Bolehkah Panitia Menjual Kulit Hewan Kurban?

◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

✉️❔PERTANYAAN

Assalamu’alaikum warohmatullah.. Tadz, mohon ijin menanyakan berkenaan dengan Hari Raya Qurban. Bolehkah panitia menjual kulit qurban dan apa syaratnya
Jazzakallah khoir atas keterangan jawaban nya…

✒️❕JAWABAN

◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

Wassalamu’alaikum warohmatullah

Jika panitia berinisiatif sendiri menjual kulitnya, tidak boleh ..

Dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu:

أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقُومَ عَلَى بُدْنِهِ وَأَنْ أَتَصَدَّقَ بِلَحْمِهَا وَجُلُودِهَا وَأَجِلَّتِهَا وَأَنْ لَا أُعْطِيَ الْجَزَّارَ مِنْهَا قَالَ نَحْنُ نُعْطِيهِ مِنْ عِنْدِنَا

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan aku untuk mengurusi penyembelihan unta-untanya dan mensedekahkan daging, kulit, dan bagian punuknya, dan saya diamanahkan agar tidak memberikan si tukang potong dari hasil potongan itu (sebagai upah).” Ali berkata: “Kami memberikannya dari kantong kami sendiri.” (HR. Muslim)

Ali Radhiallahu ‘Anhu sebagai “panitia” dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagai “shahibul qurban”, yang diperintahkan adalah menyedekahkan semuanya. Krn Itulah larangan menjualnya atas pemilik dan panitianya.

Imam Al ‘Aini mengatakan:

وفيه من استدل به على منع بيع الجلد قال القرطبي وفيه دليل على أن جلود الهدي وجلالها لا تباع لعطفها على اللحم وإعطائها حكمه وقد اتفقوا على أن لحمها لا يباع فكذلك الجلود والجلال

Dalam hadits ini (hadits Ali Radhiallahu ‘Anhu di atas) terdapat dalil bagi pihak yang mengatakan terlarangnya menjual kulit. Berkata Al Qurthubi: “Pada hadits ini terdapat dalil bahwa kulit hewan qurban dan Jilal (daging punuk Unta) tidaklah dijual belikan, karena hukum menyedekahkannya itu satu kesatuan dengan daging. Mereka (para ulama) sepakat bahwa daging tidak boleh dijual, begitu juga kulitnya.”

(‘Umadatul Qari, 15/254)

Sebagian ulama ada yang membolehkan menjual kulit, seperti Ibnu Umar, Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur. Sebagian lain membolehkan menjual kulit dengan bayaran berupa perkakas seperti timbangan, ayakan, dll, sebagaimana pendapat Al Auza’ i, An Nakha’i, dan Abu Hanifah. (Syarh Shahih Muslim, 9/65)

Namun pendapat mereka dikomentari oleh Imam An Nawawi Rahimahullah:

وهذا منابذ للسنة والله أعلم

Semua ini berlawanan dengan sunah. Wallahu A’lam. (Ibid)

Solusinya, hadiahkan dulu kulit tsb ke salah satu panitia atau siapa pun, lalu dia boleh menjualnya setelah itu krn itu sdh jadi milik pribadinya

Wallahu A’lam

✍ Farid Nu’man Hasan

Di antara Doa-Doa Nabi Setelah Selesai Shalat

Pertama:

عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ
كُنَّا إِذَا صَلَّيْنَا خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْبَبْنَا أَنْ نَكُونَ عَنْ يَمِينِهِ يُقْبِلُ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ قَالَ فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ رَبِّ قِنِي عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ أَوْ تَجْمَعُ عِبَادَكَ

Dari Al Barra katanya; __”Jika kami shalat di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka kami menyukai jika berada di sebelah kanan beliau, sehingga beliau menghadap kami dengan wajahnya.”__ Al Barra mengatakan; “Aku mendengar beliau mengucapkan doa “RABBI QINII ‘ADZAABAKA YAUMA TAB’ATSU AW TAJMA’U IBADAADAKA (Ya Tuhanku, jagalah aku dari siksa-Mu ketika Engkau bangkitkan atau ketika Engkau kumpulkan hamba-hamba-Mu).”

(HR. Muslim no. 709)

Kedua:

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ إِذَا صَلَّى الصُّبْحَ حِينَ يُسَلِّمُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا

Dari Ummu Salamah berkata, “Ketika salam dalam shalat SUBUH, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan; “ALLAHUMMA INNI AS`ALUKA ILMAN NAAFI’AN WA RIZQAN THAYYIBAN WA ‘AMALAN MUTAQABBALAN (Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima). ”

(HR. Ibnu Majah no. 925, Ahmad no. 25506, dalam sanadnya ada perawi yang majhul, namun dikuatkan oleh hadits Ath Thabarani dalam Ash Shaghir dgn sanad jayyid. Lihat Tamamul Minnah, hal. 233)

Hadits ini oleh Imam Ibnu Majah, dibuat bab berjudul Maa Yuqaal Ba’da Tasliim (Apa yang dibaca setelah salam).

