Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya (Bag. 5)

💦💥💦💥💦💥💦

✏Lalu, Apa setelah ini?

Telah diketahui berbagai keutamaan dan kemuliaan Masjid Al Aqsha. Tulisan ini bukanlah yang pertama (dan mungkin bukan yang terakhir). Semua sudah diketahui bersama, dan keadaan Al Aqsha saat ini pun sudah diketahui bersama. Lebih setengah abad lamanya dia berada di bawah cengkraman Zionis Yahudi. Berkali-kali pula kaum muslimin di usir, dibantai, wanitanya diperkosa, rumah-rumah dirubuhkan, dan semua ini terlihat jelas di mata dunia, sampai pula di kamar-kamar kita.

Tidak cukup mengutuk, tidak cukup KTT, dan tidak cukup melakukan kajian-kajian, harus ada amal nyata, terprogram, dan massiv agar Al Aqsha kembali ke tangan kaum muslimin. Baik dilakukan oleh pribadi, lembaga, atau negara-negara muslim. Semuanya tidak boleh tinggal diam atas kewajiban ini. Lakukanlah apa yang bisa kita lakukan.

Dari Zaid bin Khalid Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ جَهَّزَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَدْ غَزَا

“Barangsiapa yang membantu persiapan orang yang berjihad, maka dia juga telah berjihad. (HR. Bukhari No. 2688)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah menetapkan, orang yang mempertahankan harta pribadi dan membela keluarga adalah syahid, maka apalagi mempertahankan bumi yang diberkahi ini, milik kaum muslimin -bukan milik pribadi- dan segudang keutamaan lainnya.

Dari Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ

“Barangsiapa yang dibunuh karena hartanya, maka dia syahid.” (HR. Bukhari No. 2348, At Tirmidzi No. 1418I, bnu Majah No. 2580, An Nasa’i No. 4087)

Dari Sa’id bin Zaid Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دَمِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ

“Barangsiapa yang dibunuh karena hartanya maka dia syahid, barangsiapa dibunuh karena agamanya maka dia syahid, barangsiapa yang dibunuh karena darahnya maka dia syahid, barangsiapa yang dibunuh karena membela keluarganya maka dia syahid. (HR. At Tirmidzi No. 1421, katanya: hasan shahih, Abu Daud No. 4772, Syaikh Al Albani menshahihkan di berbagai kitabnya)

Sesungguhnya berperang membela Al Aqsha sudah wajib semampu yang kita berikan- bagi kaum muslimin. Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah:

متى تشرع الحرب وإذا كانت القاعدة هي السلام، والحرب هي الاستثناء فلا مسوغ لهذه الحرب – في نظر الاسلام – مهما كانت الظروف، إلا في إحدى حالتين: (الحالة الاولى) حالة الدفاع عن النفس، والعرض، والمال، والوطن عند الاعتداء. يقول الله تعالى: ” وقاتلوا في سبيل الله الذين يقاتلونكم. ولا تعتدوا إن الله لا يحب المعتدين “.

“Jika yang menjadi kaidah dasar adalah berdamai (As Salam), sedangkan perang adalah pengecualian, maka berarti menurut ajaran Islam perang sama sekali tidak dikenal; dalam keadaan bagaimana pun kecuali pada dua keadaan:

Pertama. Mempertahankan diri, nama baik, harta dan tanah air ketika diserang musuh, firman Allah taala: Dan berperanglah di jalan Allah melawan meraka yang memerangi kamu, janganlah sekali-kali kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak   menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. Al Baqarah (2): 190)

Lalu, Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah menambahkan:

