Makna Kursi Allah

✉️❔PERTANYAAN

Assalamu’alaikum
Ustadz izin bertanya saya pernah dengar bahwasanya kursi Allah itu adalah tempat kaki Allah apakah itu benar?
Jazakumullahu Khairan atas jawabannya

✒️❕JAWABAN

Wa’alaikumussalam Wa Rahmatullah Wa Barakatuh

Ada beberapa atsar shahih dari sahabat seperti Ibnu Abbas, Abu Musa al Asy’ari yg mengatakan:

الكرسي موضع القدمين

Kursi adalah tempat dua kaki (Allah)

Dalam memahami ayat atau hadits atau atsar seperti ini ada beberapa pendapat di antara umat Islam.

1. Memahami secara apa adanya bahwa Allah Ta’ala memiliki kaki sebagaimana makhluk, dan menempatkan kakinya di kursiNya sebagaimana makhluk. Ini golongan mujassimah, dan para ulama menganggapnya kafir. Karena menyerupakan Allah Ta’ala dengan makhluk.

2. Memahami secara apa adanya dan menetapkan adanya dua kaki, meletakkan kaki di kursi, mereka mengakui adanya hal itu semua, tapi bagaimananya, seperti apa, tidak diketahui. Tidak boleh diserupakan dengan makhluk sedikitpun. Ini Ahlul Tatsbit, dan diklaim sebagai pendapat salaf. Ini dipilih oleh Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim, dll.

3. Pendapat yang mengatakan teks seperti ini mesti diimani tapi jangan dipahami secara zhahir sebab dikhawatiri akan memunculkan kesan dan citra yang keliru tentang Allah Ta’ala. Menurut mereka ini mesti ditakwil dengan takwil yang tepat dan sesuai bahasa Arab, agar kesucian sifat-sifat Allah Ta’ala dari kesurupaan dengan makhluk tetap terjaga. Sehingga makna kalimat di atas adalah tentang kemaha kekuasaan Allah Ta’ala di atas makhluk. Ini kalangan Asy’riyah dan Maturidiyah, yang juga diklaim memiliki dasar dari kalangan salaf.

4. Pendapat yang mengatakan serahkan maknanya kepada Allah Ta’ala yaitu tafwidh. Al Alusi, al Banna, mengatakan inilah pendapat salaf. Para ulama Asy’ari pun juga memilih tafwidh jika takwil pun juga tidak mungkin.

Demikian. Wallahu A’lam

✍️ Farid Nu’man Hasan

Gerakan pemboikot Para Ulama Asy’ariyah

✉️❔PERTANYAAN

Tadz, minta tanggapannya … di WA grup masjid kami ada sekelompok org yg selalu menjelek-jelekan ulama Asy’ariyah, dikatain Ahli Bid’ah, sesat, dan tidak boleh diambil ilmunyan.. gmn tadz? (+62 878-2200-xxxx)

✒️❕JAWABAN

Bismillahirrahmanirrahim..

Kita bahas definisinya dulu.

Asy’ariyah adalah paham aqidah yang disandarkan kepada Imam Abul Hasan al Asy’ari. Jika ada ulama yang mengikutinya maka dia disebut Asy’ari, jamaknya Asya’irah.

Tentang Imam Abul Hasan al Asy’ari, dijelaskan oleh Musnidud Dunya Imam Ibnu ‘Asakir sbb:

اتّفق أَصْحَاب الحَدِيث أَن أَبَا الْحسن عَليّ بن إِسْمَاعِيلَ الْأَشْعَرِيّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ إِمَامًا من أَئِمَّة أَصْحَاب الحَدِيث ومذهبه مَذْهَب أَصْحَاب الحَدِيث تكلم فِي أصُول الديانَات على طَريقَة أهل السّنة ورد على الْمُخَالفين من أهل الزيغ والبدعة وَكَانَ من الْمُعْتَزلَة وَالرَّوَافِض والمبتدعين من أهل الْقبْلَة والخارجين من الْملَّة سَيْفا مسلولا وَمن طعن فِيهِ أَو قدح أَو لَعنه أَو سبه فقد بَسَطَ لِسَان السوء فِي جَمِيع أهل السّنة

