Khathib Jumat Melawak

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

❓PERTANYAAN:

Asw. Ustadz Farid Nu’man Hasan -semoga Allaah SWT senantiasa menjaga Ustadz sekeluarga. Ana mau bertanya:

1. Bagaimana dengan Khatib Shalat Jum’at yang bercerita lucu sampai membuat sebagian besar jamaah tertawa (bahkan sampai 2 kali)?

2. Tentang tidak bolehnya memisahkan 2 orang yg sedang duduk pada shalat jum’at, bagaimanakah hukumnya? apakah mutlak, apapun keadaannya tidak boleh atau gimana? soalnya jamaah jum’at banyak yg tidak mengisi shaf depan terlebih dahulu.

Jazakumullaah khairan katsir.

💡JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃

Wa ‘Alaikum Salam wa Rahmatullah wa Barakatuh.

Bismillah wal hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa ‘Ala Aalihi wa Ashhabihi wa Man waalah, wa ba’d:

Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

1⃣  Khutbah Jumat adalah momen yang bagus bagi para du’aat untuk mengingatkan manusia kepada Allah Ta’ala, mengingatkan mereka kepada ukhuwah, ibadah, akhirat, kondisi umat, dan semisalnya, yang bisa menggiring manusia pada opini yang positif dan semangat dalam beragama. Oleh karenanya, mestilah hal itu menggunakan kata-kata yang baik, serius, dan dapat dimengerti.

Hendaknya momen ini tidak diisi dengan hal-hal yang dapat mengaburkan itu semua, dengan selingan-selingan yang tidak perlu bahkan melalaikan, ngawur, dan melantur, dan tidak berbekas di hati manusia, sehingga umat lupa dengan maksud dan materi khutbah. Di sisi lain, membuat nilai khutbah tersebut menjadi rusak dan  tidak sempurna, walau tidak sampai membatalkannya.

Dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَطَبَ احْمَرَّتْ عَيْنَاهُ وَعَلَا صَوْتُهُ وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ حَتَّى كَأَنَّهُ مُنْذِرُ جَيْشٍ يَقُولُ صَبَّحَكُمْ وَمَسَّاكُمْ

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jika berkhutbah, memerah matanya, suaranya meninggi, emosinya begitu nampak, seakan Beliau sedang memperingatkan pasukan yang berkata: siap siagalah kalian pagi dan sore!” (HR. Muslim No. 867)

Imam An Nawawi Rahimahullah berkata:

يستحب كون الخطبة فصيحة بليغة مرتبة مبينة من غير تمطيط ولا تقعير ولا تكون الفاظا مبتذلة ملففة فانها لا تقع في النفوس

“Khutbah disunahkan dengan kata-kata yang fasih dan lancar, tersusun dan teratur rapi, mudah dimengerti jangan terlalu tinggi, dan bertele-tele, atau melantur sebab hal itu tidak  berbekas dihati. Seharusnya Khathib memilih kata-kata yang mudah, singkat dan berisi.” (Imam An Nawawi, Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab,  4/528)

Imam Shiddiq Hasan Khan Rahimahullah berkata:

ثم اعلم أن الخطبة المشروعة هي ما كان يعتاده صلى الله تعالى عليه وآله وسلم من ترغيب الناس وترهيبهم فهذا في الحقيقة روح الخطبة الذي لأجله شرعت

“Ketahuilah, bahwa khutbah yang disyariatkan adalah yang biasa dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam, yaitu memberikan kabar gembira dan menakut-nakuti manusia. Inilah hakikat yang menjadi jiwa sebuah khutbah yang karenanya khutbah menjadi disyariatkan.” (Imam Shiddiq Hasan Khan, Ar Raudhah An Nadiyah, 1/137)

2⃣ Tidak ada larangan kita duduk di antara dua orang, jika memang dua orang itu renggang dan kita pun ada ruang yang cukup untuk duduk di antara mereka. Dengan kata lain, shaff yang ada sangat longgar. Maka, duduknya kita di antara mereka justru   bagus karena mengisi kekosongan shaf. Jika hal itu dilarang, tentu shaff tidak akan pernah penuh karena duduknya mereka  takut dianggap memisahkan di antara dua orang. Tentu tidak demikian.

