Telinga Berdenging Bershalawat Kepada Nabi ﷺ?

Pertanyaan

 💦💥💦💥💦💥

Assalamu’alaykum, ustadz, ‘afwan mw tanya apakah hadits ini shohih?

“KENAPA TELINGA BERDENGEING”

Jangan Abaikan Saat Telinga Berdenging, Ini Maknanya

“TELINGA BERDENGING” Adalah Panggilan Baginda Nabi MUHAMMAD Sholallohu Alaihi Wasallam..!!

Ilustrasi Telinga yang Berdenging

Banyak Org Bertanya Kenapa Terkadang Telinga Bersuara “Nging” ?

Apa Sebab Musababnya, Karena Musababnya ada yang Mengatakan dengan Tidak Berpedoman, Bertahayul dan Sangkaan Jelek Terhadap HAL itu?

Sesungguhnya Suara “NGING” dalam Telinga, itu adalah Sayyidina Rosululloh SAW Sedang Menyebut Org yg Telinganya Bersuara “NGING” Dalam Perkumpulan yg Tertinggi (Malail A’laa) dan Supaya Dia ingat Pada Sayyidina Rasulullâh SAW dan Membaca SHOLAWAT.

Hal ini Berdasarkan Keterangan dari Kitab ( AZIZI ‘ALA JAMI’USH SHAGHIR)

“Jika Telinga Salah Seorang Kalian Berdengung (Nging) Maka Hendaklah Dia Mengingat Aku (Sayyidina Rasulullâh SAW) dan Membaca SHOLAWAT Kepada Ku..Serta Mengucapkan

“DZAKARALLOHU MAN DZAKARONII BIKHOIR”;

(artinya, ALLAH ta’ala Akan Mengingat yang Mengingatku dengan Kebaikan)”.

Imam Nawawi Berkata : Sesungguhnya Telinga itu Berdengung Hanya ketika Datang Berita Baik Ke Ruh..Bahwa Sayyidina Rasulullâh SAW telah Menyebutkan Orang ( Pemilik Telinga yang Berdengung “Nging”) Tersebut dengan Kebaikan di Al Mala’al A’la (Majlis Tertinggi) di Alam Ruh.

[ Kitab AZIZI ‘ALAL JAMIUSH SHAGIR ]

Sampaikanlah Kepada Orang lain, maka ini akan Menjadi Shadaqah Jariyah pada Setiap orang yg Anda Kirimkan Pesan ini. Dan Apabila Kemudian Dia Mengamalkannya, Maka Kita juga

Akan ikut Mendapat Pahalanya sampai Hari Kiamat..Aamiin

Rasulullah SAW Bersabda, “Barangsiapa yang Menyampaikan 1 (satu) Ilmu Saja dan Ada Orang yg Mengamalkan, Maka Walaupun yang Menyampaikan Sudah Tiada (Meninggal Dunia), dia akan tetap Memperoleh Pahala Nya. Aamiin ya robal Alamin.

SEMOGA BERMANFAAT😊

📝 Jawaban:

Wa ‘Alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakaruh. Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa ba’d:

Langsung aja ya ..,

Hadits yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Dari Abu Rafi’ Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

إِذَا طَنَّتْ أُذُنُ أَحَدِكُمْ فَلْيَذْكُرْنِي وَلْيُصَلِّ عَلَيَّ، وَلْيَقُلْ: ذَكَرَ اللَّهُ مَنْ ذَكَرَنِي بِخَيْرٍ

“Jika berdenging telinga salah seorang kalian maka ingatlah kepadaku dan bershalawatlah kepadaku, dan hendaknya dia berkata: DZAKARALLAHU MAN DZAKARANIY BIKHAIR – Allah akan mengingat siapa pun yang mengingatku dengan kebaikan.”

