Shalat Sunnah Sambil Duduk Walau Mampu Berdiri, Bolehkah?

💢💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum ustadz… Mau tanya, Hukum sholat sunnah dengan posisi sambil duduk tanpa sebab sakit.. (08127399xxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam warahmatullah …

Dalam shalat sunnah, seseorang melakukannya secara duduk, TIDAK ADA BEDA PENDAPAT .. hal itu dibolehkan walau dia mampu berdiri. Hanya saja berdiri lebih utama dan lebih berlipat pahalanya.

Berikut ini keterangannya:

فلا حرج عليك في صلاة السنن والنوافل كقيام الليل جالساً ولو مع القدرة على القيام ومن فعل ذلك فلا إثم عليه، إلا أن ثواب القائم ضعف ثواب القاعد إذا لم يكن به عذر، لحديث عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما قال: حدثت أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: صلاة الرجل قاعداً نصف الصلاة. رواه مسلم وغيره، وعن عمران بن حصين قال: سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم عن صلاة الرجل قاعداً فقال إن صلى قائماً فهو أفضل، ومن صلى قاعداً فله نصف أجر القائم، ومن صلى نائماً فله نصف أجر القاعد. رواه البخاري.

وقال ابن قدامة: لا نعلم خلافاً في إباحة التطوع جالساً وأنه في القيام أفضل. انتهى

Tidak apa2 bagimu shakat sunah dan nafilah seperti qiyamul lail dgn cara duduk walau mampu untuk berdiri. Siapa yang melakukan itu dia tidak berdosa. Hanya saja pahala berdiri lebih berlipat dibanding duduk jika dia memang tidak ada uzur. (Maksudnya jk duduknya krn uzur maka pahalanya sama dgn berdiri).

Hal ini berdasarkan hadits Abdullah bin Amr Radhiallahu ‘Anhuma, dia berkata: bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Shalat seseorang dengan duduk itu bernilai setengah shalat.” (HR. Muslim dan lainnya)

Dari Imran bin Hushain Radhiallahu ‘Anhu dia berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang Shalat seseorang duduk.”

Beliau menjawab: “Sesungguhnya shalat orang yang berdiri maka itu lebih utama, sdgkan  yang shalatnya duduk maka pahalanya setengah yang berdiri, barang siapa yang shalatnya berbaring maka pahalanya setengah yang duduk. (HR. Bukhari)

Ibnu Qudamah mengatakan: ” Tidak kami ketahui adanya perbedaan pendapat tentang BOLEHNYA shakat sunnah dengan cara duduk, dan jk dengan berdiri maka itu lebih utama. (Selesai fatwa dari islamweb.com)

Demikian. Wallahu A’lam

🌴🌷🌱🌸🍃🌵🌾

✍ Farid Nu’man Hasan

Ngaku Jago Fiqih Tapi Tidak Tawadhu? Nonsense!

💢💢💢💢💢💢💢

Khalid bin Ma’dan Rahimahullah berkata:

لا يفقه الرجل كل الفقه حتى يرى الناس في جنب الله أمثال الأباعر، ثم يرجع إلى نفسه فيكون لها أحقر حاقر

Tidaklah seseorang dikatakan memahami semua tema fiqih sampai dia memandang manusia laksana unta-unta tunggangan terbaik, lalu dia mengoreksi dirinya sebagai pribadi yang begitu hina.