Para ulama hadis sepakat bahwa Abu al-Hasan Ali bin Ismail al-Asy’ari -semoga Allah meridhainya- adalah seorang imam dari para imam ulama hadis. Mazhabnya adalah mazhab para ulama hadis. Ia berbicara mengenai dasar-dasar agama dengan metode Ahlus Sunnah, dan membantah para penentang dari kalangan ahli bid’ah dan menyimpang. Dahulu ia menjadi pedang terhunus terhadap kalangan Mu’tazilah, Rafidhah (syiah), serta para ahli bid’ah dari kalangan umat Islam dan mereka yang keluar dari agama. Barang siapa yang mencela, merendahkan, melaknat, atau menghinanya, maka dia telah mengumbar keburukan terhadap seluruh Ahlus Sunnah.

(Tabyin Kadzib al Muftari, hal. 113)

Lalu, siapa sajakah para ulama Asya’irah?

Dijelaskan oleh Al Hai’ah Asy Syar’iyyah Lil Ifta di Dubay:

الأشاعرة هم من أهل السنة والجماعة من أتباع أبى الحسن الأشعرى ، الذي سار على منهج الصحابة والتابعين وتابعيهم ، أقوالهم المنسوبة إلى السلف والأقوال المنسوبة إلى الخلف ، وكل ما ذُكر مستندٌ إلى الأدلة والنصوص ، سواء إمرار الصفات على ظاهرها أو تأويلها بما يتفق مع الآثار واللغة. فلا يجوز انتقاصهم ولا تبديعهم ولا تضليلهم ، ومن انتقصهم فهو الناقص ، ومن بدّعهم فهو المبتدع ، ومن ضلّلهم فهو الضال ، لأن الأمة من خلال قرونها المتتالية تلقَّت أقوالهم بالقَبول واجتهاداتهم بالرضا والإنصاف

Ulama Asya’irah termasuk Ahlus Sunnah wal Jamaah yang mengikuti Abu al-Hasan al-Asy’ari, yang menempuh metode para sahabat, tabi’in, dan tabi’ tabi’in. Pendapat-pendapat mereka yang disandarkan kepada salaf dan khalaf semuanya didasarkan pada dalil dan teks-teks agama, baik itu dalam hal membiarkan sifat-sifat Allah sesuai dengan maknanya yang zahir, maupun menakwilkannya sesuai dengan nash dan bahasa. Oleh karena itu, tidak boleh merendahkan mereka, menuduh mereka sebagai ahli bid’ah, atau menyesatkan mereka. Barang siapa yang merendahkan mereka, dialah yang rendah; barang siapa yang menuduh mereka sebagai ahli bid’ah, dialah ahli bid’ah; dan barang siapa yang menyebut sesat mereka, dialah yang sesat. Sebab umat, selama berabad-abad, telah menerima pendapat-pendapat mereka dengan penuh penerimaan dan menghargai ijtihad-ijtihad mereka dengan rasa puas dan adil.

(Hamd as Sinan dan Fauzi al ‘Anjazi, Ahlussunah al Asya’irah Syahadah ‘Ulama al Ummah wa Adillatuhum, hal. 196)

Jadi, mereka adalah umumnya para ulama Islam baik dulu dan sekarang di berbagai negeri Islam, baik para imam ahli tafsir, hadits, dan fiqih di empat mazhab.

Bahkan Imam Al Maqrizi mengatakan saking luasnya penyebaran Asy’ariyah membuat terlupakannya mazhab lainnya. (Disertasi doktoral Syaikh Abdurrahman bin Shalih al Mahmud, Mauqif Ibnu Taimiyah minal Asya’irah, jilid. 1, hal. 90)

Imam Izzuddin bin ‘Abdissalam mengatakan bahwa para imam empat mazhab baik Syafi’iyah, Malikiyah, Hanafiyah, dan Fudhala (tokoh-tokoh utama) Hambaliyah adalah Asy’ariyyun.
(Tajuddin As Subki, Thabaqat asy Syafi’iyyah al Kubra, jilid. 3, hal. 373)

