Satu Lubang Kubur Untuk Dua Mayat, Bolehkah

💢💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum ustadz. Bagaimanakah hukumnya, menguburkan jenazah dgn cara ditumpuk yang bukan muhrim.
Terimakasih ustadz (08966799 xxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Mengumpulkan dua mayit dalam satu lubang kubur adalah terlarang pada dasarnya, kecuali darurat.

Syaikh Muhammad bin Umar Al Jawi Rahimahullah berkata:

ولا يجوز جمع اثنين في قبر واحد بل يفرد كل واحد بقبر وقال الماوردي بالكراهة عند اتحاد الجنس أو المحرمية أو الزوجية

Tidak boleh menggabungkan dua mayit dalam satu kubur, tapi hendaknya satu kubur untuk satu orang. Al Mawardi berkata bahwa makruh menyatukan jenis, mahram, dan pasangan suami istri. (Nihayatu Az Zain, 1/163)

Syaikh Sulaiman Al Jamal Rahimahullah menjelaskan:

أما دواما بأن يفتح على الميت ويوضع عنده ميت آخر فيحرم، ولو مع اتحاد الجنس أو مع محرمية ونحوها هذا والمعتمد أن جمع اثنين بقبر حرام مطلقا ابتداء ودواما اتحد الجنس أو لا

Ada pun membuka kubur mayit lalu meletakkan mayit lain di situ secara permanen adalah haram. Walau sesama jenis, atau mahramnya, dan semisalnya.

Inilah pendapat yg mu’tamad (bisa dijadikan pegangan atau resmi), bahwa mengumpulkan dua mayit dalam satu kubur HARAM secara mutlak, baik dipermulaan saja atau terus menerus baik yg sesama jenis atau tidak. (Hasyiyah Al Jamal, 2/203)

Ada pun jika darurat, seperti mayit sangat banyak dan tidak bisa ditangani satu persatu, tidak apa-apa, seperti yg terjadi saat Tsunami yg lalu di Aceh.

Demikian. Wallahu a’lam

🌴🍄🌱🌷🌸🍃🌵🌾

✍ Farid Nu’man Hasan

Pencuri Dalam Shalat, Siapakah Dia?

💦💥💦💥💦💥

Dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiallahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ أَسْوَأَ النَّاسِ سَرِقَةً، الَّذِي يَسْرِقُ صَلَاتَهُ “، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ وَكَيْفَ يَسْرِقُهَا؟ قَالَ:لَا يُتِمُّ رُكُوعَهَا وَلَا سُجُودَهَا 

“Sesungguhnya sejelek jeleknya pencuri adalah manusia yang mencuri dalam shalatnya.” Manusia bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana seseorang mencuri dalam shalatnya?” Beliau bersabda: “Seseorang yang tidak menyempurnakan ruku dan sujudnya.”

📋 Musnad Ahmad No. 11532. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan: sanadnya hasan. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 11532

Al Hafizh Ibnu Hajar ‘Asqalani Rahimahullah mengatakan:

وَقَدْ صَرَّحَ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – بِأَنَّ صَلَاةَ مَنْ لَا يُقِيمُ صُلْبَهُ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ غَيْرُ مُجْزِئَةٍ، كَمَا أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُد وَالتِّرْمِذِيُّ، وَصَحَّحَهُ النَّسَائِيّ وَابْنُ مَاجَهْ مِنْ حَدِيثِ ابْنِ مَسْعُودٍ بِلَفْظِ: «لَا تُجْزِئُ صَلَاةُ الرَّجُلِ حَتَّى يُقِيمَ ظَهْرَهُ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ» وَنَحْوِهِ عَنْ عَلِيِّ بْنِ شَيْبَانُ عِنْدَ أَحْمَدَ وَابْنِ مَاجَهْ، وَقَدْ تَقَدَّمَا فِي بَابِ أَنَّ الِانْتِصَابَ بَعْدَ الرُّكُوعِ فَرْضٌ. وَالْأَحَادِيثُ فِي هَذَا الْبَابِ كَثِيرَةٌ وَكُلُّهَا تَرُدُّ عَلَى مَنْ لَمْ يُوجِبْ الطُّمَأْنِينَةَ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ وَالِاعْتِدَالِ مِنْهُمَا

