Mendulang Faidah Dari Surat Al Fatihah (Bag. 2)

📘 Keutamaan Surat Al Fatihah

1⃣  Salah satu dari  Dua cahaya

Malaikat berkata kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

أَبْشِرْ بِنُورَيْنِ أُوتِيتَهُمَا لَمْ يُؤْتَهُمَا نَبِيٌّ قَبْلَكَ فَاتِحَةُ الْكِتَابِ وَخَوَاتِيمُ سُورَةِ الْبَقَرَةِ لَنْ تَقْرَأَ بِحَرْفٍ مِنْهُمَا إِلَّا أُعْطِيتَهُ

“Berikan kabar gembira dengan adanya dua cahaya yang diberikan kepadamu, dan sebelumnya tidak pernah diturunkan kepada nabi sebelummu, yaitu Fatihatul Kitab dan akhir surat surat Al Baqarah, tidaklah engkau membacanya satu huruf melainkan engkau akan diberikanNya.” 1]

2⃣  Belum ada surat yang semisalnya baik dalam Taurat, Zabur, Injil dan Al Quran

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا أُنْزِلَتْ فِي التَّوْرَاةِ وَلَا فِي الْإِنْجِيلِ وَلَا فِي الزَّبُورِ وَلَا فِي الْفُرْقَانِ مِثْلُهَا وَإِنَّهَا سَبْعٌ مِنْ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُعْطِيتُهُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

“Demi Yang Jiwaku ada ditanganNya, tidaklah diturunkan di dalam Taurat, injil, Zabur, dan Al Furqan yang sepertinya, dia adalah sab’un minal matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang) dan Al Quran Al ‘Azhim yang mana aku telah diberikan.”
Berkata Abu ‘Isa (Imam At Tirmidzi): hadits ini hasan shahih. 2]

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih mereka berdua, juga Al Hakim secara ringkas dari Abu Hurairah dari Ubay, katanya shahih sesuai syarat Imam Muslim. 3]

3⃣ Al Fatihah adalah A’zhamu Surah (surat paling agung), Ummul Kitab, Ummul Quran, Sab’ul Matsani, dan Al Quran Al ‘Azhim

Abu Said Al Mu’alli Al Anshari Radhiallahu ‘Anhu bercerita:

“Saya sedang shalat di masjid, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memanggil saya, namu saya tidak menjawabnya. Maka saya berkata: “Wahai Rasulullah, tadi saya sedang shalat.” Maka Beliau bersabda: “Bukankah Allah Ta’ala telah berfirman: “ penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.” (QS. Al Anfal (8): 24). Lalu, Beliau bersabda kepada saya, “Saya akan memberitahu kamu surat yang paling agung di Al Quran, sebelum kamu keluar dari masjid.” Lalu beliau memegang tangan saya, maka ketika hendak keluar dari masjid saya berkata kepadanya, bukankah baginda berkata, “Saya akan memberitahu kamu surat yang paling agung di Al Quran.” Beliau menjawab: “Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, itulah sab’ul matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang) dan Al Quran yang agung, yang aku telah diberikan olehNya.” 4]

4⃣ Sebaik-baik surat dalam Al Quran

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada Abdullah bin Jabir:

أَلَا أُخْبِرُكَ يَا عَبْدَ اللهِ بْنَ جَابِرٍ بِخَيْرِ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ ؟ ” قُلْتُ: بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ . قَالَ: ” اقْرَأِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ حَتَّى تَخْتِمَهَا

Ketahuilah wahai Abdullah bin Jabir, maukah kamu saya beritahu tentang surat yang terbaik dalam Al Quran? Aku menjawab: “Tentu saja Ya Rasulullah.” Beliau bersabda: “Bacalah Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin sampai akhirnya.” 5]

(Bersambung …)

🍃☘🌷🌻🌾🌴🌸🌺

✏ Farid Nu’man Hasan


🌴🌾🌴🌾🌴🌾

[1] HR. Muslim No. 806, An Nasa’i No. 912, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 2052, Abu Ya’la No. 2488, Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf, 7/423
[2] Lihat Sunan At Tirmidzi  No. 2875
[3] Shahih Targhib wat Tarhib, No. 1453)
[4] HR. Bukhari No. 4204, 4370, 4426, 4720
[5] HR. Ahmad No. 17597, isnad hadits ini hasan. Lihat Musnad Ahmad dengan Tahqiq: Syaikh Syu’aib Al Arnauth, Syaikh Adil Mursyid, dn lainnya. Muasasah Ar Risalah. Imam Ibnu Katsir mengatakan: sanadnya Jayyid. Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 1/105