Mereka adalah para imam panutan contohnya:- Al Baqillani,
– Ibnu Furak,
– Al Baihaqi,
– Asy Syirazi,
– Abu Muhammad al Juwaini,
– Abul Ma’ali al Juwaini (Imam Haramain),
– Al Ghazali,
– Ar Razi,
– Abu Syamah
– Al ‘Izz bin Abdissalam
– Al Qadhi ‘Iyadh
– An Nawawi,
– Al Qurthubi,
– Ibnu Katsir,
– Ibnu Hajar al ‘Asqalani,
– As Sakhawi,
– As Suyuthi,
– Ibnu Hajar al Haitami,
– Zakariya Anshari,
– Ali al Qari, dll.

Mereka inilah Asya’irah, jika nama-nama ulama ini dikatakan sesat dan tidak boleh diambil ilmunya, maka sungguh celakalah orang yang mengatakan demikian.

Bandingkan perkataan mereka dengan perkataan Imam Ibnu Taimiyah saat membicarakan Asya’irah sebagai berikut:

وإن كان في كلامهم من الأدلة الصحيحة وموافقة السنة ما لا يوجد في كلام عامة الطوائف فإنهم أقرب طوائف أهل الكلام إلى السنة والجماعة والحديث وهم يُعدُّون من أهل السنة والجماعة عند النظر إلى مثل المعتزلة والرافضة ونحوهم بل هم أهل السنة والجماعة في البلاد التي يكون أهل البدع فيها المعتزلة والرافضة ونحوهم

Pada perkataan mereka diambil dari dalil-dalil yang shahih dan sesuai dengan sunnah, yang mana tidak ditemukan pada umumnya golongan-golongan yang lain. Mereka adalah golongan ahli kalam yang paling dekat dengan Ahlu Al- Sunnah wa Al-Jama’ah dan ahli hadits. Mereka dihitung termasuk Ahlu Al-Sunnah wa Al-Jama’ah ketika disandingkan dengan semisal Mu’tazilah, Rafidhah, dan semisal mereka. Bahkan mereka adalah Ahlu Al-Sunnah di negeri yang di dalamnya bercokol ahli bid’ah seperti Mu’tazilah, Rafidhah, dan semisalnya.

(Ibnu Taimiyah, Bayan Talbis Al Jahmiyah, jilid. 3, hal. 538)

Bandingkan perkataan mereka, dengan penjelasan para mufti di Arab Saudi -para mufti ini mengkritik Asya’irah dalam bab Takwil Sifat- tapi mereka dengan adil berkata sebagai berikut:

أنهم في نظرنا من كبار علماء المسلمين الذين نفع الله الأمة بعلمهم ، فرحمهم الله رحمة واسعة ، وجزاهم عنا خير الجزاء ، وأنهم من أهل السنة فيما وافقوا فيه الصحابة رضي الله عنهم وأئمة السلف في القرون الثلاثة التي شهد لها النبي صلى الله عليه وسلم بالخير

Mereka menurut pandangan kami adalah para ulama besar umat Islam yang ilmunya telah memberikan manfaat bagi umat, semoga Allah merahmati mereka dengan rahmat yang luas, dan membalas mereka dengan sebaik-baik balasan. Mereka termasuk Ahlus Sunnah dalam hal yang mereka sepakati dengan para sahabat radhiyallahu ‘anhum dan para imam salaf dalam tiga generasi yang disaksikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai generasi terbaik. (Fatwa Al Lajnah Ad Daimah no. 5082, ditandatangani oleh Syaikh Bin Baz, Syaikh Abdurrazzaq ‘Afifi, dan Syaikh Abdullah al Qu’ud)

Syaikh Abdul Aziz Al Qari, Syaikh Muhammad bin Nashir As Suhaibani, Syaikh Abdullah bin Muhammad Al Ghunaiman, mereka ditanya tentang apakah ulama Asy’ariyah dan Maturidiyah adalah ahli bid’ah? Dan apakah boleh diambil ilmunya?

