Hendaklah Lidahmu Selalu Basah Karena Mengingat Allah

✉️❔PERTANYAAN

Assalamu’alaikum uztad… Mohon penjelasan Hadist di atas… Penjelasan dari ulama ahli hadist tentang hadist di atas… Syukron..

✒️❕JAWABAN

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah

Teks aslinya:

عن عبد الله بن بسر رضي الله عنه قال: أتى النبي صلى الله عليه وسلم رجل، فقال: يا رسول الله إن شرائع الإسلام قد كثرت علينا، فبابٌ نتمسك به جامع؟ قال: لا يزال لسانك رَطْبًا من ذكر الله عز وجل

Hadits ini ada di:

– Sunan At Tirmidzi no. 3375, At Tirmidzi mengatakan: hasan. Dengan kalimat: “Seorang laki-laki datang..”

– Sunan Ibnu Majah no. 3793, dengan kalimat: “datang seorang a’robi (Badui)…”

– Musnad Ahmad no. 17020. Dengan kalimat “Datang dua orang Badui..” yang satu bertanya siapakah manusia terbaik? Yang satu bertanya seperti hadits di atas.

Para ulama mengatakan hadits ini shahih, seperti Imam Ibnu Hibban, Imam Al Hakim, Imam Ibnu Hajar, dll.

Ada beberapa pelajaran:

– Abdullah bin Busr Al Mazini Al Qaisi. Kuniyahnya Abu Shafwan. Dia dan ayahnya adalah sahabat nabi. Beliau meriwayatkan hadits dari ayahnya, saudari kandungnya, dan bibinya. Sedangkan yang meriwayatkan hadits darinya adalah Abu Zahiriyah, Khalid bin Ma’dan, Salim bin ‘Amir, Amru bin Qais as Sukuni.

Wafat di Syam tahun 88 Hijriah, di usia 94 th, termasuk sahabat nabi yg akhir-akhir wafatnya. (Al I’lam biwafayat Al A’lam, hal. 50, At Tahdzib, 5/159)

– Tidak disebut nama laki-laki yang bertanya, hanya disebut “Laki-laki” atau A’rabi (Badui). Ini menunjukkan yang menjadi fokus bukan orangnya tapi substansi pertanyaannya. Namun orang ini tetap sebagai sahabat nabi, sebab dia pernah berjumpa dengan Nabi, dia beriman kepadanya dan wafat dalam keadaan Islam. Namun hadits ini tetap shahih walau laki-laki ini majhul (tidak diketahui biografinya). Karena semua sahabat nabi itu ‘udul (kredibel).

– Ini merupakan salah satu hadits yang menunjukkan begitu semangat para sahabat nabi dalam menuntut ilmu-ilmu agama, walau dia orang seorang Badui (orang gurun).

– perkataan orang Badui itu:

يا رسول الله إن شرائع الإسلام قد كثرت علينا فبابٌ نتمسك به جامع

Wahai Rasulullah, syariat Islam telah banyak di wajibkan atas kami, maka beritahukan kepada kami sesuatu yang dapat kami jadikan sebagai pegangan!

Imam Ath Thibi mengatakan laki-laki tersebut merasa kesulitan dan lemah menjalankan semuanya, dan membuatnya meninggalkan umumnya syariat, dan dia hanya menjalankan yang wajib saja. Oleh karena itu dia minta solusi agar tetap istiqamah. (Syarh Al Misykah, 5/739)

– Solusi yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berikan adalah banyak berdzikir. Artinya, bagi orang yang merasa berat ibadah sunah yang begitu beragam, maka dia tidak perlu khawatir. Dia bisa melakukan alternatif yang juga luar biasa nilainya yaitu banyak berdzikir.

Karenanya Rasulullah memberikan nasihat:

لا يزال لسانك رَطْبًا من ذكر الله عز وجل

Senantiasa lisanmu basah karena dzikrullah

Ath Thibi mengatakan:

عبارة عن مداومة الذكر فكأنه قيل خير الأعمال مداومة الذكر

Ini ungkapan tentang rutinnya berdzikir seakan-akan itu dikatakan bahwa sebaik-baiknya amal adalah dzikir yang terus menerus.

Demikian. Wallahu A’lam

✍️ Farid Nu’man Hasan

Tradisi Menyambut Bulan Ramadhan Apakah Bid’ah?

✉️❔PERTANYAAN

Bismillah
Semoga Allah senantiasa merahmati ustadz.

Ustadz, izin bertanya
Didaerah ana sebelum masuk Ramadhan biasanya masyarakat
1. Membuat satu tradisi keagamaan, (cerama agama, ngaji dan makan bersama) itu dilakukan oleh seleuruh jamaah dalam 1 kampung acara ini biasanya dilaksanakan 2 atau 3 hari sebelum bulan ramadhan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat bisa berjumpa lagi dengan bulan ramdhan.

