Keberkahan Harta

Bagaimanakah hakikat keberkahan harta itu? Simak penjelasannya pada tanya jawab di bawah ini!


▪▫▪▫▪▫▪▫

Pertanyaan

Assalammu’alaikum ust Farid , Afwan jiddan ganggu ust

Ada pertanyaan titipan sbb :

1.Ust, apakah dalil atau pendapat salaf yang memberi perintah agar umat Islam mencari keberkahan Harta dgn sebanyak – banyaknya bukan mencari harta sebanyak – banyaknya??

2.Apakah Dalil atau pendapat salaf bahwa melanggar larangan Allah dapat menghilangkan keberkahan dalam keluarga??

Mohon pencerahannya ust

Jazakallah khaiiran


Jawaban

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah

1. Kedua-duanya diperintahkan.

Allah Ta’ala memuji Nabi Sulaiman ‘alaihissalam sebagai manusia terbaik karena dia taat. (QS. Shaad: 30), artinya orang kaya bisa menjadi manusia terbaik.

وَوَهَبْنَا لِدَاوٗدَ سُلَيْمٰنَۗ نِعْمَ الْعَبْدُ ۗاِنَّهٗٓ اَوَّابٌۗ

Kami menganugerahkan kepada Daud (anak bernama) Sulaiman. Dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia sangat taat (kepada Allah). (QS. Shaad: 30)

Ada 2 rukun Islam yang mesti ditopang oleh harta yaitu Haji dan Zakat.

Rasulullah memuji tangan di atas dibanding yang di bawah. (HR. Bukhari)

Rasulullah mendorong memisahkan tidur anak-anak kalo sdh usia 10 th. (HR. Abu Daud), ini secara tidak langsung menunjukkan agar umat Islam memiliki rumah yang banyak kamar atau luas. DLL.

Ini menunjukkan, banyak harta dalam arti hakiki. Ada pun keberkahan harta diperintahkan lewat menunaikan zakat dan sedekah lainnya, jujur dalam usaha/berdagang.

Baca juga: Sudah Berkahkah Harta Kita?

2. Ya, baik individu, keluarga, atau sebuah masyarakat, maka Allah Ta’ala akan cabut keberkahan jika mereka maksiat. (QS. Al A’raf: 96)

Dari Ibnu ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِي قَرْيَةٍ فَقَدْ حَلُّوا بِأَنْفُسِهِمْ كِتَابَ اللهِ

Jika zina dan riba sudah muncul di sebuah negeri maka mereka telah menghalalkan azab Allah ﷻ (HR. Al Baihaqi, Syu’abul Iman No. 5416. Al Hakim, Al Mustadrak No. 2261, kata Al Hakim: shahihul isnad)

Fudhail bin Iyadh mengatakan:

إِنِّي لَأَعْصِي اللَّهَ فَأَرَى ذَلِكَ فِي خُلُقِ دَابَّتِي، وَامْرَأَتِي

“Jika aku bermaksiat kepada Allah maka aku lihat dampaknya pada akhlak hewan ternakku dan istriku”

Wallahu A’lam

 Farid Nu’man Hasan

Apakah Maksiat yang Dilakukan di Bulan Ramadhan Juga Berlipat-lipat Dosanya?

Umat Islam sudah paham bahwa pahala atas amal saleh yang dilakukan di bulan Ramadhan dilipatgandakan. Lalu bagaimana dengan maksiat di bulan Ramadhan? Simak penjelasannya pada artikel bawah!


Ya, sebagaimana amal shaleh yang dilakukan berlipat-lipat pahalanya maka demikian pula maksiat yang dilakukan pada waktu-waktu agung dan mulia juga berlipat-lipat dosanya.

Hal ini berdasarkan ayat berikut:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu di bulan-bulan tersebut (yaitu bulan-bulan haram)”  (QS. At-Taubah: 36)

Imam Ibnu Katsir mengatakan:

أي: في هذه الأشهر المحرمة؛ لأنه آكد وأبلغ في الإثم من غيرها، كما أن المعاصي في البلد الحرام تضاعف

Di bulan-bulan haram ini, berbuat zalim itu lebih berat lagi dosanya, sebagaimana maksiat di tanah haram juga berlipat-lipat dosanya.
(Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 4/148)

Baca juga: Shalih Permanen di Ramadhan

Bulan-bulan haram adalah bulan-bulan mulia yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharam, dan Rajab. Ada pun Ramadhan adalah bulan paling agung dari semuanya, Rasulullah ﷺ menyebutnya dengan Sayyidusy Syuhur (pimpinannya bulan-bulan).

Imam Ibnu Muflih, mengutip dari Imam Ibnu Taimiyah:

المعاصي في الأيام المعظمة والأمكنة المعظمة تغلظ معصيتها وعقابها بقدر فضيلة الزمان والمكان

Maksiat yang dilakukan di WAKTU atau tempat yang mulia, dosa dan hukumnya dilipatkan, sesuai tingkatan kemuliaan waktu dan tempat tersebut. (Al Adab As Syar’iyah, 3/430)

Imam Ibnu Rajab Al-Hambali berkata:

وَمِنْ ذَلِكَ مَعْصِيَةُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي هَذِهِ الْأَزْمِنَةِ وَالْأَمْكِنَةِ الْمُشَرَّفَةِ، فَإِنَّهَا أَشَدُّ عُقُوبَةً مِنْ غَيْرِهَا

Di antara (konsekuensi) itu adalah bahwa maksiat kepada Allah di waktu dan tempat yang mulia lebih berat hukumannya dibandingkan dengan di waktu dan tempat lainnya.
(Latha’if Al-Ma’arif, hlm. 163)

Demikian. Wallahu A’lam

Wa Shalallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘Ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam

✍Farid Nu’man Hasan


Demikian penjelasan mengenai maksiat yang dilakukan di bulan Ramadhan. Semoga Allah menuntut kita untuk senantiasa taat kepadanya. Amin.

