Kepada Yang Suka Menggembosi, Perhatikahlah Fatwa Ulama Negerimu, Karena Mereka Yang Tahu Situasinya, Bukan Ambil Ulama Di Luar Negerimu

💥💦💥💦💥💦💥

Berseliweran fatwa-fatwa pengharaman demonstrasi yang mereka comot dari fatwa para ulama Kerjaaan Saudi Arabia, yang memang kultur dan hukum kerajaan tidak menghendaki adanya demonstrasi. Lalu mereka paksakan fatwa itu di negeri yang tidak sama kulturnya. Di negeri Indonesia yang membolehkan demonstrasi, dan tidak menganggapnya bughat (pemberontakan). Realita di negeri ini demonstrasi dilindungi Undang-Undang negara, bukan pemberontakan, tapi gerakan para penggembos ini tidak bosan-bosan menyebut demonstrasi adalah pemberontak (Bughat). Sungguh mengherankan, negara, TNI, kepolisian melindungi, dan tidak menganggap itu pemberontakan, justru kelompok ini menganggap itu pemberontakan karena sikap kaku mereka terhadap lembaran-lembaran yang mereka baca, dan merasa hidup di alam  dengan  situasi yang bukan situasi negeri mereka, serta taqlid dengan para masyayikhnya saja tanpa mau peduli dengan nasihat masyayikh yang bukan masyayikh mereka.

Benarlah nasihat Imam Al Qarafi Rahimahullah ketika berkata:

فمهما تجدد في العرف اعتبره ومهما سقط أسقطه ولا تجمد على المسطور في الكتب طول عمرك بل إذا جاءك رجل من غير أهل إقليمك يستفتيك لا تجره على عرف بلدك واسأله عن عرف بلده وأجره عليه وأفته به دون عرف بلدك ودون المقرر في كتبك فهذا هو الحق الواضح  والجمود على المنقولات أبدا ضلال في الدين وجهل بمقاصد علماء المسلمين والسلف الماضين

“Bagaimanapun yang baru dari adat istiadat perhatikanlah, dan yang sudah tidak berlaku lagi tinggalkanlah. Jangan kamu bersikap tekstual kaku pada tulisan di kitab saja sepanjang hayatmu.

Jika datang kepadamu seorang dari luar daerahmu untuk meminta fatwa kepadamu, janganlah kamu memberikan hukum kepadanya berdasarkan adat kebiasaan yang berlaku di daerahmu, tanyailah dia tentang adat kebiasaan yang terjadi di daerahnya dan hargailah itu serta berfatwalah menurut itu, bukan berdasarkan adat kebiasaan di daerahmu dan yang tertulis dalam kitabmu. Itulah sikap yang benar dan jelas.

Sedangkan sikap selalu statis pada teks adalah suatu kesesatan dalam agama dan kebodohan tentang tujuan para ulama Islam dan generasi salaf pendahulu.” 1]

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah, membuat pasal dalam kitabnya I’lamul Muwaqi’in, berbunyi:

في تغير الفتوى واختلافها يحسب تغير الأزمنة والأمكنة والأحوال والنيات والعوائد

“Pasal tentang perubahan fatwa dan perbedaannya yang disebabkan perubahan zaman, tempat, kondisi, niat, dan tradisi.”

Lalu Beliau berkata:

هذا فصل عظيم النفع جدا وقع بسبب الجهل به غلط عظيم على الشريعة أوجب من الحرج والمشقة وتكليف ما لا سبيل إليه ….

Ini adalah pasal yang sangat besar manfaatnya, yang jika bodoh terhadal pasal ini maka akan terjadi kesalahan besar dalam syariat, mewajibkan sesuatu yang sulit dan berat, serta membebankan apa-apa yang tidak pantas dibebankan …  ” 2]

Entah .., disadari atau tidak perilaku mereka itu menguntungkan kaum kuffar, dan memang seirama dengan kaum kuffar dan liberal. Wal ‘Iyadzubillah!

Wallahu A’lam

🌷☘🌺🌴🌻🌾🌸🍃

✍ Farid Nu’man Hasan


🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Notes:

[1] Imam Al Qarafi, Al Furuq, Juz. 1, Hal. 176-177. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah. Beirut. 1418H-1989M. Tahqiq: Khalil Al Manshur

[2] Imam Ibnul Qayyim, I’lamul Muwaqi’in,   Juz. 3, Hal. 3. Maktabah Kulliyat Al Azhariyah. Kairo. 1388H-1968M. Tahqiq: Thaha Abdurrauf Sa’ad

 

[Adab Pada Rambut] Larangan Meniru Model Rambut Kaum Kuffar dan Ahli Maksiat

Kita lihat, tidak sedikit umat Islam –baik muslim dan muslimah- yang model rambutnya meniru-niru orang kafir. Seperti model spike, mohawk, dan lainnya. Awal 90-an kaum wanita di landa demam model rambut Demi More, dengan memendekkan seperti kaum laki-laki.

Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallambersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk kaum tersebut.”  (HR. Abu Daud No. 4031, Ahmad No. 5115, Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf  No.33016, dll )

Imam As Sakhawi mengatakan ada kelemahan dalam hadits ini,   tetapi hadits ini memiliki penguat (syawahid), yakni hadits riwayat Al Bazzar dari Hudzaifah dan Abu Hurairah, riwayat Al Ashbahan dari Anas bin Malik, dan riwayat Al Qudha’i dari Thawus secara mursal. (Imam As Sakhawi, Al Maqashid Al Hasanah, Hal. 215). Sementara, Imam Al ‘Ajluni mengatakan, sanad hadits ini shahih menurut Imam Al ‘Iraqi dan Imam Ibnu Hibban, karena memiliki penguat yang disebutkan oleh Imam As Sakhawi di atas.  (Imam Al ‘Ajluni, Kasyful Khafa, 2/240). Imam Ibnu Taimiyah mengatakan hadits ini jayyid (baik). Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan sanadnyahasan.   (Imam Abu Thayyib Syamsul ‘Azhim, Aunul Ma’bud, 9/54). Syaikh Al Albani mengatakan hasan shahih. (Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud No. 4031)

Imam Al Munawi dan Imam Al ‘Alqami menegaskan hal-hal yang termasuk penyerupaan dengan orang kafir: “Yakni berhias seperti perhiasan lahiriyah mereka, berjalan seperti mereka, berpakaian seperti mereka, dan perbuatan lainnya.” (‘Aunul Ma’bud, 11/51)

Wallahu A’lam

🌺🌸🍃🌹🍀🌾🌴🌾

✏ Farid Nu’man Hasan

Serial Adab Pada Rambut

Larangan Mencukur Rambut dengan Cara Qaza’

Memotong Rambut Bagi Muslimah Sesuai Syariat

Batasan Panjang Rambut Laki-Laki

Memakai Minyak Rambut Bagi Laki-Laki

Tarajjul (Menyisir Rambut)

Larangan Keras Menyambung Rambut (Wig, Konde, dan Semisalnya)

Menyemir Rambut

Larangan Mencabut Uban

Menutupi Rambut Bagi Wanita Karena Itu Adalah Salah Satu Aurat

Apakah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Bisa Membaca dan Menulis?

📨 PERTANYAAN:

Assalamu’alaykum, ustadz mw bertanya ttg hadits ini
Benarkah Nabi Muhammad buta huruf?

Dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas juga dikatakan, Nabi Muhammad berkata, “Ambilkan untukku secarik kertas dan tinta agar aku dapat menuliskan sesuatu yang tidak akan membuat kalian tanpa pedoman lagi.” (Lihat Shahihul Muslim dalam kitabul washiyyah di bagian tarkul washiyyati liman laisa indahu sya’i, suntingan Isa Al-Halabi, juz II, hlm. 16. Lihat juga Tarikhut Thabari, juz III, hlm. 193, dan Sahihul al-Bukhari, dalam kitabul jizyah di bab ikhrajul yahud min jaziratil Arab, juz IV, hlm. 65-66).

-apa yang dimaksud ummi(buta huruf)
-apakah mamang nabi Muhamad bs menulis?
mohon penjelasannya Ustadz, syukron (Dari Amir Udin)

📬 JAWABAN

Wa ‘Alaikum salam wa rahmatullah wa barakatuh.
Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala rasulillah wa ‘ala aalihi wa ashhabihi wa man waalah, wa ba’d:

Saudara Amir Udin yang dirahmati Allah …….

Tentang ke-ummi-an Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah perkara yang sudah diketahui secara pasti dalam agama ini. Dan, hal itu sudah terjadi sepanjang zaman tanpa ada yang mengingkari. Pandangan ini didasarkan kepada sumber-sumber Islam sendiri –yang tidak ada keraguan di dalamnya- yakni Al Quran dan As Sunnah.