Yang terlarang adalah jika kita melewati atau berjalan di antara bahu manusia yang berdekatan secara kasar, tergesa-gesa,  atau kita duduk di antara mereka secara paksa padahal tidak ada ruang yang cukup, dan saat itu khutbah sedang berlangsung. Hal itu dilakukan supaya kita bisa dapat shaff yang di depan.  Maka hal itu menyakitkan mereka, oleh karenanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarangnya.

Abdullah bin Busr Radhiallahu ‘Anhu, berkata:

جَاءَ رَجُلٌ يَتَخَطَّى رِقَابَ النَّاسِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالنَّبِيُّ صَلَّى ا

للَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اجْلِسْ فَقَدْ آذَيْتَ

Datang seorang laki-laki yang melangkah di antara bahu manusia, pada hari Jumat, saat itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sedang berkhutbah, maka Beliau bersabda kepadanya: “Duduklah, engkau telah menyakiti (orang lain, pen).” (HR. Abu Daud No. 1118, An Nasa’i dalam As Sunan Al Kubra No. 1704, Ibnul Jarud dalam Al Muntaqa No. 294, Ibnu Khuzaimah No. 1811, Ath Thabarani dalam Musnad Asy Syamiyin No. 1954. Syaikh Al A’zhami mengatakan: shahih. Lihat Shahih Ibnu Khuzaimah No. 1811, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 1061, katanya: shahih sesuai syarat Muslim. Disepakati oleh Imam Adz Dzahabi. Imam Al ‘Aini mengatakan: isnadnya jayyid. Lihat ‘Umdatul Qari, 10/101)

Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr Hafizhahullah menjelaskan:

ولا يجوز لإنسان أن يتخطى رقاب الناس يوم الجمعة وكذلك في غير الجمعة، وعلى الإنسان أن يأتي مبكراً ويجلس في الأماكن المتقدمة دون أن يتخطى رقاب الناس، لا أن يأتي متأخراً ثم يتخطى رقاب الناس من أجل أن يجلس في مكان متقدم، ولتتم الصفوف الأول فالأول، ولا ينشأ الصف الثاني إلا إذا امتلأ الصف الأول، ولا ينشأ الصف الثالث إلا إذا امتلأ الصف الثاني، ولا ينشأ الصف الرابع إلا إذا امتلأ الصف الثالث وهكذا، وبذلك يكون كل من جاء يجلس حيث ينتهي به المجلس، أو يقف حيث ينتهي به الموقف

Tidak boleh bagi manusia melangkah di antara bahu orang lain pada hari (shalat) Jumat dan juga pada selain Jumat.  Mestinya manusia datang bersegera dan duduk di tempat-tempat terdepan dengan tidak melangkahi bahu manusia,  bukannya memperlambat kemudian dia melangkah di antara bahu manusia dengan harapan bisa duduk di tempat terdepan, dan untuk menyempurnakan shaff yang pertama. Janganlah dia mengisi shaff kedua, kecuali jika shaff yang pertama sudah penuh, dan jangan dia memenuhi shaff ketiga, kecuali jika telah penuh shaff yang kedua, dan jangan dia memnuhi shaff keempat kecuali jika telah penuh shaff yang ketiga, begitu seterusnya. Dengan demikian setiap orang yang datang akan duduk ditempat akhir dari majelis, atau berhenti di bagian akhir orang berhenti. (Syarh Sunan Abi Daud,  6/394)

Demikian. Wallahu A’lam

🌷🌺☘🌴🌻🍃🌾🌸

✍ Farid Nu’man Hasan

Persaudaraan Karena Aqidah Adalah Yang Tertinggi Di Atas Persaudaraan Lainnya

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al Hujurat (49): 10)

Imam Al Qurthubi Rahimahullah mengatakan:

أي في الدين والحرمة لا في النسب، ولهذا قيل: أخوة الدين أثبت من أخوة النسب، فإن أخوة النسب تنقطع بمخالفة الدين،وأخوة الدين لا تنقطع بمخالفة النسب

Yaitu persaudaraan dalam agama dan kehormatan bukan dalam nasab. Oleh karenanya dikatakan:

📌 persaudaraan karena agama lebih kuat dari pada persaudaraan nasab,

📌 maka persaudaraan nasab akan terputus dengan berbedanya agama,

📌 sedangkan persaudaraan karena agama tidaklah terputus dengan berbedanya nasab.”

📚 Imam Al Qurthubi, Al Jami’ Li Ahkamil Quran, 16/322-323. Darul ‘Alim Al Kutub, Riyadh. Tahqiq: Hisyam Samir Al Bukhari

Maka, siapa pun dia, suku apa pun, ras apa pun, tapi dia muslim maka dia saudara. Saudara seiman.

