Shalawat Lebih Wajib Daripada Shalat?

 PERTANYAAN:

Assalaamu’alaykum Ustadz, bagaimana tentang pendapat ini?

https://mantrasukabumi.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-203242057/buya-arrazy-hasyim-sebut-baca-sholawat-lebih-wajib-daripada-sholat-simak-penjelasannya.

JazaakAllaahu khair

 JAWABAN

Wa’alaikumussalam Wa Rahmatullah..

Shalawat kepada nabi memiliki keutamaan yang banyak dan besar, dan tidak patut seorang muslim meremehkannya. Namun menganggapnya lebih wajib dari pada shalat lima waktu tentu ini juga tidak benar.

Alasan yang beliau kemukakan adalah retorika kaum sufi -bukan cara berpikir ahli fikih- bahwa shalat tidak diterima jika tidak ada shalawat, dan shalawatlah yang menjadi kendaraan shalat agar sampai kepada Allah Ta’ala.

Jika maksudnya shalawat kepada nabi lebih utama dibanding shalat wajib yang 5, Pemahaman ini keliru juga tidak dikenal dikalangan ulama, sebab logika seperti itu akan membuat orang akan berkata “Kalo gitu Wudhu lebih utama dibanding shalat, sebab Allah tidak menerima shalat seseorang tanpa wudhu”, akhirnya pemahaman-pemahaman ini bisa disalahgunakan: lebih baik shalawat saja atau wudhu saja walau tanpa shalat.

Dari sisi pendekatan hukum juga tidak bisa diterima:

– Shalawat adalah kewajiban sekali saja seumur hidup, seperti yg dikatakan Imam Al Qurthubi dalam tafsirnya:

لا خلاف في أن الصلاة عليه فرض في العمر مرة، وفي كل حين من الواجبات

Tidak ada perselisihan pendapat bahwa shalawat kepada nabi adalah wajib sekali seumur hidup dan di setiap momen2 yang wajib.

– Di antara momen yang wajib adalah saat tasyahud akhir, itu pun hanya pendapat sedikit ulama seperti Imam Asy Syafi’i. Mayoritas ulama mengatakan shalawat di dalam shalat adalah sunnah baik tasyahud awal dan akhir. Bahkan Ibnul Qayyim -dalam Jala’ul Afham- mengatakan dalam hal ini Imam Asy Syafi’i sendirian dalam pendapatnya itu.

– Shalawat bukan rukun Islam

– Shalawat wajib dalam Seumur hidup sebanyak satu kali maka jika sudah melakukannya sekali, dia sunnah melakukannya di waktu-waktu lainnya dan tidak berdosa jika tidak melakukannya, namun tapi tidak patut seorg muslim meninggalkan shalawat kepada nabinya.

Ada pun shalat wajib yang 5:

– Rukun Islam

– Pembeda muslim dan kafir

– Jika tidak melakukannya karena malas walau masih meyakini wajib maka dinilai sebagai dosa besar, menurut jumhur adalah fasik. Sebagian mengatakan kafir seperti Nafi’, Atha’, Ibnu Uyainah, umumnya ahli hadits, juga Imam Ahmad bin Hambal.

– Shalat adalah yang pertama kali akan diperiksa pada hari kiamat

– Orang yang tidak shalat diancam dengan neraka saqor, sebagaimana Al Muddatsir 42-43

– Kewajiban shalat ditetapkan saat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ke langit (mi’raj) sedangkan ibadah lainnya saat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam di bumi.

Semua kedudukan ini tidak kita dapatkan pada kewajiban-kewajiban lainnya.

Dalam Al Mausu’ah:

لِلصَّلاَةِ مَكَانَةٌ عَظِيمَةٌ فِي الإِْسْلاَمِ. فَهِيَ آ كَدُ الْفُرُوضِ بَعْدَ الشَّهَادَتَيْنِ وَأَفْضَلُهَا، وَأَحَدُ أَرْكَانِ الإِْسْلاَمِ الْخَمْسَةِ …. فَالصَّلاَةُ عَمُودُ الدِّينِ الَّذِي لاَ يَقُومُ إِلاَّ بِهِ

Dalam Islam, Shalat memiliki kedudukan yang sangat agung, dia adalah kewajiban yang paling ditekankan setelah dua kalimat syahadat dan YANG PALING UTAMA, dan salah satu rukun Islam yang lima.. shalat adalah tiang agama yang mana agama tidaklah tegak kecuali dengannya.

(Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyah, 27/51)

Syaikh Abdurrahman Al Juzairi mengatakan:

أما الصلاة فهي أهم أركان الدين الإسلامي؛ فقد فرضها الله سبحانه على عباده ليعبدوه وحده، ولا يشركوا معه أحداً من خلقه في عبادته، … وقد وردت أحاديث كثيرة في تعظيم شأن الصلاة، والحث على أدائها في أوقاتها

Ada pun shalat, adalah rukun Islam yang PALING PENTING (UTAMA) dalam agama Islam, Allah Ta’ala telah mewajibkan atas hamba-hambaNya agar menyembah kepadaNya semata, dan tidak menyekutukanNya dengan apa pun di antara makhlukNya, … hadits-hadits yang menceritakan keagungan shalat begitu banyak dan dorongan untuk menunaikannya pada waktu-waktunya (juga banyak).

