Bulan Rajab dan Keutamaannya (Bag. 2)

☀💦☀💦☀💦

2⃣ Rajab adalah bulan untuk banyak mengagungkan Allah Ta’ala

Dinamakan Rajab karena itu adalah bulan untuk yarjubu, yakni Ya’zhumu (mengagungkan), sebagaimana dikatakan Al Ashmu’i, Al Mufadhdhal, dan Al Farra’. (Imam Ibnu Rajab, Lathaif Al Ma’arif, Hal. 117. Mawqi’ Ruh Al Islam)

Banyak manusia meyakini bulan Rajab secara khusus sebagai bulan untuk memperbanyak ibadah, seperti shalat, puasa, dan menyembelih hewan untuk disedekahkan. Tetapi, pengkhususan kebiasaan ini nampaknya tidak didukung oleh sumber yang shahih. Para ulama hadits telah melakukan penelitian mendalam, bahwa tidak satu pun riwayat shahih yang menyebutkan keutamaan shalat khusus, puasa, dan ibadah lainnya pada bulan Rajab, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqalani, Imam Ibnu Rajab, Syaikh Sayyid Sabiq, Syaikh Yusuf Al Qaradhawi, dan lainnya. Benar, bulan Rajab adalah bulan yang agung dan mulia, tetapi kita tidak mendapatkan hadits shahih tentang rincian amalan khusus pada bulan Rajab. Wallahu A’lam

3⃣ Penelitian Ulama Terhadap Hadits-Hadits Tentang Bulan Rajab

📌 Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqalani Rahimahullah, mengatakan:

قال ابن حجر : لم يرد في فضله، ولا في صيامه، ولا في صيام شئ منه معين، ولا في قيام ليلة مخصوصة منه، حديث صحيح يصلح للحجة

“Tidak ada hadits yang menyebutkan keutamaannya, tidak pula keutamaan puasanya, tidak ada puasa khusus pada Rajab, tidak juga shalat malam secara khusus, dan hadits shahih lebih utama dijadikan hujjah (dalil).” (Dikutip oleh Syaikh Sayyid Sabiq dalam Fiqhus Sunnah, 1/453)

Imam Ibnu Hajar juga berkata dalam Kitab Tabyinul ‘Ajab, sebagaimana dikutip oleh Imam Abdul Hay Al Luknawi:

أما الأحاديث الواردة في فضل رجب أو صيامه أو صيام شيء منه فهي على قسمين ضعيفة وموضوعة

“Adapun hadits-hadits yang ada tentang keutamaan Rajab atau puasanya atau sedikit puasa pada bulan Rajab, terdiri atas dua bagian; yaitu dhaif (lemah) dan maudhu’ (palsu).” (Al Atsar Al Marfu’ah fil Akhbar Al Maudhu’ah, hal. 59)

📌 Imam Ibnu Rajab Al Hambali Rahimahullah, berkata:

وأما الصيام فلم يصح في فضل صوم رجب بخصوصه شيء عن النبي صلى الله عليه وسلم ولا عن أصحابه

Ada pun puasa, tidak ada yang shahih sedikit pun tentang keutamaan puasa Rajab dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Salam dan tidak pula dari sahabat-sahabatnya. (Al Latha-if Al Ma’arif, Hal. 228)

📌 Imam Al Munawi Rahimahullah berkata:

بل عامة الأحاديث المأثورة فيه عن النبي صلى الله عليه وسلم كذب

“Bahkan Umumnya hadits-hadits tentang keutamaan Rajab adalah dusta.” (Faidhul Qadir, 4/24)

📌 Imam Muhammad bin Manshur As Sam’ani Rahimahullah, mengatakan:

لم يرد في استحباب صوم رجب على الخصوص سنة ثابتة، والأحاديث التي تروى فيه واهية لا يفرح بها عالم

Tidak ada riwayat dalam sunah yang tsabit (kuat) tentang anjuran puasa Rajab secara khusus, dan hadits-hadits yang diriwayatkan tentangnya adalah lemah dan tidak cukup membahagiakan para ulama. (Imam Asy Syaukani, Nailul Authar, 4/331)