Ummi adalah dinisbatkan kepada Al Umm (Ibu) yang melahirkan, ada juga yang mengatakan dinisbatkan kepada ummatul arab, ada juga yang menyebut Ummul Qurra, namun pendapat pertama yang lebih masyhur. (Imam Al Alusi, Ruhul Ma’ani, 20/495)

Imam Al Alusi mengatakan:

وأريد بذلك أنهم على أصل ولادة أمهم لم يتعلموا الكتابة والحساب

Dan yang dimaksud dengan itu (Ummi) adalah karena mereka pada asal kelahiran ibu mereka tidak mengetahui tulisan dan berhitung. (Ibid. Lihat juga Tuhfah Al Ahwadzi, 8/264)

Budaya tulis menulis belum berkembang pada zaman itu, bahkan kemampuan menulis dan membaca bisa dianggap aib yang menunjukkan lemahnya daya hapal orang tersebut. Sebab saat itu daya hapal bangsa Arab sangat kuat; seperti kemampuan mereka dalam menghapal hingga ratusan syair dan silsilah nasab mereka di kepala mereka, bukan dalam tulisan.

Oleh karenanya, keummi-an Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bukanlah cela dan aib, justru menunjukkan keutamaan Beliau bersama masyarakatnya.

Dalam Al Quran Allah Ta’ala berfirman:

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS. Al Jumu’ah (62): 2)

Ayat ini menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah rasulNya yang berasal dari kaum yang buta huruf.

Imam Al Baidhawi Rahimahullah menjelaskan:

{ هُوَ الذى بَعَثَ فِى الأميين } أي في العرب لأن أكثرهم لا يكتبون ولا يقرؤون . { رَسُولاً مّنْهُمْ } من جملتهم أمياً مثلهم

(Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf) yaitu kepada kaum Arab karena sebagian besar mereka tidak menulis dan tidak membaca. (seorang rasul di antara mereka) dari kumpulan mereka yang ummi sebagaimana mereka. (Anwarut Tanzil, 5/293. Mawqi’ At Tafasir)

Imam Al Alusi Rahimahullah juga menjelaskan demikian:

فالمعنى رسولاً من جملتهم أمياً مثلهم

Jadi, maknanya adalah seorang rasul dari kumpulan mereka yang ummi seperti mereka. (Ruhul Ma’ani, 20/495. Mawqi’ At Tafasir)

Demikian keterangan dari Al Quran dan penjelasan para mufassir.

Ada pun dalam Al Hadits, dari Ibnu Umar Radhilallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ لَا نَكْتُبُ وَلَا نَحْسُبُ

Sesungguhnya kami adalah umat yang ummi, kami tidak menulis dan tidak menghitung. (HR. Bukhari No. 1913, Muslim no. 1080, Abu Daud No. 2319,dll)

Hadits ini adalah pengakuan yang menunjukkan keummi-an Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi w Sallam.

Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr Hafizhahullah mengatakan:

الأمية: نسبة إلى الأميين، والمقصود بذلك كثير منهم، ولا يعني ذلك أنه لا توجد الكتابة والقراءة فيهم، بل كانت ففيهم ولكن بقلة، والحكم هنا الغالب، وقد كان النبي صلى الله عليه وسلم كذلك لا يقرأ ولا يكتب صلى الله عليه وسلم، وقد جاء بهذا القرآن الذي لو اجتمعت الإنس والجن على أن يأتوا بمثله لم يستطيعوا، وهو من عند الله عز وجل، وكونه أمياً لا يقرأ ولا يكتب هذا من أوضح الأدلة على أنه أتى بالقرآن من عند الله عز وجل، ولهذا يقول الله وجل: وَمَا كُنْتَ تَتْلُوا مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ إِذًا لارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ [العنكبوت:48]، أي: لو أنه كان قارئاً كاتباً فيمكن أن يأتي به من عند نفسه، لكنه كان لا يقرأ ولا يكتب صلى الله عليه وسلم.