📌 Hadits ini dikeluarkan oleh:

🔹         Ath Thabarani dalam Al KabirNo. 958, Al Awsath No. 9222, Ash Shaghir No. 1104. Beliau berkata dalam Al Awsath: “Hadits ini tidak diriwayatkan oleh Abu Rafi’ kecuali dari isnad seperti ini, dan Ma’mar bin Muhammad menyendiri dalam meriwayatkannya.”
🔸         Al ‘Uqaili dalam Adh Dhu’afa, 4/261, dia berkata: “Dia (Ma’mar bin Muhammad) haditsnya tidak bisa diikuti, dan dia tidak diketahui kecuali dengan isnad ini.”
🔹          Ar Ruyani dalam Musnad-nya No. 718
🔸         Al Khara-ithiy dalamMakarimul Akhlaq No. 982
🔹          Ibnus Sunniy dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah No.  166
🔸          Al Bazzar dalam Musnad-nya No. 3884, tanpa kalimat: “bershalawatlah kepadaku”
🔹          Al Baihaqi dalam Ad Da’awat Al Kabir No. 490
🔸         Yahya Asy Syajariy dalamTartib Al Amaliy No. 630

💢💢💢💢

Tentang hadits di atas, Al Hafizh As Sakhawi mengatakan:

حَدِيث: إِذَا طَنَّتْ أُذُنُ أَحَدِكُمْ فَلْيَذْكُرْنِي، وَلْيُصَلِّ عَلَيَّ، وَلْيَقُلْ ذَكَرَ اللَّه بِخَيْرٍ مَنْ ذَكَرَنِي بِخَيْرٍ، الطبراني وابن السني في عمل اليوم والليلة، والخرائطي في المكارم، وآخرون عن أبي رافع مرفوعا بهذا، وسنده ضعيف، بل قال العقيلي: إنه ليس له أصل

“Hadits “Jika berdenging telinga salah seorang kalian maka ingatlah kepadaku dan bershalawatlah kepadaku, dan hendaknya dia berkata: DZAKARALLAHU MAN DZAKARANIY BIKHAIR – Allah akan mengingat siapa pun yang mengingatku dengan kebaikan.” Diriwayatkan oleh Ath Thabarani, Ibnus Sunniy dlm amalulyaum wal lailah, Al Kharaitiy dalam Al Makarim, dan lainnya, dari Abu Rafi’, secara marfu’, dan sanadnya DHA’IF,  bahkan Al ‘Uqaili mengatakan: LAISA LAHU ASHL-tidak ada dasarnya.” (Al Maqashid Al Hasanah, 1/89)

Imam Ibnul Qayyim mengatakan:

وَكُلُّ حَدِيثٍ فِي طَنِينِ الأُذُنِ فَهُوَ كِذْبٌ

“Semua hadits yang menyebutkan tentang telinga berdenging adalah DUSTA.” (Al Manar Al Munif, no. 119)

Imam Asy Syaukani mengatakan:

رَوَاهُ الْعُقَيْلِيُّ عَنْ أَبِي رَافِعٍ مَرْفُوعًا. قِيلَ: هُوَ موضوع

Diriwayatkan oleh Al ‘Uqaili dari Abu Rafi’ secara marfu’. Dikatakan bahwa hadits ini PALSU. (Al Fawaid Al Majmuah, Hal. 224. Pentahqiq kitab ini: Syaikh Abdurraman bin Yahya Al Mua’limi Al Yamani mengatakan: “Seperti itulah hadits ini.”)

Syaikh Al Albani mengatakan: PALSU (Adh Dhaifah, no. 2631)

Tapi ….

Syaikh Abu Ishaq Al Huwaini Hafizhahullah mengomentari ucapan Imam Ath Thabarani:

“Hadits ini tidak diriwayatkan oleh Abu Rafi’ kecuali dari isnad seperti ini, dan Ma’mar bin Muhammad menyendiri dalam meriwayatkannya.”

Juga Imam Al ‘Uqaili yang berkata: “Dia (Ma’mar bin Muhammad) haditsnya tidak bisa diikuti, dan dia tidak diketahui kecuali dengan isnad ini.”