📌 Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah , Beliau berkata:

وَأَمَّا صَوْمُ رَجَبٍ بِخُصُوصِهِ، فَأَحَادِيثُهُ كُلُّهَا ضَعِيفَةٌ، بَلْ مَوْضُوعَةٌ، لَا يَعْتَمِدُ أَهْلُ الْعِلْمِ عَلَى شَيْءٍ مِنْهَا، وَلَيْسَتْ مِنْ الضَّعِيفِ الَّذِي يُرْوَى فِي الْفَضَائِلِ، بَلْ عَامَّتُهَا مِنْ الْمَوْضُوعَاتِ الْمَكْذُوبَاتِ

Ada pun mengkhususkan puasa Rajab, maka semua hadits-haditsnya adalah dhaif bahkan palsu, para ulama tidak berpegang sedikit pun terhadapnya, dan itu bukanlah termasuk dhaifnya riwayat tentang masalah keutamaan (fadhaail), bahkan umumnya adalah palsu lagi dusta … (Al Fatawa Al Kubra, 2/478, Majmu Fatawa, 25/290)

📌 Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah Rahimahullah, berkata:

كل حديث في ذكر صيام رجب وصلاة بعض الليالي فيه فهو كذب مفترى

Semua hadits yang menyebutkan tentang puasa Rajab dan shalat pada sebagian malam-malamnya adalah dusta. (Al Manar Al Muniif, Hal. 96)

📌 Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah berkata:

وصيام رجب، ليس له فضل زائد على غيره من الشهور، إلا أنه من الاشهر الحرم. ولم يرد في السنة الصحيحة: أن للصيام فيه فضيلة بخصوصه، وأن ما جاء في ذلك مما لا ينتهض للاحتجاج به

Puasa Rajab, tidak memiliki kelebihan apa pun dibanding bulan-bulan lainnya, hanya saja dia termasuk bulan-bulan haram. Tidak ada dalam sunah yang shahih tentang bahwa puasa pada bulan tersebut memiliki keutamaan khusus, ada pun riwayat yang menyebutkan tentang hal itu tidak kuat dijadikan sebagai hujjah. (Fiqhus Sunnah, 1/453)

📒 Sebagai contoh:

“Sesungguhnya di surga ada sungai bernama Rajab, airnya lebih putih dari susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa yang berpuasa Rajab satu hari saja, maka Allah akan memberikannya minum dari sungai itu.” (Status hadits: batil. Lihat As Silsilah Adh Dhaifah No. 1898. Imam Ibnul Jauzi mengatakan: tidak shahih. Imam Adz Dzahabi mengatakan: batil. Lihat Syaikh Muhammad bin Darwisy bin Muhammad, Asnal Mathalib, Hal. 86)

“ Ada lima malam yang doa tidak akan ditolak: awal malam pada bulan Rajab, malam nishfu sya’ban, malam Jumat, malam idul fitri, dan malam hari raya qurban.” (Status hadits: Maudhu’ (palsu). As Silsilah Adh Dhaifah No. 1452. Lihat juga Syaikh Khalid bin Sa’ifan, Ma Yatanaaqaluhu Al ‘Awwam mimma Huwa Mansuub li Khairil Anam, Hal. 14)

“Rajab adalah bulannya Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.” (Status hadits: Dhaif (lemah). Lihat As Silsilah Adh Dhaifah No. 4400. Imam Al Munawi mengutip dari Imam Zainuddin Al ‘Iraqi mengatakan: dhaif jiddan – sangat lemah. Lihat Faidhul Qadir, 4/24)

“Dinamakan Rajab karena di dalamnya banyak kebaikan yang diagungkan (yatarajjaba) bagi Sya’ban dan Ramadhan.” (Status hadits: Maudhu’ (palsu). As Silsilah Adh Dhaifah No. 3708. Lihat juga Imam As Suyuthi, Al Jami’ Ash Shaghir No. 4718)

Dan masih banyak lagi yang lainnya, seperti shalat raghaib (12 rakaat) pada hari kamis ba’da maghrib di bulan Rajab (Ini ada dalam kitab Ihya Ulumuddin-nya Imam Al Ghazali).