Sebaliknya, walau dia adik, kakak, orang tua, anak, kerabat, tapi berbeda aqidah, maka dia bukan saudara dalam artian sebenarnya, hanya saudara senasab.

Jika berkumpul keduanya, dia saudara senasab dan juga saudara seaqidah, maka lebih kuat lagi kedudukannya.

Wallahu A’lam

🌾🌿🌷🌻🍃🌸☘🌳

✍ Farid Nu’man Hasan

Hari Kamis Nih… Apa Saja Keistimewaannya?

📌Kamis adalah hari yang nabi sukai untuk bepergian

Dari Ka’ab bin Malik Radhiallahu ‘Anhu:

ان رسول الله صلى الله عليه و سلم كان إذا أراد أن يسافر لم يسافر الا يوم الخميس

Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jika hendak safar, Beliau tidak bersafar melainkan pada hari kamis. (HR. Ahmad No. 27178. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: shahih. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 27178)

📌 Kamis adalah hari disebarkannya Ad Dawwab

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

وَبَثَّ فِيهَا الدَّوَابَّ يَوْمَ الْخَمِيسِ

Allah membanyakkan Ad Dawwab di bumi pada hari Kamis. (HR. Muslim No. 2789)

Ad Dawwab adalah jamak dari daabbah. Dalam Al Quran ada tiga cakupan makna:

🖌 untuk menyebut hewan,
🖌 menyebut hewan dan manusia,
🖌 menyebut semua makhluk bernyawa baik hewan, manusia, dan jin.

📌 Hari dianjurkannya puasa

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, katanya: bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

تُعْرَضُ الْأَعْمَالُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Amal-amal manusia diperiksa setiap hari Senin dan Kamis, maka saya suka ketika amal saya diperiksa saat saya sedang berpuasa.

(HR. At Tirmidzi No. 747, katanya: hasan gharib. Syaikh Al Albani mengatakan: shahih. Lihat Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 747)

📌 Hari dibukanya pintu-pintu surga dan diampunkannya hamba

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ فَيُقَالُ أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا

“Pintu-pintu Surga dibuka pada hari Senin dan Kamis, maka saat itu akan diampuni semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali seseorang yang antara dirinya dan saudaranya terjadi permusuhan. Lalu dikatakan: ‘Tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai.” (HR. Muslim No. 2565, Al Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 411, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 6626)

Wallahu A’lam

Farid Nu’man Hasan

Taujih Qurani Jelang Pilkada DKI

بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Sudahkah Berdoa untuk negeri ini dan DKI ini sebanyak-banyanya?
—————–

ﺃﻋﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ

(وَكَذَٰلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ)

“Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi pemimpin atau sahabat bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.”
(QS. Al-An’am : 129)

Maksud firman Allah ﷻ  di atas menurut imam Al Qurtubi :

Bahwa ancaman bagi masyarakat yang banyak berdosa, jika tidak segera berhenti dari dosa. Allah ﷻ akan hadirkan pemimpin yang juga senang dengan dosa. Naudzubillahi mindzalik.

Terbayangkah di benak kita,  jika umat Islam DKI atau bahkan negri ini sampai dipimpin kembali orang kafir ?

Kalau saja kita paham bahwa dengan dipimpinnya umat Islam oleh orang kafir adalah suatu musibah yang sangat besar, tentu kita akan semangat berjuang dan berdoa agar Allah kembalikan kepemimpinan kita kepada orang Islam.

Hal ini sesuai dengan ayat di atas bahwa kondisi masyarakat yang senang dosa akan menerima konsekwensi akan dipimpin oleh manusia yang senang dosa pula, sebagai peringatan dan hukuman dari Allah ﷻ  atas dosa-dosa masyarakat itu sendiri.

Jika masyarakat dipimpin orang yang fajir atau fasiq saja akan sudah merupakan hukuman, apalagi jika dipimpin oleh orang yang musyrik atau kafir ?
Maka alangkah besarnya hukuman dari Allah ﷻ tersebut. Na’udzubillahi mindzalik.