 

Adab Bergurau / Bercanda Dalam Islam

Islam adalah agama yang sempurna, sesuai dengan fitrah dan hajat hidup manusia. Di antara hajat itu adalah hajat untuk relaksasi dan menenangkan pikiran. Manusia bukanlah robot yang  hanya memiliki fisik dan seperangkat program berpikir, tetapi Allah ﷻ juga menciptakan jiwa dalam dirinya. Sehingga manusia dikatakan utuh jika dia mampu menjalankan fungsi fisik, akal, dan jiwanya. Agama dikatakan sempurna ketika mampu memberikan solusi atas kebutuhan-kebutuhan itu.

Bergurau adalah salah satu kebutuhan jiwa. Dengannya jiwa menjadi segar, hidup, dapat mengobati kesedihan, melupakan kepenatan dan amarah. Sehingga kita dapati dalam sejarah hidup manusia sejak dahulu adanya hal-hal yang unik, lucu, dan menghibur. Semua ini dalam rangka menjaga keseimbangan pada diri manusia. Namun kita juga mendapati dan melihat, adanya gurauan yang menyakitkan, membangkitkan kebencian, dan melecehkan, sehingga lahirlah permusuhan dan pertengkaran di antara manusia. Jauh dari menghibur dan membuat segar jiwa. Ada juga gurauan yang berlebihan sehingga melupakan hal-hal yang lebih utama dan penting, yang justru meruntuhkan wibawa pelakunya.

📌 Nabi Muhammad ﷺ juga Bersenda Gurau

Dahulu Rasulullah ﷺ juga bergurau, tersenyum, tertawa, dan mencandai para sahabatnya, sampai-sampai mereka bertanya:

“Wahai Rasulullah, engkau mencandai kami? Beliau menjawab: “Tidaklah aku berkata kecuali yang benar.” (HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad)

Dalam riwayat lain, “Aku juga bergurau tapi tidaklah aku berkata kecuali benar adanya.” (HR. Alauddin Al Hindi, Kanzul ‘Ummal)

Imam Abu Daud dan Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Nabi ﷺ  pernah adu cepat lari sebanyak dua kali bersama istrinya, ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, yang pertama ‘Aisyah pemenang dan yang kedua ‘Aisyah kalah. “

Imam Ahmad dalam Musnadnya meriwayatkan bahwa Nabi ﷺ  bercanda dengan sahabatnya bernama Zahir, beliau menganggetkannya dengan cara memeluknya dari belakang dan menutup mata Zahir ketika berjualan di pasar, dan seterusnya.
Dari Anas bin Malik, ia berkata,“Sungguh, ada seorang lelaki meminta kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sebuah kendaraan untuk dinaiki. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, ‘Aku akan memberimu kendaraan berupa anak unta.’ Orang itu (heran) lalu berkata, ‘Apa yang bisa saya perbuat dengan anak unta itu?’ Nabi bersabda, ‘Bukankah unta betina itu tidak melahirkan selain unta (juga)?’.”(HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi)

📌 Orang-Orang Shalih Juga Bergurau

Bakr bin Abdullah mengisahkan, “Dahulu para sahabat Nabi ﷺ  (bergurau dengan) saling melempar semangka. Tetapi, ketika mereka dituntut melakukan sesuatu yang sungguh-sungguh, maka mereka adalah para kesatria.” (Lihat Shahih al-Adabul Al Mufrad No. 201)

Pada suatu hari, Imam Asy Sya’bi Rahimahullah bergurau, maka ada orang yang menegurnya dengan mengatakan, “Wahai Abu ‘Amr (Imam Asy Sya’bi, pen), apakah kamu bercanda?” Beliau menjawab, “Seandainya tidak begini kita akan mati karena bersedih.” (Al Adab Asy Syar’iyyah, 2/214)

📚 Adab-Adab Bergurau

Berikut ini adalah adab-adab yang mesti diperhatikan:

1⃣ Hindari berbohong

Tidak sedikit manusia berbohong hanya untuk mencari perhatian dan tawa manusia. Kadang mereka mencampurkan antara yang fakta dan kebohongan atau ada yang bohong sama sekali. Islam mengajar umatnya untuk jujur baik dalam serius maupun candanya.

Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah ﷺ  Bersabda: “Seorang hamba tidak dikatakan beriman dengan sepenuhnya  kecuali jika dia meninggalkan berbohong ketika   bergurau, dan meninggalkan berdebat meski ia benar.” (HR. Ahmad)

Dr. Muhammad Rabi’ Muhammad Jauhari mengatakan: “Beliau (Nabi ﷺ) memberikan arahan kepada para sahabatnya agar memiliki komitmen yang kuat untuk jujur dalam bergurau dan memperingatkan dari dusta saat bergurau. Dari Bahz bin Hakim, katanya: berkata ayahku, dari ayahnya, katanya: bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Celakalah bagi yang bicara lalu dia berdusta hanya untuk membuat orang tertawa, celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu Daud, At Tirmidzi). (Akhlaquna, Hal. 179. Cet. 4, 1999M/1420H. Maktabah Darul Fakhr Al Islamiyah)

2⃣ Hindari kata-kata kotor, kasar, dan keji

Kadang ada orang yang bergurau dengan menggunakan kata-kata kotor dan tidak pantas, baik mengandung porno, mengejek secara kasar, bisa jadi semua  berawal dari sindiran kecil, dan semisalnya. Boleh jadi itu mengundang tawa. Tapi itu adalah gurauan berkualitas rendah yang tidak pantas dilakukan seorang muslim.

Allah ﷻ berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ

Wahai orang-orang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum lainnya .. (QS. Al Hujurat: 11)

Dari Alqamah bin Abdillah, dia berkata: Bersabda Rasulullah ﷺ :

ليس المؤمن بالطعان ولا اللعان ولا الفاحش ولا البذيء

Bukan orang beriman yang suka menyerang, melaknat, berkata keji, dan kotor. (HR. At Tirmidzi No. 1977, katanya: hasan gharib. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)

3⃣ Hindari berlebihan

Aktifitas apa pun jika berlebihan tidak akan baik. Jika hal-hal yang pasti sunahnya saja mesti menghindari sikap berlebihan karena khawatir dianggap wajib, apalagi aktifitas yang boleh-boleh saja seperti  bergurau yang berpotensi melalaikan hati manusia.

Allah ﷻ berfirman:

وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Dan janganlah kalian melampaui batas sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. Al An’am: 141)

Nabi ﷺ bersabda:

لاَ تُكْثِرِ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيْتُ الْقَلْبَ

“Janganlah engkau sering tertawa, karena sering tertawa akan mematikan hati.” (HR.  Ibnu Majah no. 3400)

Syaikh Hasan Al Banna Rahimahullah berkata: “Jangan banyak tertawa, sebab hati yang selalu berkomunikasi dengan Allah (berdzikir) adalah tenang dan tenteram. Jangan suka bergurau, karena umat yang berjihad tidak berbuat kecuali dengan bersungguh- sungguh terus menerus.” (Washaya Al ‘Asyr Lil Imam Hasan Al Banna)

4⃣ Hindari main fisik

Main fisik di sini maksudnya adalah mengejek kondisi fisik seseorang (kurus, gemuk, hitam, pendek, pincang, pesek, dan lainnya) untuk mengundang tawa, atau memang menyakiti fisiknya dengan tangan kita. Ini terlarang dalam agama.

Rasulullah ﷺ bersabda:

قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الإِسْلاَمِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ، وَيَدِهِ

Mereka bertanya: Wahai Rasulullah, Islam apakah yang paling utama? Beliau bersabda: “Yaitu orang yang muslim lainnya aman dari lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari No. 11, Muslim No. 42, dari Abu Musa Al Asy’ari)

5⃣ Hindari bergurau dengan ayat-ayat Allah ﷻ

Ini termasuk memperolok-olok agama yang sangat diharamkan dalam Islam. Menjadikan ayat-ayat atau sunah Nabi ﷺ sebagai bahan ejekan adalah tindakan yang bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam.

Firman Allah ﷻ:

وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman… (QS. At Taubah : 65-66).