Segenap ulama seperti Imam An Nawawi mengatakan ini adalah bid’ah yang buruk dan munkar, juga Imam Ibnu Taimiyah, Imam Ibnu Nuhas, dan lainnya mengatakan hal serupa).

Lalu, apakah karena hadits-hadits ini dhaif, maka tidak boleh shaum di bulan Rajab? Nantikan jawabannya di bagian tiga ..

(Bersambung …)

🌺🌸🍃🌹🍀🌾🌴🌾

Farid Nu’man Hasan

Serial Tulisan Tentang Bulan Rajab dan Keutamaannya

Bulan Rajab dan Keutamaannya (Bag. 1)

Bulan Rajab dan Keutamaannya (Bag. 2)

Bulan Rajab dan Keutamaannya (Bag. 3)

Bulan Rajab dan Keutamaannya (Bag. 4/Selesai)

Menjawab Kebingungan Tentang Shaum Rajab

Berdoa Minta Mati Di Tanah Suci

Pertanyaan

☀💦☀💦☀💦

Assalam’alaikum, pk ustad.. , Langsung aja ya..
boleh gak kita mohon pd Allah Swt agar dipercepat meninggal ? khususon pas lagi ibadah haji. Krn meninggal saat ibadah disana kan jaminan masuk syurga. Lalu yg dikubur dimekkah jg ktnya masuk syurga.
Bener apa enggak pak Ustad?
Ada dalilnya gak?
Jazakallah Khairan Katsira.. (WA- 08121062xxx)

📌 Jawaban:

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh.
Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘ala Rasulillah wa ba’d:

Memohon kepada Allah ﷻ agar mati dengan cara yang baik, ditempat yang baik, adalah boleh. Itu pernah dilakukan oleh para salaf, di antaranya Umar bin Al Khathab Radhiallahu ‘Anhu.

Beliau berdoa sebagai berikut:

اللهُمَّ ارْزُقْنِي شَهَادَةً فِي سَبِيلِكَ وَاجْعَلْ مَوْتِي فِي بَلَدِ رَسُولِكَ

Ya Allah, rezekikanlah kepadaku mati syahid di jalanMu dan jadikanlah kematianku di negeri RasulMu. 1)

Maksud “negeri RasulMu” adalah Madinatun Nabi (kota Nabi), yaitu Madinah Al Munawwarah, kota di mana Nabi ﷺ dikuburkan. Doa ini dijadikan dasar sebagian ulama keutamaan Madinah dibanding Mekkah.

Imam Ibnu Baththal Rahimahullah mengatakan:

احتج به من فضل المدينة على مكة ، وقالوا : لو علم عمر بلدة أفضل من المدينة لدعا ربه أن يجعل موته وقبره فيها

Ini dijadikan hujjah keutamaan Madinah dibanding Mekkah. Mereka mengatakan: seandainya Umar tahu ada negeri yang lebih utama dibanding Madinah niscaya dia akan berdoa agar wafat di sana dan di kuburkan di sana. 2)

Ada pun berdoa dan berharap minta buru-buru mati tanpa alasan yang benar, atau karena putus asa di sebabkan musibah, maka itu hal yang dibenci.

Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

لَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ مِنْ ضُرٍّ أَصَابَهُ فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ فَاعِلًا فَلْيَقُلِ اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتِ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي إِذَا (مَا) كَانَتِ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي

Janganlah salah seorang kamu mengharapkan kematian hanya karena musibah yang menimpanya, kalau pun ingin melakukan itu,  katakanlah: “Ya Allah, hidupkanlah aku jika hidup itu memang baik bagiku, dan wafatkanlah aku jika wafat itu memang baik bagiku.” 3)

Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah mengatakan:

من ضر أصابه حمله جماعة من السلف على الضر الدنيوي فإن وجد الضر الأخروي بأن خشي فتنة في دينه لم يدخل في النهي

Perkataan “karena musibah yang menimpanya” maksudnya menurut tafsir segolongan ulama salaf adalah musibah duniawi, sedangkan jika dia mendapatkan musibah ukhrawi (akhirat) karena takut fitnah yang menimpa agamanya, maka itu tidak termasuk larangan dalam hadits ini. 4)

Wallahu A’lam

🌴🌴🌴🌴

[1] HR. Al Bukhari No. 1890
[2] Imam Ibnu Baththal, Syarh Shahih Al Bukhari, 4/558
[3] HR. Al Bukhari No. 5671, Muslim No. 2680
[4] Imam Ibnu Hajar, Fathul Bari, 10/128

🌺🌸🍃🌹🍀🌾🌴🌾

✏ Farid Nu’man Hasan

 

TAFSIR SURAT AL HUJURAT (BAG.2) (Ayat ke-1)

LARANGAN MENDAHULUI ALLAH DAN RASUL-NYA

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

 TINJAUAN BAHASA

لَا تُقَدِّمُوا

Janganlah kalian mendahului

KANDUNGAN AYAT

Ayat ini merupakan deskripsi adab kepada Allah dan Rasulullah, khususnya kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Allah memerintahkan manusia untuk tidak mengeraskan suara, baik dihadapan Rasulullah maupun dihadapan orang lain, karena mengeraskan suara bisa jadi membuat orang lain terganggu. Ayat ini juga merupakan anjuran untuk senantiasa menjaga adab dan memuliakan Rasulullah dibandingkan dengan orang lain, karena beliau adalah utusan Allah. Oleh karena ini adalah perintah Allah untuk memuliakan beliau, maka jika kaum muslimin tidak melaksanakan perintah itu maka, dikhawatirkan amal-amal mereka akan terhapus sedang kita tidak mengetahui.[1]

Sayid Qutub menyebutkan dalam tafsirnya;

فلا يسبق العبد المؤمن إلهه في أمر أو نهي، ولا يقترح عليه في قضاء أو حكم ولا يتجاوز ما يأمر به وما ينهى عنه ولا يجعل لنفسه إرادة أو رأيا مع خالقه.. تقوى منه وخشية، وحياء منه وأدبا

“Tidak boleh seorang hamba yang beriman mendahulukan Allah (illah) dalam hal perintah dan larangan, juga dilarang membuat usulan hukum atau putusan, tidak juga dibolehkan melebihi perintah dan larangan Allah, tidak pula mendahulukan kepentingan atau pendapat melewati Allah, karena seorang mukmin senantiasa mengedepankan ketakwaan , malu dan menjaga adab dengan Allah.[2]

PENDAPAT ULAMA TERKAIT AYAT

 Imam Ibnu Asyur menyebutkan:

أَنَّ اللَّهَ أَرْشَدَ الْمُؤْمِنِينَ إِلَى مَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ، وَهِيَ إِمَّا فِي جَانِبِ اللَّهِ أَوْ جَانب رَسُوله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَوْ بِجَانِبِ الْفُسَّاقِ أَوْ بِجَانِبِ الْمُؤْمِنَ الْحَاضِرِ أَوْ بِجَانِبِ الْمُؤْمِنَ الْغَائِبِ

“Sesungguhnya Allah memberi petunjuk bagi orang mukmin kearah akhlak mulia, yaitu akhlak kepada Allah, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam, kepada orang fasik, atau kepada orang mukmin baik yang hadir (ada dihadapan) atau tidak. ( Tahrir Wa Tanwir,26/215)

  • Menurut Al Maraghi dalam tafsirnya menyebutkan:[3]

لا تقولوا بخلاف الكتاب والسنة

Janganlah mengatakan yang tidak sesuai dengan al kitab dan As Sunnah

  • Mujahid mengatakan ( Tafsir Ibnu Katsir,7/365)

لَا تَفْتَاتُوا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشَيْءٍ، حَتَّى يَقْضِيَ اللَّهُ عَلَى لِسَانِهِ.