Abu Ishaq mengatakan: “Semoga Allah meridhai kalian berdua!” Lalu Beliau menyebutkan beberapa sanad lain yang menjadi mutaba’ah (penguat) bagi sanad Ma’mar bin Muhammad, yaitu:

🔹         Habban bin ‘Ali, berkata kepada kami:  Muhammad bin ‘Ubaidillah bin Abi Rafi’, dengan sanad yang sama. (Ibnus Sunni,Al Yaum wal lailah No. 166, Ibnu ‘Adi, Al Kamil,2/ 2126-2152)

🔸         Mandal bin ‘Ali  (Al Khat-ithiy,Makarimul Akhlaq No. 1022). (Lihat Syaikh Abu Ishaq Al Huwaini, Tanbih Al Hajid, 1/220-221)

Al Hafizh Nuruddin Al Haitsami mengatakan: “Isnadnya Ath Thabarani dalam Al Kabir adalah HASAN.” (Majma’ Az Zawaid, 10/138)

Oleh karena itu Az Zabidiy berkata:

“Tetapi Al Haitsami mengatakan isnad Thabarani dalam Al Kabir adalah HASAN, ini membatalkan tudingan orang-orang yang mengatakan DHA’IF terlebih lagi yang menyatakan PALSU, seperti Ibnul Jauzi dan Al ‘Uqaili. Sedangkan Al Munawi dalam syarahnya terhadap Jaami’ Ash Shaghiir menyebutkan bahwa ini juga diriwayatkan oleh IMAM IBNU KHUZAIMAH dalam kitab SHAHIH-nya, dengan lafaz seperti itu dari Abu Rafi’. Dan, Imam Ibnu Khuzaimah adalah seorang yang berkomitmen dalam kitabnya utk mencantumkan yang SHAHIH, maka ketahuilah!!”

(Takhrij Ahadits Ihya ‘Ulumuddin, 2/831)

📜 Kesimpulan:

▶         Para ulama tidak sepakat atas kedhaifan hadits ini walau mayoritas meragukan keshahihannya bahkan menganggapnya palsu.

▶          Sehingga berimplikasi pada kehujjahannya, bagi yang menganggapnya  dhaif dan palsu hadits ini tidak layak diamalkan.

▶          Bagi yang menilainya shahih dan hasan, tentu mereka tidak berhalangan mengamalkannya.

▶         Sekalipun dhaif,  tidak sedikit yang tetap menjadikannya sebagai hujjah untuk fadhailul a’mal.

▶         Maka, tidaklah hal ini menjadi sebab sikap saling mengingkari satu sama lain.

Sekian. Wallahu A’lam

🌹🌲🌼🌱🌷🌾🌻🍀🌿🍃🌳

✏ Farid Nu’man Hasan

Tafsir Surat At Tahrim bag. 9 (SELESAI)

💢💢💢💢💢

Maryam Putri Imran, Wanita yang Taat

وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ

dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.

📌Mufrodat

أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا

Menjaga kehormatannya

مِنَ الْقَانِتِينَ

Termasuk orang-orang yang taat

📌Siapakah Maryam?

Dia adalah Maryam binti Imran, ibunda tercinta dari nabiyullah Isa Alaihissalam. Seorang wanita mulia yang menjaga kehormatannya, baginya kemuliaan di dunia dan akherat. Allah memilihnya dari sekian banyak wanita di dunia pada masanya ditengah kaum yang gemar bermaksiat, namun Maryam mampu menjada diri dan kesuciannya, hingga kemudian Allah memilihnya untuk mengandung janin yang didalamnya ruh nabi Isa alaihis salam. [1]

📌Ujian yang menimpa Maryam Binti Imran

Ujian yang Allah berikan kepada Maryam binti Imran, wanita yang menjaga kesucian dan kehormatan ditengah kaumnya, tiba-tiba ia mengandung, tiada bersuami.

