Mendulang Faidah Dari Surat Al Fatihah (Bag. 3)

💥💦💥💦💥💦

📙  Makkiyah atau Madaniyah ?

Imam Ibnu Katsir menceritakan:

وهي مكية، قاله ابن عباس وقتادة وأبو العالية، وقيل مدنية، قاله  أبو هريرة ومجاهد وعطاء بن يسار والزهري. ويقال: نزلت مرتين: مرة بمكة، ومرة بالمدينة، والأول أشبه لقوله تعالى: { وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي } [الحجر: 87]، والله أعلم  . وحكى أبو الليث السمرقندي أن نصفها نزل بمكة ونصفها الآخر نزل بالمدينة، وهو غريب جدًا، نقله القرطبي عنه

Ini termasuk Makkiyah, sebagaimana perkataan Ibnu Abbas, Qatadah, dan Abul ‘Aliyah. Ada juga yang mengatakan Madaniyah, itulah perkataan Abu Hurairah, Mujahid, ‘Atha bin Yassar, dan Az Zuhri. Ada yang mengatakan: turunnya dua kali, sekali di Mekkah dan sekali di Madinah. Pendapat pertama mirip dengan firman Allah Ta’ala: “dan Kami telah memberikan kepadamu tujuh ayat yang diulang-ulang.” (QS. Al Hijr: 87). Wallahu A’lam

Abu Al laits As Samarqandi menceritakan bahwa sebagiannya turun di Mekkah, sebagian lain di Madinah. Ini pendapat sangat aneh. Ini dinukil oleh Al Qurthubi. 1]

📒 Jumlah Ayat

Imam Ibnu Katsir mengatakan:

وهي سبع آيات بلا خلاف، [وقال عمرو بن عبيد: ثمان، وقال حسين الجعفي: ستة   وهذان شاذان]

Al Fatihah 7 ayat, tanpa diperselisihkan lagi. ‘Amru bin Ubaid mengatakan 8, Husein Al Ju’fi mengatakan 6. Kedua pendapat ini syadz (janggal). 2]

📕 Kedudukan Al Fatihah dalam Shalat

📌 Sahkah shalat tanpa membaca Al Fatihah?

1⃣ Golongan pertama mengatakan sah, walau membaca surat lain yang termudah baginya. Bagi golongan ini tidak ada surat spesifik yang wajib dibaca dalam shalat.  Inilah pandangan Imam Al Auza’i, Imam Sufyan Ats Tsauri, Imam Abu Hanifah dan para sahabatnya, serta orang yang menyepakati mereka.

Alasannya adalah sesuai dengan keumuman ayat:

فاقرءوا ما تيسر من القرآن

“Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran.” (QS. Al Muzammil (73): 20)

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda;

إذا قمت إلى الصلاة فكبر، ثم اقرأ ما تيسر معك من القرآن

“Jika kamu hendak shalat, maka bertakbirlah, lalu bacalah apa yang mudah bagimu dari Al Quran.” 3]

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata tentang kelompok ini:

قالوا: فأمره بقراءة ما تيسر، ولم يعين له الفاتحة ولا غيرها، فدل على ما قلناه

“Mereka berkata: Rasulullah memerintahkan untk membaca yang termudah, bukan mengkhususkan Al Fatihah dan tidak pula yang lainnya. Ini menunjukkan kebenaran apa yang kami katakan.” 4]

(Bersambung ….)

☘🌺🌻🌴🍃🌷🌾🌸

✏ Farid Nu’man Hasan


🍃🌾🍃🌾🍃🌾🍃🌾

[1] Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 1/105
[2] Ibid
[3] HR. Bukhari No. 724, 5897, 6290. Muslim No. 397,  Abu Daud No. 856, At Tirmidzi No. 302, Ibnu Hibban No.1890, Al Baihaqi dalam Sunannya No.2091, Ibnu Khuzaimah No. 461, Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf , 1/322. Ahmad No, 9635
[4] Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 1/108

 

Islam dan Akal

Islam sangat memuliakan akal, sebagaimana ayat-ayat yang banyak dalam Al Quran. Ada pun dalam sunnah, tidak ada hadits shahih yang menceritakan keutamaan akal.

Tetapi, para ulama salaf sangat memuliakan orang-orang berakal. Di antaranya:

1⃣     Wahab bin Munabbih mengatakan:

قرأت في بعض ما أنزل الله تعالى إن الشيطان لم يكابد شيئا أشد عليه من مؤمن عاقل

“Aku baca pada sebagian apa yang diturunkan Allah ﷻ bahwa tidak ada yang lebih membuat syetan menderita dibanding mu’min yang berakal.”