Janganlah memotong pembicaraan Rasulullah hingga Allah memutuskan atas lisan beliau”.

  • Menurut Ad Dhahaq ( Tafsir Ibnu Katsir,7/365)

لَا تَقْضُوا أَمْرًا دُونَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ مِنْ شَرَائِعِ دِينِكُمْ

“Janganlah memutuskan perkara dalam agama kalian tanpa Allah dan rasulnya”

  • Menurut Abdul Latif Khatib

لا تقدموا قولاً من الأقوال، أو عملاً من الأعمال؛ بغير موافقة ذلك لما أراده الله تعالى ورسوله

Janganlah mendahului perkataan atau perbuatan tanpa kesesuaian dengan apa yang diinginkan Allah dan Rasul-Nya. [4]

Hikmah ayat:

  • Larangan mendahului Allah dan Rasulnya dalam hal perintah dan larangan Allah
  • Larangan mendahului Allah dan Rasulnya, bukan berarti menafikan ijtihad, karena ijtihad adalah berusaha keras dalam usaha mendapatkan hukum dalam perkara syariat, namun tetap dalam koridor Al Qur’an dan Sunnah sebagai pijakannya.
  • Seorang mukmin hendaklah menjaga adab-adab, baik kepada Allah, Rasul-Nya, Perintah-Nya, sesama muslim dan orang lain.
  • Menjaga suara, tidak berteriak-teriak, tidak membuat gaduh, merupakan bagian dari adab kepada sesama manusia.

والله أعلام

Bersambung….

 

🖍Fauzan Sugiono


[1] Abdurrahman Nashir As Sa’di, Taisir Al Karim Ar Rahman Fi Tafsir Kalam Al Mannan, Muassasah Ar Risalah, Jilid 1 h. 799

[2] Sayid Qutub, Fi Zilal Al Qur’an, ( Dar As Syuruq,: Kairo, 1412) Jilid 6 h, 3336

[3] Ahmad Musthafa Al Maraghi, Tafsir Al Maraghi ( Syarikah Maktabah Musthafa Al Halbi,1365, j 6 h. 119

[4]   Muhammad Abdul Lathif Al Khatib, Audhah Tafasir, Mathbaah Misriyah, 1383, jilid 1 h. 633

Serial Tafsir Surat Al-Hujurat

TAFSIR SURAT AL HUJURAT (Muqaddimah)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT (BAG.2) (Ayat ke-1)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT (BAG.3) (Ayat ke-2)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT (BAG. 4) (Ayat 3, 4, dan 5)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT [BAG. 5] (Ayat ke-6)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT [BAG. 6] (Ayat ke-7)

Tafsir Surat Al Hujurat bag. 7 (Ayat ke-8 dan 9)

Tafsir Surat Al Hujurat Bag. 8 (Ayat ke-10)

Tafsir Surat Al Hujurat Bag. 9 (Ayat ke-11)

Tafsir Surat Al Hujurat Bag. 10 (Ayat ke-12)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT BAG 11 (Ayat ke-13)

Tafsir Surat Al Hujurat bag. 12 (Ayat ke-14)

Tafsir Surat AL Hujurat Bag. 13 (Ayat ke-15)

TAFSIR AL QUR’AN SURAT AL HUJURAT Ayat 16, 17 dan 18 (BAG. 14 SELESAI)

Menjawab Kebingungan Tentang Shaum Rajab

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Dua hari ini saya banyak ditanya tentang Shaum Rajab, detilnya sdh saya sampaikan di Channel Telegram, pada tulisan berseri sampai 4 bagian, tentang “Bulan Rajab dan Keutamaannya”.

Nampaknya perlu dibuat ringkasannya, apalagi tidak semua pembaca suka dan sabar dengan artikel panjang-panjang.