Firman Allah:

قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلَامًا زَكِيًّا (19) قَالَتْ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا (20) قَالَ كَذَلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً لِلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِنَّا وَكَانَ أَمْرًا مَقْضِيًّا (21)

Ia (jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci (19). Maryam berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!”(20).Jibril berkata: “Demikianlah”. Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan” (21) (QS. Maryam [19]:19-21)

Imam Ahmad menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah bersabda:

«خطّ رسول الله صلى الله عليه وسلم في الأرض أربعة خطوط، وقال: أتدرون ما هذا؟ قالوا: الله ورسوله أعلم، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: أفضل نساء أهل الجنة: خديجة بنت خويلد، وفاطمة بنت محمد، ومريم ابنة عمران، وآسية بنت مزاحم امرأة فرعون»

Rasulullah menorehkan empat garis di tanah, lalu berkata kepada para sahabat,’Tahukah kalian garis apakah ini?”, lalu para sahabat berkata,” Allah dan Rasulnya lebih tahu”. Kemudian Rasulullah bersabda,” Sebaik-baik wanita penduduk syurga adalah,” Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asiyah binti Muzahim istri Fir’aun”.  [2] ( HR. Ahmad, no. 2903, Al Hakim, 2/539, Ibnu Hajar, Fath al Bari,6/543 dan ia berkata Sanadnya sahih)

Menurut Abdul Malik al-Qusyairi, ayat terakhir ini khusus menyebutkan Maryam binti Imran seorang wanita dan ketaatannya tanpa menyebutkan laki-laki, sebagai pengkhususan atas kedudukannya disisi Allah. [3]

📚 Kesimpulan:

1.  Hubungan kekerabatan dan nasab seseorang didunia mungkin bisa berguna, namun di akherat, kedekatan tersebut jika masing-masing berbeda agama maka tidak ada gunanya, masing-masing tak kan bisa menyelamatkan yang lain.

2.  Berinteraksi dengan orang kafir selama tidak membahayakan jiwa dan agama tidaklah dilarang.

3.  Tribulasi hidup senantiasa akan menimpa orang-orang beriman yang terus berusaha meneguhkan keimanannya dihadapan Allah, hingga ujian tersebut semakin meneguhkan keyakinannya kepada Allah.

4.  Perintah Allah untuk menjaga kesucian diri dari maksiat dan hal-hal yang dilarang Allah.

والله أعلم

Bersambung ke Seri Tafsir Juz ‘Amma, Insya Allah

🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿

[1] Wahbah Zuhaily, Tafsir Al Munir, (Damaskus, Dar al Fikr al Muashir, 1418 H) 28/327

[2]  HR. Ahmad, no. 2903, Al Hakim, 2/539, Ibnu Hajar, Fath al Bari,6/543 dan ia berkata Sanadnya sahih, Al Haitsami berkata dalam Majma’ Az Zawaid, 9/226, perawiya Tsiqah.

[3]  Abdul Malik Al Qusyairi, Lathaiful Isyarah, (Mesir: Haiah Ammah Lil Kutub) 3/609

🌻🍃🌴🌺🌸☘🌾🌿

✍ Ust Fauzan Sugiono, Lc

Serial Tafsir Surat At-Tahrim

Tafsir Surat At Tahrim (Bag 1)

Tafsir Surat At Tahrim (Bag 2)

Tafsir At Tahrim (Bag. 3)

Tafsir At Tahrim (Bag. 4)

Tafsir Surat At Tahrim (Bag 5A)

Tafsir Surat At Tahrim (Bag 5B)

Tafsir Surat At Tahrim (Bag 6)

Tafsir Surat At Tahrim (Bag 7)

Tafsir Surat At Tahrim (Bag 8)

Tafsir Surat At Tahrim (Bag 9, Selesai)

Radikal dan Intoleran

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

📌 Islam tidak mengajarkan radikalisme, tapi Islam mengajarkan asyidda’u ‘alal kuffar wa ruhama’u bainahum – tegas terhadap orang kafir dan berkasih sayang dengan sesama mu’min

📌 Islam mengajarkan toleransi terhadap perbedaan, tapi Islam juga mengajarkan amar ma’ruf nahi munkar

📌 Jika sikap tegas terhadap kekafiran dan simbol-simbolnya dianggap radikalisme, maka bagaimana sikap nabi menghancurkan 360 berhala saat Fathul Makkah, mau kalian istilahkan apa?