Dia juga mengatakan:

وإن الرجلين ليستويان في البر ويكون بينهما في الفضل كما بين المشرق والمغرب بالعقل وما عبد الله بشيء أفضل من العقل

Dua orang laki-laki tidaklah sama dalam kebaikan, dan keadaan kebaikan keduanya bagaikan timur dan barat karena akalnya, dan tidak sesuatu bagi seorang hamba Allah yang lebih utama dibanding akal.

2⃣      Muadz bin Jabal berkata:

لو أن العاقل أصبح وأمسى وله ذنوب بعدد الرمل كان وشيكا بالنجاة والتخلص منها ولو أن الجاهل أصبح وأمسى وله من الحسنات وأعمال البر عدد الرمل لكان وشيكا أن لا يسلم له منها مثقال ذرة قيل وكيف ذلك قال إن العاقل إذا زل تدارك ذلك بالتوبة والعقل الذي رزقه والجاهل بمنزله الذي يبني ويهدم فيأتيه من جهله ما يفسد صالح عمله

Seandainya orang berakal berada di pagi hari dan sore hari dan dia memiliki dosa sejumlah pasir niscaya dia yang mendekati keselamatan dan bisa berlepas darinya. Seandainya orang bodoh berada pada pagi dan sore hari dan dia memiliki banyak kebaikan dan amal shalih sejumlah pasir niscaya dia lebih dekat untuk tidak bisa menyelamatkannya walau sebesar atom. Ada orang bertanya: “Bagaimana bisa begitu?” Beliau menjawab: “Orang berakal akan memperbaiki diri dengan taubat dan akal yang dirizkikan kepadanya. Sedangkan orang bodoh  dia yang membangun tempatnya dan dia juga yang menghancurkannya, lalu karena kebodohannya dia yang merusak amal shalihnya.”

3⃣      Al Hasan mengatakan:

لا يتم دين الرجل حتى يتم عقله وما أودع الله امرأ عقلا إلا استنقذه به يوما

Tidak sempurna agama seseorang sampai dia sempurna akalnya dan tidaklah Allah titipkan seseorang akal baginya melainkan dia akan menyelamatkan dirinya di hari itu.

4⃣     Yusuf bin Asbath mengatakan:

العقل سراج ما بطن وزينة ما ظهر وسائس الجسد وملاك أمر العبد ولا تصلح الحياة إلا به ولا تدور الأمور إلا عليه

Akal adalah pelita apa-apa yang tersembunyi, perhiasan bagi yang nampak,  pengatur jasad, pengawal urusan seorang hamba, dan hidup tidak akan baik kecuali dengannya dan urusan tidaklah berputar kecuali atasnya.

5⃣      Abdullah bin A Mubarak ditanya, apakah anugerah terbaik baik seseorang setelah keislamannya? Beliau menjawab:

غريزة عقل قيل فإن لم يكن قال أدب حسن قيل فإن لم يكن قال أخ صالح يستشيره قيل فإن لم يكن قال صمت طويل قيل فإن لم يكن قال موت عاجل

“Insting akalnya,”  lalu kalau tidak ada? “Adab yang baik,”  kalau tidak ada? “Saudara yang shalih yang menggembirakannya,” lalu kalau tidak ada? “Diam yang panjang,” lalu kalau tidak punya?  “Kematian yang segera!!”

📖 Lihat Raudhatul Muhibbin, Hal. 30-31, karya Imam Ibnul Qayyim

☘🌷🌴🍃🌺🌸🌿🍂🍀

✏ Farid Nu’man Hasan

Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha serta Kewajiban Menjaganya (Bag. 4)

💥💦💥💦💥💦💥

📌Tempat Terjadinya Peristiwa Isra

Surat Al Isra ayat pertama di atas menunjukkan bahwa Al Aqsha bersama Masjidil Haram-  merupakan tempat terjadinya  peristiwa Isra  (perjalanan di malam hari). Hal ini menunjukkan kedudukannya yang tinggi  sehingga dia dipilih sebagai tujuan dari Isra di dunia, dan titik tolak terjadinya Miraj ke langit tujuh.

Ada pun tentang Isra Miraj, benarkah peristiwa ini terjadi pada bulan Rajab? Atau tepatnya 27 Rajab? Jawab: Wallahu Alam. Sebab, tidak ada kesepakatan para ulama hadits dan para sejarawan muslim tentang kapan peristiwa ini terjadi, ada yang menyebutnya Rajab, dikatakan Rabiul Akhir, dan dikatakan pula Ramadhan atau Syawal. (Imam Ibnu Hajar, Fathul Bari, 7/242-243)

Imam Ibnu Rajab Al Hambali  mengatakan, bahwa banyak ulama yang melemahkan pendapat bahwa peristiwa Isra terjadi pada bulan Rajab, sedangkan Ibrahim Al Harbi dan lainnya mengatakan itu terjadi pada Rabi’ul Awal. (Ibid Hal. 95).