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Abu Hatim Radhiallahu ‘Anhu berkata:

الواجب على العاقل أن يستميل قلوب الناس إليه بالمزاح وترك التعبس
والمزاح على ضربين فمزاح محمود ومزاح مذموم فأما المزاح المحمود فهو الذي لا يشوبه مَا كره اللَّه عز وجل ولا يكون بإثم ولا قطيعة رحم
وأما المزاح المذموم فالذي يثير العداوة ويذهب البهاء ويقطع الصداقه ويجريء الدنيء عليه ويحقد الشريف به

Kewajiban bagi orang berakal adalah menjadikan hati manusia cenderung padanya dengan bergurau dan tidak cemberut.
Bergurau itu ada dua macam; yang terpuji dan tercela.

📌 Bergurau yang terpuji adalah yang tidak dinodai hal-hal yang dibenci Allah ‘Azza wa Jalla, tidak menimbulkan dosa, dan tidak sampai memutuskan silaturrahim

📌 Bergurau yang tercela adalah yang menimbulkan permusuhan, menghilangkan kewibawaan, memutuskan perkawanan, dengan cara kotor, dan melahirkan kedengkian terhadap orang mulia

📚 Imam Abu Hatim bin Hibban At Tamimi Ad Darimi Al Busti, Raudhatul ‘Uqala wa Nuzhatul Fudhala, Hal. 77. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah

Wallahu A’lam

🌿🍀🍃🌹🌾🌴🌻🌷🌺

🍃🌺 Kita Umat Yang Penuh Kesungguhan🌺🍃

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

✅ Syaikh Hasan Al Banna Rahimahullah berkata:

لا تمزح فان الامة المجاهدة لا تعرف الا الجد

Jangan bergurau, sesungguhnya umat yang mujahid tidaklah mengenal kecuali kesungguhan. (Washaya Al ‘Asyr No. 6)

✅ Syaikh Raghib As Sirjaaniy Hafizhahullah:

نحن أمة جادة فيها شئ من اللهو ، وليس أمة لاهية فيها القليل من الجد – راغب السرجاني

Kita adalah umat yang penuh kesungguhan walau di dalamnya ada sedikit senda gurau, dan kita bukan umat yang suka senda gurau yang hanya sedikit kesungguhannya. (Tathbiiq Aqwaal Ad Du’aat Al Mu’aashiriin)

🌾🌿🌷🌻🌸🍃☘🌳

✏ Farid Nu’man Hasan

Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya (Bag. 3)

💦💦💥💥💦💦💥💥

📌 Shalat Di Dalamnya Bernilai  Ratusan kali di masjid lain, kecuali Masjidil Haram dan Masjid An Nabawi

Sebenarnya ada beberapa riwayat yang berlainan berkenaan   keutamaan shalat di dalamnya, ada yang menyebut 1000 kali, 500 kali, dan 250 kali lebih utama dibanding masjid biasa.
Dari Abu Dzar Radhiallahu Anhu, ketika kami sedang berada di sisi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, kami bertanya: Lebih utama mana, shalat di masjid Rasulullah atau di masjid Al Aqsha?”

Beliau  bersabda:

صلاة في مسجدي هذا أفضل من أربع صلوات فيه

“Shalat di masjidku ini lebih utama empat kali lipat dibanding shalat di dalam masjidil Aqsha.” (HR. Al Hakim 4/509. Katanya: isnadnya shahih, dan disepakati oleh Adz Dzahabi)

Ini menunjukkan, shalat di masjid Al Aqsha adalah ¼ kali nilainya shalat di Masjid Nabawi. Jika Masjid Nabawi bernilai 1000 kali shalat di masjid biasa, maka nilai shalat di masjid Al Aqsha adalah 250 kali shalat di masjid biasa.

Sementara dalam riwayat Maimunah disebutkan bahwa shalat di Masjid Al Aqsha sama dengan 1000 shalat di masjid biasa, ada pun dalam riwayat Abu Darda disebutkan 500 kali lipat. Syaikh Al Albani Rahimahullah mengatakan:

فيقال : إن الله سبحانه وتعالى جعل فضيلة الصلاة في الأقصى مائتين وخمسين صلاة أولا ثم أوصلها إلى الخمسمائة ثم إلى الألف فضلا منه تعالى على عباده ورحمة . والله تعالى أعلم بحقيقة الحال