(Al Fiqhus ‘al all Madzahib Al Arba’ah, 1/157)

Syaikh Sayyid Sabiq mengatakan:

وللصلاة في الاسلام منزلة لا تعدلها منزلة أية عبادة أخرى، فهي عماد الدين الذي لا يقوم إلا به

Dalam Islam, Shalat memiliki kedudukan yang tidak bisa disetarakan dengan ibadah apa pun yang lainnya, shalat adalah tiang agama yang mana agama tidaklah tegak kecuali dengannya. (Fiqhus Sunnah, 1/90)

Ada pun jika maksudnya SHALAWAT LEBIH WAJIB DIBANDING SHALAT SUNNAH, maka tentu lain lagi pembahasannya. Shalawat yang wajib sekali seumur hidup jelas lebih utama, namun untuk shalawat-shalawat yang sunnah muakkadah hendaknya jangan dibenturkan antara satu ibadah dengan ibadah lainnya.

Demikian. Wallahu A’lam

☘

✍ Farid Nu’man Hasan

Waspadai Dua Manusia Ini

▪▫▪▫▪▫▪▫

Imam Hasan Al Bashri Rahimahullah berkata:

احذروا العابد الجاهل و العالم الفاسق، فإن فيهما فتنة لكل مفتون

Waspadalah oleh kalian terhadap ahli ibadah yang bodoh dan ulama yang fasiq, sebab pada keduanya terdapat fitnah/musibah bagi tiap orang yang mengalami  musibah.

Hikam wa Aqwaal Al Hasan Al Bashri No. 55

✍ Farid Nu’man Hasan

Qunut Witir Setelah Setengah Ramadhan; Sunahnya Para Sahabat

Telah terjadi perbedaan pendapat ulama tentang qunut secara umum, berkata Imam Ibnu Rusyd Al Maliki Rahimahullah :

اختلفوا في القنوت، فذهب مالك إلى أن القنوت في صلاة الصبح مستحب، وذهب الشافعي إلى أنه سنة وذهب أبو حنيفة إلى أنه لا يجوز القنوت في صلاة الصبح، وأن القنوت إنما موضعه الوتر وقال قوم: بيقنت في كل صلاة، وقال قوم: لا قنوت إلا في رمضان، وقال قوم: بل في النصف الاخير منه وقال قوم: بل في النصف الاول منه.

“Mereka berselisih tentang qunut:

– Malik berpendapat bahwa qunut dalam shalat shubuh adalah sunah

– dan Asy Syafi’i juga mengatakan sunah

– dan Abu Hanifah berpendapat tidak boleh qunut dalam shalat subuh, sesungguhnya qunut itu adanya pada shalat witir.

– Ada kelompok yang berkata: berqunut pada setiap shalat.

– Kaum lain berkata: tidak ada qunut kecuali pada bulan Ramadhan.

– Kaum lain berkata: Adanya pada setelah setengah bulan Ramadhan.

– Ada juga yang mengatakan: bahkan pada setengah awal Ramadhan.” (Imam Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, 1/107-108. Darul Fikr)

Ada pun tentang qunut saat witir, Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah berkata:

لا يصح فيه عن النبي صلى الله عليه وسلم شيء

Tidak ada yang shahih sedikit pun dari Nabi ﷺ tentang hal ini. (Talkhish Al Habir, 2/18)

Imam Ibnu Khuzaimah berkata:

ولست أحفظ خبراً ثابتاً عن النبي صلى الله عليه وسلم في القنوت في الوتر

Aku tidak hafal adanya hadits yang shahih dari Nabi ﷺ tentang qunut saat witir. (Shahih Ibni Khuzaimah, 2/151)

TETAPI, qunut saat witir ADA pada masa para sahabat Nabi ﷺ

Imam ‘Atha bin Abi Rabah ditanya tentang qunut witir, Beliau menjawab:

كان أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم يفعلونه

Dahulu para sahabat Nabi ﷺ melakukannya. (Mukhtashar Qiyam Al Lail, Hal. 66)

Syaikh Al Mujahid, Sulaiman bin Nashir Al ‘Alwan Rahimahullah berkata:

وجاء عن بعض الصحابة أنه لا يقنت إلاّ في النصف من رمضان . صح هذا عن ابن عمر

Telah datang riwayat dari sebagian sahabat nabi bahwa tidak ada qunut kecuali pada separuh Ramadhan. Hal ini shahih dari Ibnu Umar. (Ahkam Qiyam Al Lail, Hal. 28)

Jadi, para ulama sepakat sunahnya saat witir di setengah Ramadhan sampai akhir.

واتفقوا على أن القنوت في الوتر مسنون في النصف الثاني من شهر رمضان إلى آخره

Para ulama sepakat tentang berqunut dalam shalat witir itu sunnah saat separuh bulan Ramadhan sampai akhir. (Al Wazir Ibnu Hubairah, Ikhtilaf Al Aimmah Al ‘Ulama, 1/138)

Hanya saja mereka berbeda apakah qunut dalam witir juga sunnah pada witir-witir selain paruh akhir bulan Ramadhan?