📌 Jika kaum muslim tidak menyetujui adanya maksiat terang-terangan, atau pendirian rumah ibadah hang tidak sesuai aturan, lalu itu disebut intoleran, maka sikap sahabat nabi menumpahkan drum-drum minuman keras di Madinah saat turun ayat larangannya, mau kalian istilahkan apa?

📌 Kami akui kalian memang lihai bermain kata, menuduh, dan membuat stigma, karena kalian punya media dan dana dari mafia, tapi kalian lemah dalam memadamkan cahaya agama kami

📌 Mana ocehan kalian untuk RMS di Maluku Selatan…, bukankah ini gerakan radikal dan bahkan sparatisme-terorisme?

📌 Mana komentar kalian untuk OPM di Papua, .. yang telah jelas dan vulgar makarnya, membunuh TNI-POLRI, menginjak merah putih, … kalian belagak buta padahal di depan mata, nasionalisme kalian palsu

📌 Jujur saja sudah .. jangan malu-malu untuk kalian katakan, “Kami Anti Islam”

📌 Ajaran Radikalisme yang kalian maksud adalah Islam dan kaum muslimin

📌 Gerakan Intoleransi yang kalian maksud adalah Islam dan kaum muslimin

📌 Kalian (Liberal, Nasrani, Sekuler ngaku muslim, kiri, komunis) adalah konfigurasi kerjasama abadi kekuatan jahat, yang sudah kami antisipasi sejak lama

📌 Tidak usah berkilah, sebab permusuhan kalian lebih nampak dari kilahan kalian

📌 Tidak usah pura-pura, sebab cepat atau lambat kepura-puraan akan berakhir ..

📌 Katakan sesuka kalian tentang kami: radikal, intoleran, teroris, ekstrimis, sampai kalian puas .. sebab sampai kapan pun ya begitulah kalian sejak dulu ..

📌 Jika menjalankan ajaran agama, istiqamah kepadanya, dan tegas terhadap kekafiran dan penyimpangan, diberikan berbagai stigma buruk oleh kalian, maka sama sekali tidak menyurutkan sikap kami .. , dan Insya Allah kami tidak berubah

walhamdulillah

🌺🌸🍃🌹🍀🌾🌴🌾

Farid Nu’man Hasan

Makna “Kau Memotong Leher Sahabatmu”, Dalam Hadits Pujian

Pertanyaan

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Assalamu’alaykum ustadz.. Ana Rahmat, dari grup Manis #I 06.

‘Afwan, ana ingin bertanya..
Apa maksud Nabi Muhammad mengatakan, “celaka kamu, kamu telah memenggal leher teman mu,” ketika ada sahabat yg memuji sahabat lainnya? Bahaya apa yg mengancam sehingga diibaratkan ‘memenggal leher teman mu’?

Syukron ustadz.. Jazakumullah khair..

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Jawaban

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah .. Bismillah wal Hamdulillah .. Afwan baru sempat.

Langsung aja ya ..