📚 Kesimpulannya:

📌 Bulan Rajab bulan Istimewa, dan salah satu dari empat Bulan-Bulan Haram  yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharam, dan Rajab. (Hr. Bukhari)

📌 Di antara keistimewaannya, adalah larangan berperang dan larangan berbuat aniaya di bulan-bulan Haram, Rajab termasuk di dalamnya.

📌 Tapi, khusus larangan berperang di bulan-bulan Haram hanya berlaku di awal Islam, dan telah mansukh (dihapus), sebagaimana dikuatkan oleh Imam Ibnu Jarir Ath Thabari, juga dikatakan oleh Imam Ibnu Rajab Al Hambali.

📌 Ada pun keutamaan dan keistimewaan secara spesifik tentang shaumnya, atau shalat malamnya, di hari-hari tertentu, memang telah dikoreksi validitas riwayatnya oleh para ulama, antara dhaif sampai palsu, seperti yang dikatakan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar, Imam Al Munawi, Imam Muhammad bin  Manshur As Sam’ani, Imam Ibnu Taimiyah, Imam Ibnul Qayyim, Imam Ibnu Rajab, Syaikh Sayyid Sabiq, Syaikh Yusuf Al Qaradhawi, dll.

📌 Namun, secara global shaum Rajab tetap sunah, sebab Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah melakukannya dan pernah pula meninggalkannya,  sbgaimana hadits Shahih Muslim dari Ibnu Abbas, juga hadits Sunan Abi Daud dari Mujibah Al Bahili, yang memerintahkan Shaum di bulan-bulan Haram …, sanadnya Jayyid kata Syaikh Sayyid Sabiq, namun didhaifkan oleh Syaikh Al Albani.

📌 Juga pendapat mayoritas ulama baik Hanafiyah, Malikiyah, dan Syafi’iyah, dan dipilih oleh Imam Asy Syaukani, yang menyatakan Shaum Rajab itu mandub (dianjurkan) dan mustahab (disukai),  dua istilah yang juga diartikan sunnah oleh para ulama.

📌 Pendapat mayoritas ulama yang menyatakan mandub (dianjurkan) lebih kuat menurut Syaikh Abdullah Al Faqih, dibanding pendapat yang memakruhkannya (yakni pendapat Hambaliyah, jg pendapat Umar bin Khathab dan putranya, Ibnu Umar).

📌 BC-BC yang beredar di medsos, khususnya tentang makruhnya shaum Rajab, biasanya memang dari ulama Hambaliyah kontemporer, seperti Syaikh Bin Baaz, Syaikh Utsaimin, Syaikh Shalih Al Fauzan, dan murid-muridnya di tanah air.

📌 Tapi, kesunnahan Shaum Rajab ini, sama dengan kesunahan shaum pada bulan-bulan lainnya, sebagaimana kata Syaikh Sayyid Sabiq, mengingat kekhususannya atau keistimewaannya secara spesifik tidak ditopang kuat oleh dalil-dalil yang ada, sbgmn penjelasan sebelumnya.

📌 Maksud “keistimewaan secara spesifik” seperti barang siapa yang shaum pd tanggal sekian Rajab, maka dia akan begini2 ..  barang siapa yang shaum Rajab, maka dia akan mendapatkan ini dan itu .. Nah, ini yg tidak kuat.

📌 Namun, dia tetap Sunnah secara umum, sebagaimana pandangan mayoritas imam kaum muslimin.

Demikian. Wallahu A’lam

🌷☘🌴🌺🌻🌾🌸🍃

✍ Farid Nu’man Hasan

Serial Tulisan Tentang Bulan Rajab dan Keutamaannya

Bulan Rajab dan Keutamaannya (Bag. 1)

Bulan Rajab dan Keutamaannya (Bag. 2)

Bulan Rajab dan Keutamaannya (Bag. 3)

Bulan Rajab dan Keutamaannya (Bag. 4/Selesai)

Menjawab Kebingungan Tentang Shaum Rajab

scroll to top