📚 Jawaahir min Aqwaalis Salaf No. 007

🌱🌴🌾🍄🌷🌸🌹🌵

✍ Farid Nu’man Hasan

Qurban dan Pembahasannya (Bag. 5)

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

6⃣ Tata Cara Penyembelihan

📌 Unta Didirikan dan Yang lain dibaringkan

Jika unta maka dipotong sewaktu ia berdiri, dan itu sunah, ada pun yang lainnya dengan cara berbaring. Hal ini disebutkan beberapa hadits berikut:

وَنَحَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَدَنَاتٍ بِيَدِهِ قِيَامًا

“Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyembelih Unta dengan tangannya dengan cara berdiri ..” [1]

Dari Ziyad bin Jubeir, dia berkata:

أَنَّ ابْنَ عُمَرَ أَتَى عَلَى رَجُلٍ وَهُوَ يَنْحَرُ بَدَنَتَهُ بَارِكَةً فَقَالَ ابْعَثْهَا قِيَامًا مُقَيَّدَةً سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Bahwa Ibnu Umar mendatangi seorang laki-laki yang sedang menyembelih Unta sambil dibaringkan, lalu beliau berkata: “Bangkitkanlah agar berdiri,  lalu ikatlah, itulah sunah nabimu Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”[2]

Didirikan dengan tiga kaki, dan kaki kiri depan diikat, dari Abdurrahman bin Sabith, dia berkata:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابَهُ كَانُوا يَنْحَرُونَ الْبَدَنَةَ مَعْقُولَةَ الْيُسْرَى قَائِمَةً عَلَى مَا بَقِيَ مِنْ قَوَائِمِهَا

“Bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya, mereka menyembelih Unta dengan keadaan kaki kiri depannya terikat, dan Unta berdiri atas tiga kakinya yang lain.”[3]

Sedangkan selain Unta, maka disembelih dengan cara dibaringkan. Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah:

أما البقر والغنم، فيستحب ذبحها مضطجعة. فإن ذبح ما ينحر، ونحر ما يذبح، قيل: يكره، وقيل: لا يكره

“Ada pun sapi dan kambing, disunahkan menyembelih dengan cara dibaringkan. Jika terjadi sebaliknya, yang diri justru dibaringkan atau yang baring justru didirikan, maka dikatakan: makruh, ada pula yang mengatakan; tidak makruh.” [4]

📌Orang yang Menyembelih

Disunnahkan orang yang menyembelih adalah yang berkurban, jika dia memiliki keahlian. Demikianlah yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

وَنَحَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَدَنَاتٍ بِيَدِهِ قِيَامًا وَذَبَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْمَدِينَةِ كَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ

“Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyembelih Unta dengan tangannya sendiri sambil berdiri, di Madinah Beliau menyembelih dua ekor kambing Kibasy yang putih.”[5]

Namun, bagi yang tidak ada keahlian dianjurkan untuk menyaksikan penyembelihan. Berkata Syaikh Sayyid Sabiq:

ويستحب أن يذبحها بنفسه، إن كان يحسن الذبح، وإلا فيندب له أن يشهده

“Disunahkan disembelih sendiri oleh yang berkurban, jika dia bisa menyembelih dengan baik, jika tidak bisa, maka dianjurkan untuk menyaksikan.”[6]

Dibolehkan menurut ijma’i ulama bagi orang bisu untuk menjadi penyembelih. Berkata Imam Ibnul Mundzir:

وأجمعوا على إباحة ذبيحة الأخرس

“Para ulama telah ijma’ (sepakat), bahwa bolehnya sembelihan dari orang bisu.”[7]

📌Tasmiyah (membaca bismillah)

Jumhur (mayoritas) ulama mengatakan wajib membaca bismillah (dan takbir) ketika menyembelih, sebagian lain mengatakan sunah. Namun, yang benar adalah wajib, sebab Allah Ta’ala berfirman:

“Maka makanlah dari (sembelihan binatang-binatang halal) Yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika betul kamu beriman kepada ayat-ayatNya.” (QS. Al An’am (6): 118)

Ayat ini mengaitkan antara keimanan dengan menyebut nama Allah Ta’ala ketika menyembelih, maka tidak syak (ragu) lagi atas wajibnya hal tersebut.