ثم اختلفوا في موضعه . فقال أبو حنيفة : قبل الركوع . وقال الشافعي وأحمد : بعده . ثم اختلفوا هل هو مسنون في بقية السنة ؟ فقال أبو حنيفة وأحمد : هو مسنون في جميع السنة . وقال مالك والشافعي : لا يسن إلا في نصف شهر رمضان الثاني

Kemudian mereka berbeda pendapat tentang tempatnya qunut. Abu Hanifah mengatakan: sebelum ruku. Asy Syafi’i dan Ahmad mengatakan: setelahnya. Lalu mereka juga berselisih apakah disunahkan pada shalat sunnah lainnya? Abu Hanifah dan Ahmad berkata: Hal itu sunah di sepanjang tahun. Malik dan Asy Syafi’i mengatakan: “Tidak sunnah kecuali hanya pada paruh kedua bulan Ramadhan.” (Ibid)

Maka, janganlah ingkari jika sebagian masjid ada qunut saat shalat witirnya sejak separuh akhir Ramadhan. Itu sunah yang disepakati para ulama, tetapi mereka berbeda apakah itu juga sunnah di luar Ramadhan.

Wallahu A’lam wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa Shahbihi wa Sallam

☘

✍ Farid Nu’man Hasan

Membacakan Surat Al Fatihah dan Ayat Terakhir Surat Al Baqarah Untuk Mayit

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمْ فَلاَ تَحْبِسُوْهُ وَأَسْرِعُوْا بِهِ إِلَى قَبْرِهِ وَلْيُقْرَأْ عِنْدَ رَأْسِهِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَعِنْدَ رِجْلَيْهِ بِخَاتِمَةِ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ فِي قَبْرِهِ

Diriwayatkan dari Ibnu Umar, Beliau berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’Alaihi wa sallam bersabda,

“Jika di antara kalian ada yang meninggal, maka janganlah diakhirkan (penguburannya), segeralah dimakamkan. Dan bacakanlah di samping kuburnya, Surat Al-Fatihah di dekat kepala dan ayat terakhir Surat Al Baqarah di dekat kakinya.”

(HR. At Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir No. 13613, Al Baihaqi dalam Syu’ab Al Iman No. 9294)

Al Hafidz Ibnu Hajar Al ‘Asqalani, imam pakar hadits dizamannya menyatakan bahwa status hadits di atas adalah HASAN.
(Fathul Bari, 3/184)

Penghasanan ini juga diikuti oleh:

– Imam Badruddin Al ‘Ainiy. (‘Umdatul Qari, 12/382)
– Imam Ash Shan’ani. (Subulussalam, 2/106)
– Syaikh Az Zurqani*. (Syarh Az Zurqaniy, 2/127)

Namun didha’ifkan oleh Imam Al Haitsami dan Syaikh Al Albani.

Imam Yahya bin Ma’in (w. 233 H) – salah satu imam hadits yang begitu ketat- ditanya tentang hukum membaca Al Qur’an di sisi kubur, Beliau menjawab:

ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺒﺸﺮ ﺑﻦ ﺇﺳﻤﺎﻋﻴﻞ اﻟﺤﻠﺒﻲ ﻋﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ اﻟﻌﻼء ﺑﻦ اﻟﻠﺠﻼﺝ ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ ﻟﺒﻨﻴﻪ ﺇﺫا ﺃﺩﺧﻠﺖ اﻟﻘﺒﺮ ﻓﻀﻌﻮﻧﻲ ﻓﻲ اﻟﻠﺤﺪ ﻭﻗﻮﻟﻮا ﺑﺴﻢ اﻟﻠﻪ ﻭﻋﻠﻰ ﺳﻨﺔ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﻭﺳﻨﻮا ﻋﻠﻰ اﻟﺘﺮاﺏ ﺳﻨﺎ ﻭاﻗﺮﺅﻭا ﻋﻨﺪ ﺭﺃﺳﻲ ﺃﻭﻝ اﻟﺒﻘﺮﺓ ﻭﺧﺎﺗﻤﺘﻬﺎ ﻓﺈﻧﻲ ﺭﺃﻳﺖ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﻳﺴﺘﺤﺐ ﺫاﻙ

Berkata kepadaku Mubasysyir bin Isma’il al Halabi, dari Abdurrahman bin al ‘Ala dari ayahnya, bahwa dia berkata kepada anaknya:

“Jika engkau memasukkan aku ke kubur, letakkanlah aku di Lahad, bacalah “Bismillah wa’ ala Sunnati Rasulillah,” dan bacakanlah dibagian kepalaku awal surat Al Baqarah dan penutupnya, SEBAB AKU MELIHAT IBNU UMAR menyukai (menyunnahkan) hal itu.

(Tarikh Ibnu Ma’in, 4 /502)

Wallahu a’lam

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top