Abu Bakrah Radhiallahu ‘Anhu bercerita:

أَنَّ رَجُلًا ذُكِرَ عِنْدَ النَّبِيِّ فَأَثْنَى عَلَيْهِ رَجُلٌ خَيْرًا فَقَالَ النَّبِيُّ وَيْحَكَ قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ يَقُولُهُ مِرَارًا إِنْ كَانَ أَحَدُكُمْ مَادِحًا لَا مَحَالَةَ فَلْيَقُلْ أَحْسِبُ كَذَا وَكَذَا إِنْ كَانَ يُرَى أَنَّهُ كَذَلِكَ وَحَسِيبُهُ اللهُ وَلَا يُزَكِّي عَلَى اللهِ أَحَدًا

Ada seorang laki-laki menceritakan laki-laki lain dan memuji kebaikannya dihadapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka Nabi bersabda:

“Tercelalah kamu, kau memotong leher temanmu, kau memotong leher temanmu, ” beliau mengucapkannya berkali-kali kemudian beliau bersabda: “Bila salah seorang dari kalian memuji temannya -tidak mustahil- hendaklah mengucapkan: ‘Aku kira fulan -bila ia melihat seperti itu- dan aku tidak menyucikan seorang pun atas Allah.”  (HR. Muslim No. 5320)

Imam Muslim memasukkan hadits ini dalam “Bab An Nahyi  ‘anil Mad-hi idza kaana fiihi ifraathun wa khiifa minhu fitnah ‘alal Mamduuh” artinya Bab Larangan Memuji Jika Berlebihan dan Khawatir Lahir Fitnah Bagi Orang Yang Dipuji.

Pujian sering melahirkan keburukan bagi yang dipuji, walau dia memang pantas menerimanya. Diantara keburukan itu adalah potensi untuk terpedaya oleh kehebatan diri sendiri, lupa kekurangan, lahirnya sombong, dan hilangnya keikhlasan. Itulah maksud seakan kau memotong lehernya. Oleh karena itu, sebaiknya memuji manusia tidak dihadapannya. Itu lebih aman.

Imam Al Baghawi Rahimahullah menjelaskan:

إنما كره ذلك لئلا يغتر المقول له به ، فيستشعر الكبر ، وذلك جناية عليه ، فيصير كأنه قطع عنقه فأهلكه.

Sesungguhnya dibencinya perbuatan tersebut agar dia tidak terpedaya oleh ucapan (pujian) tersebut, lalu lahir perasaan sombong, dan hal itu merupakan kejahatan kepadanya, sehingga seakan dia telah terpotong lehernya dan membuatnya binasa. ( Syarhus Sunnah, 13/150)

Ada juga yang memaknai bahwa dibencinya pujian, jika pada kenyataannya tidak sesuai pujiannya, sehingga pujian tersebut masuk kategori berlebihan. Itulah memotong leher sahabatnya, atau dalam hadits lain memotong punggung seseorang.

Imam Ibnu Baththal Rahimahullah menjelaskan:

معنى هذا الحديث – والله أعلم – النهى عن أن يفرط فى مدح الرجل بما ليس فيه ؛ فيدخله من ذلك الإعجاب ، ويظن أنه فى الحقيقة بتلك المنزلة ؛ ولذلك قال : قطعتم ظهر الرجل . حين وصفتموه بما ليس فيه . فربما ذلك على العجب والكبر ، وعلى تضييع العمل وترك الازدياد من الفضل ، واقتصر على حاله من حصل موصوفًا بما وصف به

Makna hadits ini – Wallahu A’lam- adalah larangan berlebihan dalam memuji seseorang dengan sesuatu yang tidak ada pada dirinya. Sehingga orang itu dihinggapi ‘ujub (takjub dengan diri sendiri), lalu dia menyangka kedudukan dirinya sesuai dengan pujian itu. Oleh karena itu Nabi bersabda: “Kau telah memotong punggungnya”, saat dia disifatkan dengan apa-apa yang tidak ada padanya.

Bisa jadi hal itu melahirkan ‘ujub, sombong, menghilangkan amal, tidak mau menambah dengan  amal utama, dan mencukupkan diri atas keadaan yang ada, merupakan di antara dampak dari pensifatan dengan sifat yang tidak ada pada dirinya. ( Syarh Shahih Al Bukhari, 9/254)

Demikian. Wallahu A’lam

🌿🌴🌸🍃🌱🌾🌻🌺☘

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top