“Maka disebutkan: Sesungguhnya Allah Ta’ala pada awalnya  menjadikan fadhilah shalat di Al Aqsha adalah 250 kali, kemudian menaikkannya menjadi 500 kali, kemudian menjadi 1000 kali, sebagai keutamaan dan rahmat dariNya untuk hamba-hambaNya. Allah Yang Maha Tahu  hakikat keadaannya. (Syaikh Al Albani, Ats tsamar Al Mustathab fi Fiqhis Sunnah wal Kitab, Hal. 549.  Cet. 1, Ghiras Lin Nasyr wat Tauzi)

📌Masjidil Aqsha dan Sekitarnya Adalah Diberkahi

Allah Taala berfirman:

سُبْحَانَ الذى أسرى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مّنَ المسجد الحرام إلى المسجد الاقصى الذى بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ ءاياتنا إنَّهُ هُوَ السميع البصير

“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS. Al Isra (17): 1)

Berkata  Imam Ali Asy Syaukani Rahimahullah tentang makna telah Kami berkahi sekelilingnya:

بالثمار والأنهار والأنبياء والصالحين ، فقد بارك الله سبحانه حول المسجد الأقصى ببركات الدنيا والآخرة

“Dengan buah-buahan, sungai, para nabi dan shalihin, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan keberkahan di sekitar masjid Al Aqsha dengan keberkahan dunia dan akhirat. (Imam Asy Syaukani, Fathul Qadir, 4/280. Mawqi Ruh Al Islam)

Bersambung …

🍃🌻🌴🌸🌾☘🌺🌷

✏ Farid Nu’man Hasan

Serial Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya

Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya (Bag. 1)

Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya (Bag. 2)

Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya (Bag. 3)

Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya (Bag. 4)

Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya (Bag. 5)

Doa Khusus Setelah Shalat Dhuha, Adakah?

💥💦💥💦💥💦

📨 PERTANYAAN:

Apakah doa shalat dhuha ini shahih ?

اَللهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

(HB)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam warahmatullah ..

Tidak ada doa khusus setelah Shalat Dhuha dalam sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tapi, doa di atas ada dalam kitab-kitab madzhab Syafi’i.

Intinya doa apa pun boleh-boleh saja secara mutlak, sesuai hajat kita, termasuk doa susunan sendiri, selama:

1. Tidak bertentangan dengan doa-doa ma’tsur

2. Dan tidak dianggap dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Para sahabat nabi juga berdoa sesuai hajat mereka masing- masing. Dan itu tertera dalam sumber-sumber shahih. Oleh karena itu mayoritas ulama membolehkan berdoa susunan sendiri namun lebih afdhal memang doa yang ma’tsur.

Syaikh Abdullah Al Faqih Hafizhahullah berkata:

فلا حرج على المسلم أن يدعو بدعاء يعبر فيه عن حاجته ورغبته أو كشف ضره، ولكنه إذا دعا بالأدعية المأثورة عن النبي صلى الله عليه وسلم أو غيره من الأنبياء كما جاء في القرآن الكريم أو السنة المطهرة كان أفضل، وعليه أن يختار من الأدعية ما يتناسب مع المقام الذي هو فيه أو الحاجة التي يطلبها، ولا مانع أن يجمع بين هذا وذلك ويركب من بينهما أدعية تعجبه وتناسب مقامه، فقد قال النبي صلى الله عليه وسلم: ثم يتخير من الدعاء أعجبه إليه فيدعوه . رواه البخاري

Tidak apa-apa bagi seorang muslim berdoa dengan kalimat yang di dalamnya tertera hajatnya, keinginannya, atau solusi atas kesulitannya. Tetapi, jika berdoa dengan doa-doa yang ma’tsur dari Nabi ﷺ atau dari para nabi lainnya, sebagaimana tertera dalam Al Quran, atau sunnah yang suci, maka itu lebih utama. Hendaknya dia memilih doa yang sesuai dengan keadaannya, kedudukannya, atau kebutuhan yang dia inginkan. Tidak terlarang baginya menggabungkan antara doa yang ini dan itu, dan mempraktekkan keduanya dengan doa-doa yang dia sukai dan sesuai posisinya.

Nabi ﷺ telah bersabda: “.. kemudian dia memilih doa yang ia sukai maka berdoalah kepadaNya.” (HR. Al Bukhari).

(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah, 10/124)

Wallahu A’lam

🌴🍄🌷🌱🌸🍃🌵🌾

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top