Dari Ibnu Umar, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda:

وَلَا آكُلُ إِلَّا مَا ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ

“Aku tidaklah makan makanan yang tidak disebut nama Allah atasnya (ketika menyembelihnya, pen).”[8]

عَنْ أَنَسٍ قَالَ ضَحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا

“Dari Anas, dia berkata: “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkurban dengan dua kambing Kibas berwarna putih dan bertanduk, dan memotong keduanya dengan tangannya sendiri, beliau menyebut nama Allah dan bertakbir, dan meletakkan kakinya di sisi Kibas tersebut (untuk mencengkram, pen).”[9]

📌Mendoakan Orang Yang Berkurban

Hal juga dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika hendak menyembelih. Sebagimana yang diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha:

قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ ثُمَّ ضَحَّى بِهِ

‘Nabi mengucapkan: “Bismillahi Allahumma taqabbal min Muhammadin wa Aali Muhammad wa  min  ummati Muhamamdin (Dengan Nama Allah, Ya Allah terimalah Kurban dari Muhammad, dari keluarga Muhamamd dan umat Muhammad),” lalu beliau pun menyembelih.” [10]

Bersambung ….

🍃🌴☘🌺🌷🌾🌸🌻

✏ Farid Nu’man Hasan


🌴🌴🌴🌴🌴

[1] HR. Bukhari No. 1551, Al Baihaqi dalam As sunan Al Kubra No.  9993, Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah No. 1879
[2] HR. Muslim No. 1320
[3] HR. Abu Daud No. 1767, sAs Sunan Al Kubra No. 9999, Syaikh Al Albany menshahihkan dalam Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud  No. 1767.
[4] Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, 1/741
[5]  Lihat takhrijnya pada catatan kaki No. 26
[6] Syaikh Sayyid Sabiq. Ibid.
[7] Imam Ibnul Mundzir, Kitabul Ijma’,  No. 220
[8] HR. Bukhari No. 5565
[9] HR. Muslim No. 1967
[10] Ibid

Serial Qurban dan Pembahasannya
Qurban dan Pembahasannya (Bag. 1)

Qurban dan Pembahasannya (Bag. 2)

Qurban dan Pembahasannya (Bag. 3)

Qurban dan Pembahasannya (Bag. 4)

Qurban dan Pembahasannya (Bag. 5)

Qurban dan Pembahasannya (Bag. 6)

Qurban dan Pembahasannya (Bag. 7)

Qurban dan Pembahasannya (Bag. 8)

Ghibah Adalah…

💢💢💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

Assalamu ‘alaikum ..
Ustaz, apakah gibah itu hanya membicarakan hal2 yg jelek dan belum tentu benar tentang seseorang? Ataukah termasuk gibah bila kita membicarakan kesalahan seseorg (yang memang terbukti benar ia melakukan kesalahan) hanya utk menjelek2kan dia dan bukan dg niat mencari solusi atau meneruskan hasil pembicaraan sebagai bentuk nasehat atau saran/kritik kpd org yg kita bicarakan?
Mohon penjelasannya.
Syukran

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam warahmatullah ..

Membicarakan kejelekan seseorang jika BENAR dia seperti itu, itulah ghibah.

Kalau TIDAK BENAR itulah fitnah dan buhtan/bohong.

Hal ini didefinisikan langsung oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berikut.

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu:

أَنَّهُ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْغِيبَةُ قَالَ « ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ ». قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِى أَخِى مَا أَقُولُ قَالَ « إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ بَهَتَّهُ ».

Bahwasanya ditanyakan kepada Rasulullah ﷺ : “Wahai Rasulullah, Apakah ghibah itu?” Beliau bersabda: “Kamu menceritakan tentang saudaramu apa-apa yang dia tidak suka.”

Ditanyakan lagi: “Apa pendapatmu jika pada saudaraku memang seperti yang aku katakan.”

Beliau bersabda: “Jika apa yang kamu katakan memang ada, maka kamu telah menghibahinya. Jika apa yang kamu katakan tidak ada padanya, maka kamu telah melakukan buhtan (kebohongan keji).”

(HR. Muslim No. 2589)

Demikian. Wallahu A’lam

🌴🍄🌷🌱🌸🍃🌵🌾

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top