Al Ummiyah: disandarkan kepada Al Ummiyyin, maksudnya adalah banyak di antara mereka, dan tidak berarti tidak ditemukan sama sekali tulisan dan bacaan pada mereka, bahkan hal itu ada pada mereka tapi sedikit, maknanya di sini menunjukkan yang umumnya. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga begitu, dia tidak membaca dan tidak menulis. Beliau datang dengan membawa Al Quran, yang seandainya berkumpulnya manusia dan jin untuk mendatangkan yang sepertinya mereka tidak akan mampu membuatnya, dan Al Quran adalah dari Allah ‘Azza wa Jalla, keadaan Beliau yang ummi tidak dapat membaca dan menulis merupakan di antara penjelasan yang menunjukkan bahwa Beliau datang dengan membawa Al Quran dari sisi Allah ‘Azza wa Jalla, oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman: Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu). (QS. Al Ankabut (29): 48) yaitu seandainya Beliau bisa membaca dan menulis maka mungkin saja dia datang membawa Al Quran yang berasal dari dirinya sendiri, tetapi dia Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak bisa membaca dan tidak pula menulis. (Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr, Syarh Sunan Abi Daud, 12/498-499)

Dalam keummi-annya, Al Quran turun kepadanya. Ini justru menunjukkan keadaan tersebut adalah mu’jizat baginya.

Imam Al ‘Aini menjelaskan:
وكونه- عليه السلام- أميا من جملة المعجزة

Dan keadaannya –‘Alaihis salam- yang ummi termasuk di antara kumpulan mu’jizat. (Imam Al ‘Aini, Syarh Sunan Abi Daud, 4/267. Cet. 1, 1999M-1420H. Maktabah Ar Rusyd)

Ada pun hadits yang menunjukkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bisa menulis, dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :

ائْتُونِي بِالْكَتِفِ وَالدَّوَاةِ أَوْ اللَّوْحِ وَالدَّوَاةِ أَكْتُبْ لَكُمْ كِتَابًا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ أَبَدًا

Ambil-kan untukku kertas dan tinta , aku tuliskan untuk kalian kitab yang setelahnya tidak membuat kalian tersesat selamanya. (HR. Bukhari No. 114, 3053, 3168, Muslim No. 1637)

Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dapat menulis. Lalu bagaimanakah sebenarnya? Betulkah Beliau yang menulis? Ataukah beliau perintahkan orang lain menulisnya?

Imam An Nawawi Rahimahullah menjelaskan sebagai berikut:

أكتب لكم أي آمر بالكتابة ومنها أن الأمراض ونحوها لا تنافي النبوة ولا تدل على سوء الحال

(Saya tuliskan untuk kalian) yaitu perintah untuk membuat tulisan dan darinya merupakan berbagai cacat dan semisalnya yang tidak menafikan kenabiannya dan tidak pula menunjukkan buruknya keadaan. (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 11/94)

Pemahaman ini juga dikuatkan oleh riwayat lain bahwa jika Beliau ingin menulis maka sahabatnya yang menuliskannya.

Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, menceritakan bahwa ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kembali menguasai Mekkah, beliau berkhutbah di hadapan manusia. Ketika beliau berpidato, berdirilah seseorang dari Yaman bernama Abu Syah, dan berkata:

يارسول اللّه اكتبوا لي، فقال رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم: “اكتبوا لأبي شاه

“Ya Rasulullah, tuliskanlah untukku.” Lalu Rasulullah bersabda: “Tuliskan untuk Abu Syah.”

AlWalid (salah seorang perawi hadits ini) bertanya kepada Al Auza’i:

ما قوله “اكتبوا لأبي شاهٍ؟” قال: هذه الخطبة التي سمعها من رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم.

Apa maksud sabdanya: “Tuliskan untuk Abu Syah.” Dia menjawab: “Khutbah yang dia (Abu Syah) dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” (HR. Bukhari No. 112, 2302, 6486. Muslim No. 447, 1355. Abu Daud No. 2017, 3649, 4505. At Tirmidzi No. 2805. Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 15818. Ibnu Hibban No. 3715. Ahmad No. 7242)

Sekian jawaban saya, semoga bermanfaat. Wallahu A’lam

Wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa Shahbihi wa Sallam

🌺🌸🍃🌹🍀🌾🌴🌾

✏ Farid Nu’man Hasan

Tafsir Surat An-Nas (Bag.1)

💢💢💢💢💢💢

بسم الله الرحمن الرحيم
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)

A.     Terjemah

1.       Katakanlah,”Aku berlindung kepada Tuhan manusia
2.       Raja manusia
3.       Sembahan manusia
4.       Yang membisikkan (kejahatan) kedalam dada  manusia
5.       Dari (golongan) jin dan manusia.