Ketiga:

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata kepada Mu’adz bin Jabal Radhiallahu ‘Anhu:

َا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ فَقَالَ أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“Wahai Muadz, Demi Allah saya benar-benar mencintaimu, Demi Allah saya benar-benar mencintaimu.” Beliau bersabda: “Saya wasiatkan kepadamu, wahai Muadz, janganlah kamu tinggalkan ucapanmu pada setiap akhir shalat: Allahumma A’inni ‘ala dzikrika wasy syukrika wa husni ‘ibadatik – Ya Allah tolonglah aku dalam berdzikir kepadaMu dan bersyukur kepadaMu, dan kebaikan ibadah kepadaMu.”

*(HR. Abu Daud no. 1522, Ahmad no. 22119, Dishahihkan oleh Imam Ibnu Hibban, Imam Ibnu Khuzaimah, Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam Tahqiq Musnad Ahmad no. 22119)

Penjelasan:

Ini menunjukkan sunnahnya berdoa setelah shalat, dan itu merupakan pendapat mayoritas ulama.

Dalam Al Mausu’ah disebutkan:

ذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ إِلَى أَنَّ مَا بَعْدَ الصَّلاَةِ الْمَفْرُوضَةِ مَوْطِنٌ مِنْ مَوَاطِنِ إِجَابَةِ الدُّعَاءِ

“Pendapat MAYORITAS fuqaha adalah bahwa waktu setelah shalat fardhu merupakan waktu di antara waktu-waktu dikabulkannya doa.”

(Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 39/227)

Syaikh Abul ‘Ala Abdurrahman Al Mubarakfuri Rahimahullah mengatakan:

لا ريب في ثبوت الدعاء بعد الانصراف من الصلاة المكتوبة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قولاً وفعلاً

“Tidak ragu lagi, kepastian adanya berdoa setelah selesai shalat wajib dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam baik secara ucapan atau perbuatan” (Tuhfah Al Ahwadzi, 2/197)

Sebagian ulama, seperti Imam Ibnu Taimiyah, Imam Ibnul Qayyim, Syaikh ‘Utsaimin berpendapat tidak ada doa setelah shalat wajib, yang ada hanya dzikir saja.

Imam Al Bukhari, dalam kitab Shahih-nya, – jauh sebelum zaman Imam Islam Ibnu Taimiyah, Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah, dan Syaikh Ibnu ‘Utsaimin – telah menulis BAB AD DU’A BA’DA ASH SHALAH (Bab Tentang Doa Setelah Shalat)

Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah berkata tentang Bab itu:

قوله: “باب الدعاء بعد الصلاة” أي المكتوبة، وفي هذه الترجمة رد على من زعم أن الدعاء بعد الصلاة لا يشرع

“Ucapannya (Al Bukhari), “Bab Tentang Doa Setelah Shalat” yaitu shalat wajib. Pada bab ini, merupakan sanggahan atas siapa saja yang menyangka bahwa berdoa setelah shalat tidak disyariatkan.” (Sanggahan lengkap beliau terhadap Imam Ibnul Qayyim, lihat di Fathul Bari, 11/133-135. Darul Fikr)

Salah satu tabi’in senior, Imam Mujahid Rahimahullah berkata:

إِنَّ الصَّلَوَاتِ جُعِلَتْ فِي خَيْرِ الأَْوْقَاتِ فَعَلَيْكُمْ بِالدُّعَاءِ خَلْفَ الصَّلَوَاتِ

“Sesungguhnya pada shalat itu, dijadikan sebagai waktu paling baik bagi kalian untuk berdoa, (yakni) setelah shalat.” (Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 39/227)

Imam Ja’far Ash Shadiq Rahimahullah -salah satu guru Imam Abu Hanifah Rahimahullah- berkata:

الدعاء بعد المكتوبة أفضل من الدعاء بعد النافلة كفضل المكتوبة على النافلة.

“Berdoa setelah shalat wajib lebih utama dibanding berdoa setelah shalat nafilah, sebagaimana kelebihan shalat wajib atas shalat nafilah.” (Fathul Bari, 11/134)

Para ulama di Al Lajnah Ad Daimah, kerajaan Arab Saudi, juga menyatakan berdoa setelah shalat di benar adanya. Hanya saja mereka menyatakan tanpa mengangkat kedua tangan.

Mereka mengatakan:

أما الدعاء بدون ذلك فلا بأس به ، لورود بعض الأحاديث في ذلك

Ada pun berdoa (setelah shalat) tanpa hal itu (mengangkat tangan dan berjamaah), adalah tidak apa-apa, karena adanya sebagian hadits tentang itu.

(Fatawa Al Lajnah Ad Daimah, 7/103)

Demikian. Wallahu a’lam

Wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa’ ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam

✍ Farid Numan Hasan

Qurban Apa Yang Paling Utama?

◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

✉️❔PERTANYAAN

Assalamu’alaikum ust Farid yang In Syaa Allah di Rahmati Allah..