2. Setelah ramadhan ada kegiatan lagi tapi ini cenderung dilakukan oleh keluarga, yakni mengundang pengurus takmir dan beberapa tetangga kemudian meminta imam atau orang yang dianggap memiliki kelimuan dan shaleh untuk mendokan sebegai bentuk syukur bisa melewati ramdahan dan bermohon bisa berjumpa lagi dengan ramadhan berikutnya, selanjutnya makan bersama.

Disisi lain dari beberapa teman yang sudah ikut ngaji menganggap ini ada perbuatan bid’ah dan mereka tidak ikut berpatisipasi dalam kegiatan ini

Pertanyaan
1.Defenisi Bid’ah ini bagaimana ustadz?
2.apakah agenda diatas masuk kategori bid’ah?
3.apakah semua yang tidak ada dalilnya walaupun baik itu juga bid’ah?

Mohon pencerahannya ustadz

✒️❕JAWABAN

Bismillahirrahmanirrahim..

Ini bukan bid’ah. Menyambut datangnya bulan Ramadhan juga dilakukan para salaf. Imam Ibnu Rajab menceritakan bahwa para sahabat sudah menyiapkan diri merwka sejak 6 bulan sebelum Ramadhan.

Ada pun bagaimana cara penyambutannya adalah perkara yang lapang. Tapi, yang sering terjadi yaitu berkumpul diberikan pembekalan ilmu, persiapan ruhiyah,.. Ini bagus. Sebab, itu bagaian dari aktifitas yang memang dianjurkan.

Begitu pula menjelang lebaran, berkumpul dgn keluarga, dan tetangga, sambil ada taushiyah dan doa dr org shalih, lalu buka puasa bersama. Ini bagus. Tidak ada kemungkaran yang mesti ditingkari. Jika ada yang menyebutnya bid’ah maka dia bersikap ghuluw (melampaui batas).

Bid’ah adlh hal baru dalam ibadah mahdhah, yang dulunya belum ada. Sdgkan Ibadah ghairu mahdhah, lebih lentur. Seperti infak, silaturrahim,.. Semuanya ibadah, tapi tentang caranya bagaimana, berapa besarannya, itu tidaklah baku, alias bebas saja kecuali ZAKAT.

Jihad, juga ibadah, tapi tentang pengembangan senjata dan strategi, tentu tidak harus sama dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam karena beda zaman dan kondisi. Pengembangan ini bukanlah bid’ah padahal jihad juga ibadah.

Wallahu A’lam

✍️ Farid Nu’man Hasan

Belajar Fiqh Sesuai Mazhab yang Dianut di Negeri Sendiri

✉️❔PERTANYAAN

Assalamualaikum.wr.wb. maaf ustadz. Apakah kita harus belajar khusus mazhab aqidah dan mazhab fiqih yang ada di negara kita secara tuntas atau pokok dasar ibadah umum nya saja ? Dan dimanakah referensi tempat dan guru nya ? Terimaksih ustadz

✒️❕JAWABAN

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Ya, hendaknya seorang muslim mempelajari aqidah dan fiqih yang umumnya di anut di negerinya -selama asasnya adalah Ahlussunnah wal Jama’ah. Hal ini untuk menekan peluang fitnah dan kerusakan.

Imam Al Qarafi memberikan nasihat kepada para ulama sbb:

فمهما تجدد في العرف اعتبره ومهما سقط أسقطه ولا تجمد على المسطور في الكتب طول عمرك بل إذا جاءك رجل من غير أهل إقليمك يستفتيك لا تجره على عرف بلدك واسأله عن عرف بلده وأجره عليه وأفته به دون عرف بلدك ودون المقرر في كتبك فهذا هو الحق الواضح  والجمود على المنقولات أبدا ضلال في الدين وجهل بمقاصد علماء المسلمين والسلف الماضين “

Bagaimanapun yang baru dari  sebuah tradisi perhatikanlah, dan yang sudah tidak berlaku lagi tinggalkanlah. Jangan kamu bersikap tekstual kaku pada tulisan di kitab saja sepanjang hayatmu. Jika datang kepadamu seorang dari luar daerahmu untuk meminta fatwa kepadamu, janganlah kamu memberikan hukum kepadanya berdasarkan adat kebiasaan yang berlaku di daerahmu, tanyailah dia tentang adat kebiasaan yang terjadi di daerahnya dan hargailah itu serta berfatwalah menurut itu, bukan berdasarkan adat kebiasaan di daerahmu dan yang tertulis dalam kitabmu. Itulah sikap yang benar dan jelas. Sedangkan sikap selalu statis pada teks adalah suatu kesesatan dalam agama dan kebodohan terhadap tujuan para ulama Islam dan generasi salaf pendahulu.“

(Al Furuq, 1/176-177)

Imam Ad Darimi Rahimahullah berkata:

أخبرنا يزيد بن هارون عن حماد بن سلمة عن حميد قال  قلت لعمر بن عبد العزيز لو جمعت الناس على شيء فقال ما يسرني انهم لم يختلفوا قال ثم كتب إلى الآفاق أو إلى الأمصار ليقضي كل قوم بما اجتمع عليه فقهاؤهم

Mengabarkan kepada kami Yazid bin Harun, dari Hammad bin Salamah, dari Humaid, dia berkata: Aku berkata kepada Umar bin Abdil ‘Aziz:

“Alangkah baiknya engkau menyatukan manusia dalam satu pendapat.”

