat mal nya dlm bentuk dana pendidikan yg diberikan bulanan kpd anak ART (asisten/pembantu rumah tangga)nya yg yatim,anak ART ini ga serumah sm seseorang itu

📬 JAWABAN

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah .. Bismikkah wal Hamdulillah ..

Tidak ada apa-apa memberikan zakat kepada mustahiq, uangnya diwujudkan dalam bentuk dana bea siswa bagi fakir miskin atau Ibnu Sabil, tidak masalah. Bahkan Imam Ahmad bin Hambal, membolehkan diberikan dalam wujud barang-barang untuk usaha bagi si mustahiq. Zaman ini nisa direalisasikan dakam wujud pelatihan-pelatihan atau alat-alat kerja yang sangat dibutuhkan mereka, apalagi bagi mustahiq yang tidak pandai mengelola uang, yang bisa jadi dipakai untuk hal-hal yang sia-sia.

Wallahu a’lam

Tim Syariah Consulting Center, Depok

Tafsir Surat Al Mulk (Bagian 12)

📂 Perumpamaan Orang Yang Mendapat Petunjuk

📌 Nash Ayat 22

أَفَمَنْ يَمْشِي مُكِبًّا عَلَى وَجْهِهِ أَهْدَى أَمَّنْ يَمْشِي سَوِيًّا عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (22)

TERJEMAH

Apakah orang yang merangkak dengan wajah tertelungkup yang lebih terpimpin (dalam kebenaran) ataukah orang yang berjalan tegap diatas jalan yang lurus?

Katakanlah,”Dialah yang menciptakan kamu, dan menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati nurani bagi kamu, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur.”(QS. AL Mulk:22-23)

📌 TINJAUAN BAHASA

Imam At Thabari menjelaskan dalam tafsirnya yang dimaksud dengan kalimat “Mukibban ‘Ala Wajhihi” adalah:

لا يبصر ما بين يديه، وما عن يمينه وشماله

Tidak dapat melihat apa yang ada didepan, samping kiri dan kanannya

(أَهْدَى) : أشدّ استقامة على الطريق

Sedangkan kalimat “Ahdaa’ maksudnya: Sangat lurus diatas jalan ( Tafsir At Thabari,23/515)

Pada ayat ke duapuluh ada kalimat pertanyaan (أَفَمَنْ يَمْشِي) dinamakan istifham inkari( kata pengingkaran) yang fungsinya untuk taubikh ( mencela) sifat sifat orang kafir yang menyimpang dari petunjuk Allah subhanahu wataala.” ( Shafwatu Tafasir,3/397)

📌 KANDUNGAN AYAT

Allah menggambarkan orang kafir seperti orang buta yang berjalan, dan orang beriman seperti orang yang mendapat arah petunjuk jalan dalam menempuh perjalalan.

Ad Dhahak berkata,” Allah memberikan permisalan bagi orang-orang kafir yang berjalan diatas muka bumi ini apakah mereka lebih utama, dibanding orang-orang mukmin yang mendapat petunjuk? ( Tafsir At Thabari, 23/516)

Qatadah berkata,”Orang-orang kafir kelak dikumpulkan pada hari kiamat bersama pelaku maksiat didunia, kondisi mereka berjalan dengan muka (wajah ) dibawah. Ada orang yang bertanya” Wahai Nabi,” Mengapa mereka berjalan dengan muka mereka”? NabiShalallahu Alaihi wa sallam menjawab,” Sungguh Dzat yang membuat mereka berjalan dengan kaki, lebih berkuasa membuat mereka berjalan dengan wajah”. ( Tafsir At Thabari,23/516)

Menurut Jalaludin As Suyuthi ayat ini merupakan permisalan, siapakah diatara orang-orang kafir dan orang-orang mukmin yang berada diatas petunjuk? ( Tafsir Jalalain,1/756)

Terkait dengan ayat ini, Syekh Nawawi Al Bantani menyebutkan dalam tafsirnya,” Lebih baik mana orang yang berjalan melalui tempat berkelok, tertatih setiap saat dan medan menyulitkan dari orang yang berjalan tegak diatas jalan lurus, tidak berbelok, tiada hambatan?

Katakanlah Dialah Allah yang membuatmu ada dan menciptakanmu dalam bentuk yang sebaik-baiknya, menjadikan pendengaran untuk mendengarkan ayat ayat Al Qur’an, penglihatan untuk melihat ayat-ayat ciptaan Allah, hati untuk berfikir tentang apa yang didengar dari Al Qur’an, namun sedikit sekali diantara kalian yang mau bersyukur.” (Tafsir Marah Labid, 2/548)

🌺🌸🍃🌹🍀🌾🌴🌾

✏ Fauzan Sugiono

Serial Tafsir Surat Al Mulk:

Tafsir Surat Al Mulk ( Bagian 1) Gambaran Umum Surat Al Mulk

Tafsir Surat Al Mulk ( Bagian 2)

Tafsir Surat Al Mulk ( Bagian 3) Amal Terbaik

Tafsir Surat Al Mulk ( Bagian 4) Allah Menciptakan Tujuh Langit Berlapis-lapis

Tafsir Surat Al Mulk ( Bagian 5) Bintang dilangit dijadikan Allah alat pelempar syetan

Tafsir Surat Al Mulk ( Bagian 6) ILUSTRASI MURKA NERAKA KEPADA ORANG-ORANG KAFIR

Tafsir Surat Al Mulk ( Bagian 7) PENYESALAN ORANG-ORANG KAFIR

Tafsir Surat Al Mulk ( Bagian 8) ALLAH MENGETAHUI YANG TERSEMBUYI DAN NYATA

Tafsir Surat Al Mulk ( Bagian 9) ALLAH MAHA PEMBERI RASA AMAN

Tafsir Surat Al Mulk ( Bagian 10) DESKRIPSI KEKUASAAN ALLAH PADA SEEKOR BURUNG

Tafsir Surat Al Mulk ( Bagian 11) ALLAH MAHA PENOLONG, ALLAH PEMBERI REZEKI

Tafsir Surat Al Mulk ( Bagian 12) Perumpamaan Orang Yang Mendapat Petunjuk

Tafsir Surat Al Mulk ( Bagian 13) Nikmat Pendengaran, Penglihatan dan Hati Nurani

Tafsir Surat Al Mulk ( Bagian 14) Hanya Allah Yang Maha Tahu Kapan Datangnya Hari Kiamat

Tafsir Surat Al Mulk ( Bagian 15) Adzab yang Dinantikan Akhirnya Datang

Tafsir Surat Al Mulk ( Bagian 16) Allah Maha Mematikan dan Memberi Rahmat, Tawakal Hanya Kepada-Nya, serta Dia Maha Pemberi Nikmat air

scroll to top