Jawaban mereka:

الأشاعرة والماتريدية قد خالفوا الصواب حين أولوا بعض صفات الله سبحانه. لكنهم من أهل السنة والجماعة، وليسوا من الفرق الضالة الاثنتين والسبعين إلا من غلا منهم في التعطيل، ووافق الجهمية فحكمه حكم الجهمية. أما سائر الأشاعرة والماتريدية فليسوا كذلك وهم معذورون في اجتهادهم وإن أخطأوا الحق.
ويجوز التعامل والتعاون معهم على البر والإحسان والتقوى، وهذا شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله قد تتلمذ على كثير من العلماء الأشاعرة، بل قد قاتل تحت راية أمراء المماليك حكام ذلك الزمان وعامتهم أشاعرة، بل كان القائد المجاهد البطل نور الدين زنكي الشهيد، وكذا صلاح الدين الأيوبي من الأشاعرة كما نص عليه الذهبي في سير أعلام النبلاء، وغيرهما كثير من العلماء والقواد والمصلحين، بل إن كثيراً من علماء المسلمين وأئمتهم أشاعرة وماتريدية، كأمثال البيهقي والنووي وابن الصلاح والمزي وابن حجر العسقلاني والعراقي والسخاوي والزيلعي والسيوطي، بل جميع شراح البخاري هم أشاعرة وغيرهم كثير

Asya’irah dan Maturidiyah telah menyelisihi kebenaran ketika mereka menafsirkan beberapa sifat Allah. Namun, mereka adalah bagian dari Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah dan bukan dari golongan yang sesat, kecuali bagi mereka yang melampaui batas dalam penafian, yang sejalan dengan Jahmiyyah, dan hukum mereka sama seperti Jahmiyyah.Adapun selain mereka, Asya’irah dan Maturidiyah tidak demikian dan mereka dimaafkan dalam ijtihad mereka meskipun mereka salah dalam menemukan kebenaran.

Diperbolehkan untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan mereka dalam kebaikan dan ketakwaan. Syaikh al-Islam Ibn Taymiyyah, rahimahullah, pernah belajar dari banyak ulama Asya’irah dan ia juga berperang di bawah bendera para penguasa Mamluk yang mayoritasnya adalah Asy’ari. Pemimpin yang berjuang, Nur al-Din Zanki, serta Shalah al-Din al-Ayyubi juga merupakan Asy’ari, seperti yang dinyatakan oleh al-Dzahabi dalam Siyar A’lam al-Nubala. Banyak ulama, pemimpin, dan reformis lainnya juga termasuk dalam kelompok ini. Sungguh, banyak ulama dan imam Muslim seperti al-Bayhaqi, al-Nawawi, Ibn al-Shalah, al-Mizzi, Ibn Hajar al-Asqalani, al-Iraqi, al-Sakhawi, al-Zayla’i, dan al-Suyuti adalah Asya’irah, dan semua pensyarah Shahih Bukhari juga merupakan Asya’irah, serta masih banyak lagi.

(Sumber: https://www.islamtoday.net/fatawa/quesshow-60-109797.htm)

Kesimpulan:

– Para ulama Asy’ariyah adalah para imam besar Ahlussunah wal jamaah, rujukan umat Islam Timur dan Barat
– Tidak pantas bagi kita apalagi orang awamnya, merendahkan mereka apalagi sampai menyebutnya sesat dan ahli bid’ah
– Mereka bisa jadi ada kesalahan di beberapa masalah sebagaimana manusia lainnya, tapi kesalahan itu ma’dzur (dimaafkan) di tengah ijtihad mereka yang luar biasa dan perjuangannya mendidik umat sekaligus memberantas aliran-aliran menyimpang.