B.      Indentifikasi Surat

·         Nama surat     : An-Nas artinya Manusia
·         Urutan surat    :  ke-114
·         Jumlah ayat     : 6 ayat
·         Golongan         : Makiyyah

C.      Asbab Nuzul Surat An-Nas

Ada beberapa pendapat mufassirin mengenai asbab Nuzul surat An Nas diantaranya:

1.      Imam Asy Suyuthi

Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dalam kitabnya Dalail An-Nubuwwah dari Al-Kalbi dari Abu Shalih,  dari Ibnu Abbas yang berkata, “Suatu ketika Rasullulah menderita sakit keras, lalu dua malaikat mendatangi beliau. Malaikat yang satu duduk diarah kepala sementara yang satu lagi diarah kaki. Malaikat yang berada di sebelah kaki lalu bertanya kepada malaikat yang di sebelah kepala, ‘Apa yang sedang menimpanya?’ Malaikat yang di sebelah kepala menjawab,” Thab, malaikat yang disebelah kaki bertanya, “Apakah Thab, Malaikat yang berada di kepala menjawab,” Terkena sihir”. Lalu  Malaikat yang di sebelah kaki bertanya lagi, ‘Siapa yang menyihirnya?’ Ia menjawab,”Labid bin A’sham, seorang Yahudi. ‘Malaikat itu bertanya lagi, ‘Dimana diletakkan sihirnya itu?” ia menjawab, ‘Di sebuah sumur milik si Fulan, di bawah batu. Hendaklah kalian pergi ke sumur itu kemudian keringkan airnya lalu angkat batunya. Setelah itu ambillah benda bulat kecil yang berada dibawahnya kemudian bakarlah.”

Pada pagi harinya, Rasullulah mengutus Ammar bin Yasir serta beberapa sahabat untuk pergi ke sumur tersebut. Ketika sampai, mereka melihat airnya berubah warna menjadi kecoklatan seperti air pacar. Mereka lantas menimba airnya, mengangkat batunya, mengeluarkan sebuah benda bulat kecil yang berada didalamnya lalu membakarnya. Ternyata didalamnya terdapat seutas tali yang memiliki sebelas simpul. Selanjutnya Allah menurunkan kedua surat ini (Surat An Nas dan Surat Al Falaq) . Setiap kali Rasullulah membaca satu ayat maka terurailah satu simpul.  Abu Nu’aim meriwayatkan dalam kitab ad-Dalail dari Abu Ja’far Ar-razi dari Rabi’ bin Anas bin Malik yang berkata, “Seorang laki-laki Yahudi membuatkan sesuatu terhadap Rasullulah sehingga beliau menderita sakit parah. Tatkala sahabat menjenguk, mereka meyakini bahwa Rasullulah terkena sihir. Malaikat Jibril kemudian turun membawa mu’awwaidzatain (Surah Al-Falaq dan An-Nas) untuk mengobatinya. Akhirnya, Rasullulah pun kembali sehat.[1]

2.      Menurut Imam Ibnu Katsir

Menyebutkan pendapat dari gurunya yaitu Ats-Tsa’labi bersumber riwayat dari Ibnu Abbas dan Aisyah Radhiyallahuanhuma:

“Seorang anak Yahudi membantu Rasulullah Shalallah alaihi wasallam, anak tersebut didatangi seorang laki-laki Yahudi berulangkali (membujuknya) hingga anak itu mengambil sisir rambut nabi Muhammad Shalallah alaihi wasallam dan beberapa gerigi sisirnya, lalu diberikannya kepada orang Yahudi tersebut dan menyihir Rasulullah. Orang Yahudi tersebut bernama Labid Bin A’sham, lalu di benamkan disebuah sumur milik Bani Zuraiq, dikenal dengan sebutan Zarwan. Lalu Rasulullah Shalallah alaihi wasalam sakit, dan rambut kepalanya bertaburan. Seolah Nabi mendatangi istrinya, padaha beliau tidak mendatangi istrinya, hal itu berlangsung selama enam bulan. Beliau tidak mengetahui apa yang dapat menyelamatkannya. Saat beliau tidur datanglah dua malaikat dan salah satunya duduk diarah kepala beliau, dan yang lain duduk diarah kedua kaki. Malaikat yang berada di arah kaki bertanya kepada malaikat yang berada di arah kepala,”Apa yang terjadi dengan lelaki ini?”.” Terkena Thab,. Apakah Thab?’ ia berkata,” sihir”.