Mengangkat Tangan Ketika Berdoa Bagi Khatib Jumat

Apa hukumnya bagi khatib untuk mengangkat tangan saat berdo’a ketika sedang khutbah Jum’at? Simak penjelasannya pada artikel di bawah ini!


عَنْ حُصَيْنٍ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ رُؤَيْبَةَ قَالَ رَأَى بِشْرَ بْنَ مَرْوَانَ عَلَى الْمِنْبَرِ رَافِعًا يَدَيْهِ فَقَالَ قَبَّحَ اللَّهُ هَاتَيْنِ الْيَدَيْنِ لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا يَزِيدُ عَلَى أَنْ يَقُولَ بِيَدِهِ هَكَذَا وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ الْمُسَبِّحَةِ

“Dari Hushain dari ‘Umarah bin Ru’aibah (beliau adalah salah seorang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , pent) ia berkata bahwa ia melihat Bisyr bin Marwan di atas mimbar mengangkat kedua tangannya. Lalu ia (‘Umarah) berkata: “Semoga Allah memburukkan kedua tangan ini, sungguh aku telah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (saat berdoa dalam khutbahnya) tidak lebih dari mengisyaratkan dengan jari telunjuk beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Muslim No 874)

Komentar ulama:

✔ Kata Imam An Nawawi:

– Sunahnya ketika khutbah adalah tidak angkat kedua tangan, ini adalah pendapat Malik, Syafi’iyah, dll

– Al Qadhi ‘Iyadh menceritakan dari sebagian salaf dan sebagian Malikiyah boleh mengangkat kedua tangan. Alasannya Nabi pernah khutbah Jumat mengangkat kedua tangan juga saat itu beliau doa minta hujan. (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim,  6/162)

✔Imam Ali Al Qari mengatakan maksud raafi’an yadaih artinya mengangkat kedua tangan ketika ceramah/’indat takallam. (Mirqah Al Mafatih, 3/1049), bukan ketika berdoa.

✔ Sementara Ath Thayyibiy  mengatakan maksud hadits di atas bukan berdoa ketika khutbah tapi angkat kedua tangan ketika khutbah untuk menarik perhatian pendengar supaya dengar. (‘Aunul Ma’bud, 3/319)

✔Syaikh Abul Hasan Al Mubarkafuri mngatakan: makruh mengangkat kedua tangan dalam doa khutbah jumat atau untuk mnarik prhatian pendengar. Yang boleh adalah dengan jari telunjuk, baik doa maupun menarik perhatian. (Mir’ah Al Mafatih, 4/511)

Notes:

– Haditsnya sama tapi para ulama beda pahamnya: ada yang memakruhkan khatib berdoa ketika khutbah dengan mengangkat kedua tangan, ada membolehkan, bahkan ada yang bilang hadits tersebut bukan sedang membicarakan doa, tapi mengangkat tangan ketika khutbah berlangsung. So, masalah ini begitu luas dan mesti luwes.

Baca juga: Khatib Banyak Bergerak Tangannya Saat Khutbah

✍ Farid Nu’man Hasan

Hukum Transaksi Jual Beli Saat Khutbah Jum’at

Pertanyaan

1: Maaf ustadz mau bertanya. Ada kah dalil yg mengharamkan jual beli di hari Jumat terutama saat Khotib sedang khutbah Jum’at?

2: Assalamu’alaikum ustadz izin bertanya seorang laki laki kan tidak boleh transaksi ketika sholat jumat,seumpama sudah terjadi transaksi pada waktu sholat Jumat hukum barangnya haram atau bagaimana ustadz?


Jawaban

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Jual Beli Saat Khutbah Jum’at

Hal itu diperselisihkan para ulama. Sebagian mengatakan jual belinya SAH tapi aktivitas tersebut makruh bagkan haram. Sebagian lain mengatakan jual belinya TIDAK SAH.

Syaikh Wahbah az Zuhaili menjelaskan:

وهل البيع إذا وقع وقت النداء صحيح، أو باطل يفسخ؟ قال الحنفية: البيع صحيح مكروه تحريما؛ لأن الأمر بترك البيع ليس لعين البيع، بل لترك استماع الخطبة، ويقرب من قولهم قول الشافعية: البيع صحيح حرام. وقال المالكية: إنه من البيوع الفاسدة، ويفسخ على المشهور، وكذلك قال الحنابلة: لا يصح هذا البيع

Apakah jual beli yang terjadi pada saat panggilan (azan Jumat) itu sah, atau batil dan dapat dibatalkan?

Para pengikut Hanafi berpendapat bahwa jual beli itu sah tetapi makruh tahrim (makruh mendekati haram) karena perintah untuk meninggalkan jual beli bukanlah untuk menjauhi objek jual beli itu sendiri, melainkan untuk meninggalkan mendengarkan khutbah.

Pendapat tersebut mendekati pernyataan para pengikut Syafi’i: jual beli itu sah tetapi haram.

Sedangkan menurut mazhab Maliki, jual beli tersebut termasuk dalam kategori jual beli yang tidak sah dan dapat dibatalkan menurut pendapat yang terkenal.

Begitu juga menurut para pengikut Hanbali: jual beli ini tidak sah. (Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu)

Wallahu A’lam.

Baca juga: Hukum Transaksi Di Masjid Secara Online

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top