Demikian. Wallahu A’lam

✍️ Farid Nu’man Hasan

Langkah-Langkah Setan Mengganggu Manusia

✉️❔PERTANYAAN

Assalamualaikum, mau tanya ustadz. Mohon di jelaskan mengenai langkah-langkah syaitan dalam menjerumuskan manusia berbuat dosa dan maksiat baik terhadap makluk maupun terhadap Allah Azza wazalla, supaya kita bisa hati-hati dalam setiap aktivitas bila mengetahuinya. Syukron

✒️❕JAWABAN

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Syetan memiliki banyak cara atau langkah untuk menjerumuskan manusia. Ini diisyaratkan oleh ayat:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدۡخُلُواْ فِي ٱلسِّلۡمِ كَآفَّةٗ وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٞ

Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.

-Surat Al-Baqarah, Ayat 208

Langkah-langkah syetan itu di antaranya:

– Menghiasi keburukan/maksiat agar nampak indah. Sehingga manusia banyak yang suka, tapi akhirnya tertipu

فَلَوۡلَآ إِذۡ جَآءَهُم بَأۡسُنَا تَضَرَّعُواْ وَلَٰكِن قَسَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ

Tetapi mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan kerendahan hati ketika siksaan Kami datang menimpa mereka? Bahkan hati mereka telah menjadi keras dan setan pun menjadikan terasa indah bagi mereka apa yang selalu mereka kerjakan.

-Surat Al-An’am, Ayat 43

– Syetan mengimingi manusia dengan janji-janji indah, padahal janjinya dusta dan syetan tahu bahwa dia hanya berdusta

وَقَالَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لَمَّا قُضِيَ ٱلۡأَمۡرُ إِنَّ ٱللَّهَ وَعَدَكُمۡ وَعۡدَ ٱلۡحَقِّ وَوَعَدتُّكُمۡ فَأَخۡلَفۡتُكُمۡۖ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيۡكُم مِّن سُلۡطَٰنٍ إِلَّآ أَن دَعَوۡتُكُمۡ فَٱسۡتَجَبۡتُمۡ لِيۖ فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوٓاْ أَنفُسَكُمۖ مَّآ أَنَا۠ بِمُصۡرِخِكُمۡ وَمَآ أَنتُم بِمُصۡرِخِيَّ إِنِّي كَفَرۡتُ بِمَآ أَشۡرَكۡتُمُونِ مِن قَبۡلُۗ إِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ

Dan setan berkata ketika perkara (hisab) telah diselesaikan, “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku tidak dapat menolongmu, dan kamu pun tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.” Sungguh, orang yang zhalim akan mendapat siksaan yang pedih.

-Surat Ibrahim, Ayat 22

– Syetan itu musuh semua manusia, ada berjanji akan menyesatkan semuanya

قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغۡوِيَنَّهُمۡ أَجۡمَعِينَ

(Iblis) menjawab, “Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,

-Surat Shad, Ayat 82

Tapi, ada yang gagal mereka sesatkan:

إِلَّا عِبَادَكَ مِنۡهُمُ ٱلۡمُخۡلَصِينَ

kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka.

-Surat Shad, Ayat 83

– Syetan itu menggoda manusia untuk berhayal, angan-angan kosong, dan mengubah ciptaan Allah Ta’ala dalam dirinya

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَأُضِلَّنَّهُمْ وَلَأُمَنِّيَنَّهُمْ وَلَآَمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ آَذَانَ الْأَنْعَامِ وَلَآَمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللَّهِ وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُبِينًا

Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya”. Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, Maka Sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. (QS. An Nisa: 119)

– Syetan juga mengganggu anak-anak

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu ketika beliau menyampaikan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ –أَوْ أَمْسـيتُمْ– فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ، فَإنَّ الشيطَانَ يَنْتَشـر حِينَئِذٍ، فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنَ اللَّيْلِ فَخَلُّوهُمْ، وَأَغْلِقُوا الأَبْوَابَ، وَاذْكُرُوا اسْمَ اللّهِ، فَإنَّ الشيطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَاباً مُغْلَقاً»

“Jika masuk awal malam –atau beliau mengatakan: jika kalian memasuki waktu sore- maka tahanlah anak-anak kalian karena setan sedang berkeliaran pada saat itu. Jika sudah lewat sesaat dari awal malam, bolehlah kalian lepaskan anak-anak kalian. Tutuplah pintu-pintu dan sebutlah nama Allah karena setan tidak bisa membuka pintu yang tertutup.” (HR. Al-Bukhari no. 3304 dan Muslim no. 2012).