Afwan Minkum ganggu waktunya ust

Ada titipan pertanyaan dari teman mesjid : Manakah yg lebih utama berqurban dgn sapi atau kambing dalam fiqih islam?? Mohon pencerahannya ust

Jazakallah khaiiran ust

✒️❕JAWABAN

◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah

Bismillahirrahmanirrahim..

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah berkata tentang hal ini:

أجمع العلماء على أن الهدي لا يكون إلا من النعم ، واتفقوا: على أن الافضل الابل، ثم البقر، ثم الغنم. على هذا الترتيب. لان الابل أنفع للفقراء، لعظمها، والبقر أنفع من الشاة كذلك.

“Ulama telah ijma’ (sepakat) bahwa hewan qurban itu hanya sah dari hewan ternak (An Na’am).

Mereka juga sepakat bahwa yang lebih utama adalah unta (Ibil), lalu sapi (Baqar), lalu kambing (Ghanam), demikianlah urutannya.

Alasannya adalah karena Unta lebih banyak manfaatnya (karena lebih banyak dagingnya, pen) bagi fakir miskin, dan demikian juga sapi lebih banyak manfaatnya dibanding kambing.”

(Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, jilid. 1, hal. 737. Darul Kitab Al ‘Arabi)

Maksudnya sapi lebih baik dibanding kambing adalah jika sapi itu untuk satu orang. Ada pun jika sapi patungan, maka kambing lebih baik darinya.

Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid mengatakan:

أفضل الأضاحي : البدنة (البعير) , ثم البقرة , ثم الشاة , ثم شِرْكٌ (اشتراك) في بقرة . وبهذا قال أبو حنيفة والشافعي

Qurban paling utama adalah unta, lalu sapi, lalu kambing, lalu patungan sapi. Inilah pendapat Asy Syafi’i dan Abu Hanifah. (Al Islam Su’aal wa Jawaab no. 45767)

Demikian. Wallahu A’lam

✍ Farid Nu’man Hasan

Tidak Shalat Karena Tidur

◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

✉️❔PERTANYAAN

Assalaamu’alaikum wr wb
Afwan ustadz orang tua sakit sdh 2 hari ini tidur terus, di bangunin susah, kalo bangun pun 1 – 2 menit tidur lagi. Bagaimana cara nuntun sholat nya.? , terus kalo subuh bangun jam 09 , apakah tetap di tuntun sholat subuh nya jam pas bangun atau bagai mana? Syukron ustadz (+62 812-9323-xxxx)

✒️❕JAWABAN

◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Bismillahirrahmanirrahim..

Org tidur tdk ada kewajiban syariat sampai dia bangun, tidak berdosa jika meninggalkan shalat krn kondisi itu. Dalilnya:

عَنْ عَلِيٍّ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ عَنْ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنْ الصَّبِيِّ حَتَّى يَشِبَّ وَعَنْ الْمَعْتُوهِ حَتَّى يَعْقِلَ

Dari Ali bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Diangkatlah pena dari tiga golongan; Orang yang tidur hingga ia bangun, anak kecil hingga ia remaja (baligh), dan orang gila hingga ia berakal (sembuh).”

(HR. At Tirmidzi no. 1423, katanya: hasan)

Maksud pena diangkat adalah bahasa simbolis dari tidak dibebani syariat (taklif). (Tuhfah Al Ahwadzi, 4/570). Ada yg mengatakan: tidak ditulis sebagai dosa. (Hasyiyah As Sindi ‘alan Nasa’i, 6/156)

Lalu, kapan shalatnya? Yaitu ketika kesadarannya pulih, maka hendaknya dia shalat yaitu dgn qadha.

Dalilnya, dari Abu Qatadah Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

ذَكَرُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَوْمَهُمْ عَنْ الصَّلَاةِ فَقَالَ إِنَّهُ لَيْسَ فِي النَّوْمِ تَفْرِيطٌ إِنَّمَا التَّفْرِيطُ فِي الْيَقَظَةِ فَإِذَا نَسِيَ أَحَدُكُمْ صَلَاةً أَوْ نَامَ عَنْهَا فَلْيُصَلِّهَا إِذَا ذَكَرَهَا

Mereka menceritakan kepada Nabi ﷺ bahwa tidurnya mereka membuat lalai dari shalat. Maka Beliau bersabda:

“Sesungguhnya bukan termasuk lalai karena tertidur, lalai itu adalah ketika terjaga. Maka, jika kalian LUPA atau TERTIDUR maka shalatlah ketika kalian mengingatnya (sadar).”

(HR. At Tirmidzi No. 177, kata At Tirmidzi: hasan shahih)

Imam Ibnu Rusyd Rahimahullah menerangkan:

اتفق العلماء على أن قضاء الصلاة واجب على الناسي والنائم

Para ulama sepakat tentang wajibnya mengqadha shalat bagi orang LUPA atau TERTIDUR.

(Bidayatul Mujtahid, 1/182, Fiqhus Sunnah, 1/274)

Demikian. Wallahu A’lam

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top