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menerangkan bahwa shalat yang tidak lurus tulang punggungnya saat ruku dan sujud tidaklah mencukupi. Sebagaimana yang diriwayatkan Abu Daud, At Tirmidzi, dan dishahihkan oleh An Nasa’i dan Ibnu Majah dari Ibnu Mas’ud, dengan lafazh: “Tidak sah shalat seseorang sampai dia meluruskan tulang punggungnya saat ruku dan sujud.” Dan yg semisal ini juga dari Ali bin Syaiban, yang disebutkan Ahmad dan Ibnu Majah. Hal ini sudah dibahas dalam Bab Al Intishaab ba’dar ruku’ fardhun (Bab Wajibnya Berdiri Tegak Setelah Ruku’). Hadits-hadits dalam bab ini banyak, semuanya mengoreksi orang-orang yang tidak tuma’ninah dan tegak dalam ruku dan sujud.

📚 Lihat Fathul Bari, 2/311

Wallahu A’lam

📓📕📗📘📙📔📒

✏ Farid Nu’man Hasan

Syarah Hadits Arbain Nawawiyah (Bag. 5) – Hadits Kedua: Makna Islam, Iman, dan Ihsan

Tulisan Sebelumnya: Syarah Hadits Arbain Nawawiyah (Bag. 4) – Lanjutan Hadits Pertama: Niat dan Ikhlas

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

SYARAH HADITS KEDUA (Makna Islam, Iman, dan Ihsan)

📌Matan Hadits :

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَيضاً قَال: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَاب شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النبي صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَم، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: (الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُولُ الله،وَتُقِيْمَ الصَّلاَة، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ،وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ البيْتَ إِنِ اِسْتَطَعتَ إِليْهِ سَبِيْلاً قَالَ: صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ، قَالَ: أَنْ تُؤْمِنَ بِالله،وَمَلائِكَتِه،وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ،وَالْيَوْمِ الآَخِر،وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ: صَدَقْتَ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسئُوُلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِها، قَالَ: أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا،وَأَنْ تَرى الْحُفَاةَ العُرَاةَ العَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثَ مَلِيَّاً ثُمَّ قَالَ: يَا عُمَرُ أتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ؟ قُلْتُ: اللهُ وَرَسُوله أَعْلَمُ، قَالَ: فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ) . رواه مسلم

Dari Umar Radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’Alaihi wa Sallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lalu menyandarkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam) dan meletakkan kedua tangannya di atas dua pahanya (Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) seraya berkata: “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan tak berpakaian, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Ya Umar tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat Muslim)

📌Takhrij Hadits:

– Imam Muslim dalam Shahihnya No. 8
– Imam At Tirmidzi dalam Sunannya No. 2610
– Imam Abu Daud dalam Sunannya No. 4695
– Imam Ibnu Majah dalam Sunannya No. 63
– Imam Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra, No. 20660
– Imam Ad Daruquthni dalam Sunannya No. 207
– Imam Ibnu Hibban dalam Shahihnya No. 168, juga 159, tapi dari jalur Abu Hurairah
– Imam Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya No. 2244, dari jalur Abu Hurairah
– Imam Ishaq Rahawaih dalam Musnadnya No. 165, dari jalur Abu Hurairah dan Abu Dzar
– Imam Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf , kitabul iman war ru’ya No. 1
– Imam Abu Ya’ala dalam Musnadnya No. 242

📚 Makna Kalimat:

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَيضاً قَال

Dari Umar Radhiallahu Ta’ala ‘Anhu juga, dia berkata

بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم

Ketika kami duduk-duduk di sisi Rasulullah Shallallahu’Alaihi wa Sallam

ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ

suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki

Rajul – رجل yakni ملك في صورة رجل, malaikat dalam tampilan seorang laki-laki. (Syaikh Muhammad bin Ismail Al Anshari, At Tuhfah Ar Rabbaniyah, lihat Syarah hadits No. 2) sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Ibnu Al ‘Utsaimin:

وهو رجل في شكله لكن حقيقته أنه مَلَك

“Dia adalah seorang laki-laki dalam wujudnya, tetapi hakikatnya dia adalah malaikat.” (Syarh Arbain An Nawawiyah, Hal. 19)

شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَاب

baju yang sangat putih

شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ

berambut sangat hitam

لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ

tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh

Sebagian ada yang meriwayatkan dengan kata: Laa Naraa لاَ نَرَى – kami tidak melihat- dengan huruf nun yang difat-hahkan, dan keduanya (baik Laa Yuraa dan Laa Naraa) adalah benar. (Imam Ibnu Daqiq Al ‘Id, Syarh Al Arbain An Nawawiyah, Hal. 29. Maktabah Al Misykah. Lihat juga Syaikh Muhammad bin Ismail Al Anshari, At Tuhfah Ar Rabbaniyah, hadits no. 2)

Syaikh Ibnu Al ‘Utsaimin berkata tentang kalimat ini:

لأن ثيابه بيضاء وشعره أسود ليس فيه غبار ولاشعث السفر، ولهذا قال: لايُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ لأن المسافر في ذلك الوقت يُرى عليه أثر السفر، فيكون أشعث الرأس،مغبرّاً، ثيابه غير ثياب الحضر، لكن لايرى عليه أثر السفر

“Karena pakaiannya putih dan rambutnya hitam tidak ada debu dan kekusutan safar (perjalanan). Oleh karena itulah dia (Umar) berkata: tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh, sebab bagi seorang musafir pada waktu seperti itu akan Nampak padanya bekas-bekas perjalanan, seperti rambut yang kusut dan berdebu, pakaiannya bukanlah pakaian menetap, justru tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan.” (Syarh Al Arba’in An Nawawiyah Hal. 19. Mawqi’ Ruh Al Islam)

وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ

dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya
Maksudnya:

وليس من أهل المدينة المعروفين، فهوغريب

“Dan tidaklah diantara penduduk Madinah yang mengenalnya, maka dia adalah seorang yang asing.” (Ibid)

حَتَّى جَلَسَ إِلَى النبي صلى الله عليه وسلم

Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ

lalu menyandarkan kedua lututnya kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam)

وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ

dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas dua pahanya.
Syaikh Ibnu Al ‘Utsaimin memberikan penjelasan sebagai berikut:

وَوَضَعَ كَفَّيْهِ أي كفي هذا الرجل عَلَىَ فَخِذَيْهِ أي فخذي هذا الرجل، وليس على فخذي النبي صلى الله عليه وسلم ، وهذا من شدة الاحترام

Dan meletakkan dua telapak tangannya yaitu dua telapak laki-laki tersebut, di atas dua pahanya yaitu pada dua paha laki-laki tersebut, bukan pada dua paha Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan ini merupakan bentuk penghormatan yang tinggi. (Ibid)

Bersambung …

Tulisan Berikutnya: Syarah Hadits Arbain Nawawiyah (Bag. 6) – Lanjutan Hadits Kedua: Makna Islam, Iman, dan Ihsan

🍃🌻🌸🌺☘🌷🌴🌾

✏ Farid Nu’man Hasan

Membaca Al Qur’an Melalui Aplikasi di HP

Membaca al-Qur’an melalui HP hukumnya boleh dan ulama tidak mensyaratkan untuk bersuci sebelumnya, karena HP tidak dianggap sebagai mushaf. Simak penjelasannya pada dua tanya jawab di bawah!


◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

✉️❔Pertanyaan

Assalamualaikum. Apa beda membaca Al Quran di HP dgn mushaf ust?bagaimana ke utamaannnya? (08526359xxxx)


✒️❕Jawaban Membaca al-Qur’an di HP

◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah ..

Membaca Al Qur’an melalui mushaf dihitung sebagai tilawah dengan mushaf, sedangkan dengan HP tidak dianggap tilawah dengan mushaf, sebab mushaf beda dengan HP.

Para ulama hari ini umumnya tidak mensyaratkan mesti suci saat membaca Al Qur’an lewat aplikasi HP, berbeda dengan membaca dan menyentuh Al Qur’an melalui mushaf yang jumhur mensyaratkan mesti suci.

Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid Hafizhahullah mengatakan:

هذه الجوالات التي وضع فيها القرآن كتابة أو تسجيلا ، لا تأخذ حكم المصحف ، فيجوز لمسها من غير طهارة ، ويجوز دخول الخلاء بها ، وذلك لأن كتابة القرآن في الجوال ليس ككتابته في المصاحف فهي ذبذبات تعرض ثم تزول وليست حروفا ثابتة

HP yang di dalamnya terdapat aplikasi Al Quran baik tulisan atau suara, tidaklah dihukumi sebagai mushaf. Maka, boleh menyentuhnya tanpa bersuci. Boleh pula masuk WC dgnnya. Hal disebabkan tulisan Al Qur’an di HP tidaklah seperti tulisan di Mushaf. Keberadaannya hilang dan muncul, dia bukanlah huruf yg permanen. (Al Islam Su’aal wa Jawaab no. 106961)

Demikian. Wallahu a’lam

✍ Farid Nu’man Hasan


◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

✉️❔Pertanyaan

Assalamu’alaikum.izin bertanya ustad,bagaimana hukum membaca Alqur’an di hp ..jazakallah Khairan .


✒️❕Jawaban

◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

Wa’alaikumussalam Wa Rahmatullah Wa Barakatuh

Bismillahirrahmanirrahim..

Hukum Membaca al-Qur’an Melalui HP

Membaca Al-Quran lewat aplikasi di HP, tidak apa-apa.. Hanya saja, dibanding membacanya lewat mushaf tentu lebih utama lewat mushaf.

Baca juga: Wanita Haid Membaca al-Qur’an di HP

Tilawah pakai aplikasi Al Quran di HP hanya dapat satu nilai: yaitu nilai Tilawah itu sendiri. Mungkin sisi lebihnya adalah lebih praktis.

Tilawah lewat mushaf mendapatkan dua nilai:

– Tilawah
– Memandang mushaf

Sebab, memandang mushaf sudah dinilai ibadah. Bahkan baca sambil lihat mushaf lebih utama dibanding hapalan.

Imam An Nawawi menjelaskan:

القراءة في المصحف أفضل من القراءة عن ظهر قلب، لأنها تجمع القراءة والنظر في المصحف وهو عبادة أخرى. كذا قاله القاضي حسين وغيره من أصحابنا، ونص عليه جماعات من السلف، ولم أر فيه خلافاً

Membaca Al Quran pakai mushaf lebih utama dibanding lewat hapalan, karena hal itu menggabungkan dua keutamaan; membaca dan memandang mushaf yang merupakan ibadah lainnya tersendiri. Demikian dikatakan Qadhi Husein dan lainnya dari para sahabat kami (Syafi’iyyah), hal itu juga dikatakan para salaf, dan aku tidak melihat adanya perbedaan pendapat tentang itu.

(Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, jilid. 2, hal. 168)

Demikian. Wallahu A’lam

✍️ Farid Nu’man Hasan


Demikian penjelasan mengenai membaca al-Qur’an melalui HP. Ayo manfaatkan gawai untuk kebaikan. Semoga Allah memberi kita taufiq untuk selalu membaca ayat-ayatNya. Amin.

Baca juga: Membaca Al Qur’an Hanya di Hati

scroll to top