Rasulullah ﷺ  bersabda :

خِيَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ فَقَالَ لَا مَا أَقَامُوا فِيكُمْ الصَّلَاةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلَاتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلَا تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ

“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka mencintai kalian dan kalian mencintai mereka, mereka mendo’akan kalian dan kalian mendo’akan mereka. Dan sejelek-jelek pemimpin kalian adalah mereka yang membenci kalian dan kalian membenci mereka, mereka mengutuk kalian dan kalian mengutuk mereka.” Beliau ditanya, “Wahai Rasulullah, tidakkah kita memerangi mereka?” maka beliau bersabda: “Tidak, selagi mereka mendirikan shalat bersama kalian. Jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang tidak baik maka bencilah tindakannya, dan janganlah kalian melepas dari ketaatan kepada mereka.”
(HR. Muslim, no 3447).

Ibnu Abbas ra, berkata bahwa :
“Jika Allah meridhoi suatu kaum. Allah angkat pemimpin orang-orang yang terbaik dari mereka. Dan jika Allah murka kepada suatu masyarakat. Alllah angkat pemimpin dari orang yang jahat dr mereka. ( Tafsir Al Qurtubi )

Sedangkan Al Hasan Bashri mengatakan :

“(jika kalian dipimpin pemimpin yang fajir) maka janganlah kalian sibuk mengecamnya. Tapi fokuslah kalian memperbaiki diri (kalian sendiri).”

Jadi sudah pasti, mereka yang paham peta politik di negeri ini akan merasa suram jika membayangkan masa depan umat Islam di ibu kota, Jakarta ini.

Oleh karena itu sesuai dengan penjelasan di atas, maka kita harus memahami hal-hal yang harus segera dilakukan oleh umat Islam yaitu sebagai berikut:

1. Banyak berdoa agar Umat Islam di negeri ini dan ibu kota ini serta di seluruh muka bumi ini dilindungi oleh Allah ﷻ
dari pemimpin yang fasiq, apa lagi kafir musyrik. Dan juga memohon agar pemimpin negri ini dimasa yang akan datang adalah seorang Muslim yang benar-benar beriman.

2. Memperbaiki diri pribada dan juga mengajak kepada umat agar menjadi hamba-hambaNya yang sholih.

3. Berusaha semaksimal  mungkin mendukung calon Muslim yang sholih yang dapat dipercaya akan mampu melaksanakan amanah kepemimpinan dengan mental taqwa kepada Allah ﷻ serta memiliki jiwa siap melayani umat Islam dan seluruh rakyatnya.

Suatu catatan penting :

Bahwa jangan sampai ummat Islam tidak perduli dengan musibah seperti ini, hingga berlaku sunatullah , terjadinya sebuah proses bencana yang semakin membesar dan akan lebih besar lagi.

Yakni seperti kita lihat kenyataannya, dimulai dari :

1. Allah tampilkan pemimpin yang tidak sholih, yang tampilannya saja seorang Muslim, akan tetapi jika ia beriman dengan baik, belum bertaubat dan beramal Shalih. Maka tentu ini sudah suatu awal dari musibah.

2. Maka Allah ﷻ tambahkan musibah lebih besar, dengan hadirnya pemimpin kafir dengan berbagai macam tampilan tabiat yang sangat tidak mengundang simpati.

3. Karena umat Islam belum juga sadar dan segera bertaubat serta beramal Sholih. Maka bisa jadi Allah ﷻ akan hadirkan pemimpin kafir yang jabbar (penindas, penyiksa dan pembunuh ).

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bahkan selalu berdoa dari bencana ini.

(رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ)

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami fitnah (sasaran penindasan)  bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
(QS. Al-Mumtahanah: 5)

Setelah kita menyadari bahwa semua musibah yang menimpa adalah karena kesalahan kita sendiri, maka sebaiknya semua segera kembali kepada Allah ﷻ dengan memperbaiki keyakinan serta ketaqwaan kepadaNya serta memperbanyak DOA – inilah jalan harapan untuk memperbaiki kondisi saat ini.

Allah ﷻ telah berfirman :

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”
(QS. Asy Syura: 30)

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ [التغابن : 11]

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
(At-Taghābun : 11)

Jadi berpolitik yang Qur’ani itu bukan sekedar merebut kekuasaan. Tapi bepolitik itu gerakan besar mensholihkan diri, memperbaiki umat dan melayani mereka, agar semua taat kepada Allah ﷻ dan RasulNya. Tanpa semua itu, gerakan politik umat tidak akan ditolong oleh Allah ﷻ.

وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ

📝 : Ustadz Abdul Aziz Abdur Ra’uf, Lc
حفظه الله تعالى

scroll to top