– Syetan juga mengganggu orang shalat

أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ أَبِي الْعَاصِ، أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ حَالَ بَيْنِي وَبَيْنَ صَلَاتِي وَقِرَاءَتِي يَلْبِسُهَا عَلَيَّ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خَنْزَبٌ، فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللهِ مِنْهُ، وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلَاثًا» قَالَ: فَفَعَلْتُ ذَلِكَ فَأَذْهَبَهُ اللهُ عَنِّي

UTSMAN bin Abul Ash berkata:

Wahai Rasul, shalatku terganggu syetan, bacaanku jadi kacau.

Rasulullah menjawab: “Itulah syetan, namanya Khanzab. Jika kamu merasa diganggu maka mintalah perlindungan kepada Allah, lalu meludahlah ke kiri TIGA KALI.”

Utsman berkata: “Aku praktekkan hal itu, dan ternyata was was itu hilang.”

(HR. Muslim no. 2203)

Syetan bisa dilawan dengan doa-doa perlindungan seperti ayat kursi, surat Al Baqarah, 3 Qul (Al Ikhlas, Al Falaq, An Naas), doa-doa dari nabi, dan tauhid yang benar.

Demikian. Wallahu A’lam

✍️ Farid Nu’man Hasan

Hukum Salat Bagi Pasien Operasi Angkat Rahim yang Alami Pendarahan

✉️❔PERTANYAAN

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh,mf ustad izin bertanya y.. jika setelah operasi angkat rahim lalu pendarahan apakah tetap wajib sholat? (Ini angkat rahim bukan karena melahirkan)

✒️❕JAWABAN

Wa’alaikumussalam Wa Rahmatullah Wa Barakatuh

Yang membuat terhalangnya shalat dan puasa bagi wanita adalah darah haid dan nifas.

Ada pun darah karena istihadhah, flek, infeksi, atau karena operasi, tidak termasuk penghalang shalat, sebab itu bukan haid dan bukan nifas.

Namun wajib baginya membersihkan dulu sebelum shalat. Cebok, wudhu, lalu shalat. Jika saat shalat keluar darahnya, tidak apa-apa.

Dalilnya adalah, terdapat dalam Shahih Bukhari di ceritakan oleh Imam Hasan Al Bashri Rahimahullah:

ﻣَﺎ ﺯَﺍﻝَ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤُﻮﻥَ ﻳُﺼَﻠُّﻮﻥَ ﻓِﻰ ﺟِﺮَﺍﺣَﺎﺗِﻬِﻢْ

Kaum muslimin senantiasa shalat (meski) dalam keadaan mereka terluka.

Riwayat lain:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
جَاءَتْ فَاطِمَةُ بِنْتُ أَبِي حُبَيْشٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي امْرَأَةٌ أُسْتَحَاضُ فَلَا أَطْهُرُ أَفَأَدَعُ الصَّلَاةَ فَقَالَ لَا إِنَّمَا ذَلِكِ عِرْقٌ وَلَيْسَ بِالْحَيْضَةِ فَإِذَا أَقْبَلَتْ الْحَيْضَةُ فَدَعِي الصَّلَاةَ وَإِذَا أَدْبَرَتْ فَاغْسِلِي عَنْكِ الدَّمَ وَصَلِّي

Dari Aisyah dia berkata; ‘Fathimah binti Abi Hubaisy datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seraya berkata; ‘Wahai Rasulullah, aku adalah wanita yang mengeluarkan darah istihadhah, hingga diriku tidak suci, apakah aku harus meninggalkan shalat?’ Beliau bersabda: “Itu hanyalah darah penyakit, bukan darah haidh, apabila darah haid datang, tinggalkanlah shalat. Apabila darah haid telah berlalu, bersihkanlah darah tersebut dari dirimu kemudian shalatlah.”

(HR. Muslim no. 333)

Wallahu A’lam

✍️ Farid Nu’man Hasan

scroll to top