Beliau juga berkata:

و قد روي: أنه في شهر رجب حوادث عظيمة ولم يصح شيء من ذلك فروي: أن النبي صلى الله عليه وسلم ولد في أول ليلة منه وأنه بعث في السابع والعشرين منه وقيل: في الخامس والعشرين ولا يصح شيء من ذلك وروى بإسناد لا يصح عن القاسم بن محمد: أن الإسراء بالنبي صلى الله عليه وسلم كان في سابع وعشرين من رجب وانكر ذلك إبراهيم الحربي وغيره

“Telah diriwayatkan bahwa pada bulan Rajab banyak terjadi peristiwa agung dan itu tidak ada yang shahih satu pun. Diriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dilahirkan pada awal malam bulan itu, dan dia diutus pada malam 27-nya, ada juga yang mengatakan pada malam ke-25, ini pun tak ada yang shahih. Diriwayatkan pula dengan sanad yang tidak shahih dari Al Qasim bin Muhammad bahwa peristiwa Isra-nya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terjadi pada malam ke-27 Rajab, dan ini diingkari oleh Ibrahim Al Harbi dan lainnya.” (Lathaif Al Ma’arif Hal. 121. Mawqi’ Ruh Al Islam)

Sementara, Imam Ibnu Hajar mengutip dari Ibnu Dihyah, bahwa: Hal itu adalah dusta.” (Tabyinul ‘Ajab hal. 6). Imam Ibnu Taimiyah juga menyatakan peristiwa Isra’ Mi’raj tidak diketahui secara pasti, baik tanggal, bulan, dan semua riwayat tentang ini terputus dan berbeda-beda.

📌 Kiblat Pertama Umat Islam

Allah Ta’ala berfirman:

سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلاهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا قُلْ لِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (142) وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ (143) قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ (144)

Orang-orang yang kurang akalnya  diantara manusia akan berkata: “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?” Katakanlah: “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus. Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.  Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit , maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (QS. Al Baqarah (2): 142-144)

Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Baitul Maqdis telah menjadi kiblat selama 16 atau 17 bulan lamanya. (HR. Bukhari No. 4488)

Ada beberapa hikmah dari ayat-ayat tahwilul qiblah di atas:

✅Ujian Keimanan dan Ketaatan untuk kaum mukminin (para sahabat saat itu).

✅Simbol persatuan dan  kebersamaan seluruh  kaum muslimin.

✅Keseragaman arah ibadah kaum muslimin

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan:

إنما شرعنا لك -يا محمد -التوجه أولا إلى بيت المقدس، ثم صرفناك عنها إلى الكعبة، ليظهر حالُ من يَتَّبعك ويُطيعك ويستقبل معك حيثما توجهتَ مِمَّن ينقلب على عَقبَيْه، أي: مُرْتَدّاً عن   دينه

“Sesungguhnya syariat kami  untukmu –wahai Muhammad- pertama-tamanya adalah mengarah  ke Baitul Maqdis, kemudian merubahmu darinya kearah Kabah, untuk menampakkan/memenangkan   keadaan orang yang mengikutimu, mentaatimu, dan berkiblat bersamamu di mana saja kamu  menghadap, terhadap orang-orang yang murtad dari agamanya. (Tafsir Al Quran Al Azhim, 1/457. Dar Lin Nasyr wat Tauzi)

Bersambung …

🍃🌻🌺☘🌷🌸🌾🌴

✏ Farid Nu’man Hasan

Serial Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya

Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya (Bag. 1)

Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya (Bag. 2)

Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya (Bag. 3)

Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya (Bag. 4)

Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya (Bag. 5)

Minta Maaf Tapi Tidak Tulus

💥💦💥💦💥💦

📨 PERTANYAAN:

Ustadz, kalo ada orang minta maaf dan dia ngaku salah, tapi dihatinya masih belum ikhlas .. Itu gmn ya?

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Bismillah wal Hamdulillah ..

Wajib bagi seseorang yang bersalah mengakui kesalahannya secara tulus, kepada korbannya dan itu salah satu syarat tobat sebagaimana dikatakan Imam An Nawawi dalam Riyadhush Shalihin. Jadi, bukan maaf untuk penghias mulut atau sandiwara belaka.

Apalagi jika kesalahannya fatal, yaitu melakukan qadzaf (tuduhan), fitnah, dan berkata-kata kasar kepada sesama muslim.

Di sisi lain, Kita berbaik sangka kepada yang sudah minta maaf. Apa yang ada dihatinya, serahkan kepada Allah Ta’ala karena kita tidak dibebani untuk membedah kondisi hati seseorang. Sebagaimana ucapan Imam Asy Syafi’i:

نحكم بالظاهر و الله يتولى بالسرائر

Kita menilai sesuai yang nampaknya saja, dan hanya Allah yang tahu rahasia yang tersembunyi.

Wallahu A’lam

🌴🌸🌷🍃🌱🌵🌾🌹

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top