Siapakah yang melakukannya?, malaikat itu menjawab,”Labid bin A’sham seorang Yahudi. “Dengan apa ia disihir?”, malaikat menjawab,”Dengan sisir dan Dimana diletakkan?, di dasar sumur dibawah batu sumur Zarwan, Kemudian Rasulullah seperti orang yang siuman, Lalu Rasulullah bersabda,” Wahai Aisyah, tidakkah engkau merasa bahwa Allah memberitahukan tentang penyakitku?”. Kemudian Rasulullah mengutus Ali, Zubair dan ‘Ammar bin Yasir lalu mereka menguras air sumur yang berwarna seperti pacar, lalu mengangkat batu dan mengeluarkan sisir dan geriginya, terlihat ikatan ada dua belas tali, setiap ikatan terhubung dengan jarum. Lalu Allah menurunkan surat Al Falaq dan An Nas, setiap dibaca satu ayat terlepaslah ikatan tersebut, Rasulullah terlihat bugar setelah semua ikatan terlepas. Seolah ia baru saja diikat dengan ikatan.

Lalu malaikat Jibril berkata:

بِاسْمِ اللَّهِ أرْقِيك، مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ، مِنْ حَاسِدٍ وَعَيْنٍ اللَّهُ يَشْفِيكَ

Dengan nama Allah aku merukyahmu, dari segala yang menyakitimu dan dari mata yang hasad, Allah lah yang menyembuhkanmu”.[2]

D.     Keutamaan Surat An-Nas

·         Surat An-Nas termasuk kedalam surat perlindungan ( Al Mu’awizatain) bersama surat Al Falaq. Yaitu surat yang berisi perlindungan kepada Allah.

أُنْزِلَ أَوْ أُنْزِلَتْ عَلَيَّ آيَاتٌ لَمْ يُرَ مِثْلُهُنَّ قَطُّ الْمُعَوِّذَتَيْنِ

“Telah diturunkan kepadaku ayat-ayat yang tidak semisal dengannya yaitu Al Mu’awwidatain (surat An Nas dan surat Al Falaq).[3] (H.R Muslim no. 814, At Tirmidzi no. 2827, An Naasa’i no. 944).

·         Termasuk surat yang dianjurkan untuk dijadikan wirid zikir ba’da shalat.

Rasulullah bersabda:

اقْرَأُوا الْمُعَوِّذَاتِ فِيْ دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ

“Bacalah Al Mu’awwidzat pada setiap selesai shalat.” [4]
(HR. Abu Dawud no. 1523, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 1514)

·         Surat yang dianjurkan untuk membacanya menjelang tidur

Seperti sabda Rasulullah Shalallah Alaihi Wasallam:

حدثنا قتيبة بن سعيد حدثنا المفضل بن فضالة عن عقيل عن ابن شهاب عن عروة عن عائشة أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا أوى إلى فراشه كل ليلة جمع كفيه ثم نفث فيهما فقرأ فيهما قل هو الله أحد و قل أعوذ برب الفلق و قل أعوذ برب الناس ثم يمسح بهما ما استطاع من جسده يبدأ بهما على رأسه ووجهه وما أقبل من جسده يفعل ذلك ثلاث مرات

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Said, telah menceritakan kepada kami Al Mufadhal bin Fadhalah dari Uqail dari Ibnu Syihab dari ‘Urwah dari Aisyah bahwa Nabi Shalallah Alihi Wasallam jika hendak tidur di tempat tidurnya setiap malam Beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya, lalu meniupkannya dan membaca,”Qul Huwallahu Ahad, Qul A’uzubirabbinnas, dan Qul A’uzubirabbil Falaq, lalu mengusapkan sebisa mungkin seluruh tubuh, kepala dan wajah sebanyak tiga kali.”[5]( Sahih Bukhari, Kitab Fadhailul Qur’an, 4730)

E.      Kandungan umum Surat

Kandungan surat An Nas secara umum adalah tentang memohon perlindungan kepada Allah  sebagai Rabb (Pengatur), Malik (Raja)  dan Ilah (Sesembahan)  manusia atas godaan syetan dari jenis jin dan manusia. (bersambung..)

والله أعلم

✅✅✅✅✅✅

✍ Ust Fauzan Sugiono, Lc


🌿🌿🌿🌿🌿🌿

[1] Jalaluddin Asy Syuthi, Lubab Nuqul Fi Asbab Nuzul, (Beirut: Muassasah Al Kutub Ats Tsaqafiyah, 2002 M, h. 214
[2] Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, 8/538
[3] H.R Muslim no. 814, At Tirmidzi no. 2827, An Naasa’i no. 944
[4] HR. Abu Dawud no. 1523, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 1514
[5] Sahih Bukhari, Kitab Fadhailul Qur’an, 4730)

Serial Tafsir Surat An Nas

Tafsir Surat An-Nas (Bag.1)

Tafsir Surat An-Nas (Bag.2)

scroll to top