Beliau menjawab:

“Aku tidak senang jika mereka tidak berbeda pendapat.”

Humaid berkata: “Lalu Umar bin ‘Abdil Aziz menulis surat ke semua penjuru negeri:

“Setiap penduduk di suatu negeri hendaknya memutuskan urusannya sesuai kesepakatan ahli fiqih mereka (di negeri masing-masing).”

(Sunan Ad Darimi No. 652, Bab Ikhtilaf Al Fuqaha)

Apalagi bagi orang awam, sangat dianjurkan dia mengikuti para ahli ilmu di negerinya sendiri.

Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid mengatakan tentang orang awam:

ويلزمهم أن يقلدوا علماء عصرهم ، بل علماء بلدهم ، حتى لا يفتح لهم الباب للاختيار من أقوال العلماء ما شاءوا – وهم ليس عندهم الأهلية للترجيح – فسوف يختارون الأسهل دائما والموافق لهواهم ، وهذا سوف يؤدي إلى كثرة التنازع والاختلاف

Wajib bagi mereka mengikuti para ulama di zamannya bahkan ulama di negerinya, agar tidak ada pintu bagi mereka memilih pendapat ulama  seenaknya saja -karena mereka tidak memiliki keahlian melakukan tarjih- dengan itu kelak mereka selalu memilih yang paling mudah dan sesuai hawa nafsunya saja. Inilah yang kemudian paling banyak mengantarkan kepada perselisihan dan pertentangan. (Al Islam Su’aal wa Jawaab no. 215535)

Demikian. Wallahu A’lam

✍️ Farid Nu’man Hasan

20 Malaikat Penjaga

✉️❔PERTANYAAN

Assalamualaikum.. Afwan ustad izin bertanya, mengenai tafsir Qs Ar Rad ayat 10 tentang malaikat yang menjaga atau berada di sisi malaikat, diantara nya ada 20 malaikat yang menjaga maksudnya bagaimana ya?…

✒️❕JAWABAN

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Mungkin maksudnya Ar Ra’d ayat 11, bunyinya:

{ لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٞ مِّنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهِۦ يَحۡفَظُونَهُۥ مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ سُوٓءٗا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ }

Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

[Surat Ar-Ra’d: 11]

Di sini tidak ada penyebutan 20 Malaikat, lalu dari mana sumber adanya 20 malaikat yang menjaga manusia? Yaitu dari hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir Ath Thabari bahwa Utsman bin Affan bertanya tentang jumlah malaikat yang mengawasi seorang manusia.

Rasulullah ﷺ menjawab:

– satu Malaikat sebelah kanan mencatat kebaikan
– satu Malaikat sebelah kiri mencatat keburukan
– dua malaikat di depan dan di belakang
– dua malaikat di bibir, senantiasa menjaga agar bershalawat
– satu malaikat di ubun-ubun, mengangkat derajat jika tawadhu, jika sombong akan menghukum
– satu malaikat di mulut menjaga agar tdk kemasukan ular
– dua malaikat di mata

Kata Rasulullah ﷺ di ujung hadits:

فهؤلاء عشرة أملاك على كل آدمي ينزلون ملائكة الليل على ملائكة النهار; لأن ملائكة الليل سوى ملائكة النهار ، فهؤلاء عشرون ملكا على كل آدمي وإبليس بالنهار وولده بالليل

“Itulah sepuluh malaikat yang mengawasi setiap manusia, malaikat malam turun menggantikan malaikat siang. Karena malaikat malam berbeda dengan malaikat siang, maka itulah dua puluh malaikat yang mengawasi setiap manusia, sedangkan Iblis menggoda di siang hari dan anak-anaknya di malam hari.” (Tafsir Ibnu Katsir)

Namun hadits ini sama sekali tidak shahih, hasan pun tidak.

Syaikh Mahmud bin Muhammad al Milaah memasukan hadits ini dalam kitabnya berjudul:

الْأَحَادِيث الضعيفة والموضوعة الَّتِي حكم عَلَيْهَا الْحَافِظ ابْن كثير فِي تَفْسِيره

Hadits-hadits yang telah dinilai DHAIF dan PALSU oleh Al Hafizh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya

Khususnya halaman di 221.

Demikian. Wallahu A’lam

✍️ Farid Nu’man Hasan

scroll to top