(الحالة الثانية) حالة الدفاع عن الدعوة إلى الله إذا وقف أحد في سبيلها. بتعذيب من آمن بها، أو بصد من أراد الدخول فيها، أو بمنع الداعي من تبليغها، ودليل ذلك: (أولا) أن الله سبحانه يقول: ” وقاتلوا في سبيل الله الذين يقاتلونكم ولا تعتدوا إن الله لا يحب المعتدين واقتلوهم حيث ثقفتموهم وأخرجوهم من حيث أخرجوكم والفتنة أشد من القتل ولا تقاتلوهم عند المسجد الحرام حتى يقاتلوكم فيه، فإن قاتلوكم فاقتلوهم كذلك جزاء الكافرين – فإن انتهوا فإن الله غفور رحيم – وقاتلوهم حتى لا تكون فتنة ويكون الدين لله فإن انتهوا فلا عدوان إلا على الظالمين “

“Keadaan Kedua, dalam keadaan mempertahankan dakwah ke jalan Allah. Jika ada orang yang menghentikan dakwah ini dengan jalan menyiksa orang-orang yang seharusnya terjamin keamanannya, atau dengan jalan merintangi mereka yang ingin memeluk ajaran Allah, atau melarang juru dakwah menyampaikan ajaran Allah. Allah Ta’ala berfirman:

Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir. Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. (QS. Al Baqarah (2): 190-194) (Fiqhus Sunnah, 2/613-614. Dar Al Kitab Al ‘Arabi)

Insya Allah, masa depan Al Aqsha cerah sebagaimana janjiNya kepada para pejuangNya: wa innaa jundanaa lahumul ghaalibuun – Sesungguhnya tentara-tentara Kamilah yang pasti menang.

“Israel Akan Berdiri dan Tetap Akan Berdiri, Sampai Islam yang akan menghancurkannya sebagaimana ia pernah dihancurkan sebelum ini.” (Al Ustadz Hasan Al Banna Rahimahullah)

Wallahu A’lam

🍃🌻🌾🌴🌸🌾🌺🌷

✏ Farid Nu’man Hasan

Serial Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya

Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya (Bag. 1)

Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya (Bag. 2)

Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya (Bag. 3)

Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya (Bag. 4)

Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya (Bag. 5)

Menggabungkan Shalat Tahiyatul Masjid Dengan Shalat Sunah Qabliyah

💥💦💥💦💥💦

📨 PERTANYAAN:

Afwan Ustadz, saya mau tanya tentang sholat Fajar dan sholat Tahiyatul Masjid.

Klo sholat Fajar kan dilakukan setelah Adzan subuh. Sedangkan masjid dideket rumah saya, jeda antara Adzan dan iqomah terlalu singkat. Jadi kalo mengerjakan 2 sholat sunnah Tahiyatul masjid dan sholat Fajar, waktunya gak cukup. Baiknya bagaimana ya Ustadz? Ato lebih diutamakan yang mana? Syukron atas jawabannya Ustadz

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Bismillah wal Hamdulillah …

Mungkin maksudnya menggabungkan shalat tahiyatul masjid dengan shalat sunah fajar (qabliyah subuh), sedangkan shalat fajar adalah shalat subuh itu sendiri.

Boleh bagi seseorang yang melaksanakan shalat sunah rawatib juga meniatkan sebagai shalat tahiyatul masjid, hal ini dikatakan para ulama, si antaranya sebagai berikut:

Imam An Nawawi Rahimahullah berkata:

ولا يشترط أن ينوي بالركعتين التحية بل إذا صلى ركعتين بنية الصلاة مطلقا أو نوى ركعتين نافلة راتبة أو غير راتبة أو صلاة فريضة مؤداة أو مقضية أو منذورة أجزأه ذلك وحصل له ما نوى وحصلت تحية المسجد ضمنا ولا خلاف في هذا قال أصحابنا وكذا لو نوى الفريضة وتحية المسجد أو الراتبة وتحية المسجد حصلا جميعا بلا خلاف

Tidak disyaratkan melalukan dua rakaat sebagai tahiyatul masjid, tetapi jika seseoran melakukan shalat dua rakaat dengan niat shalat mutlak, atau shalat sunah rawatib atau yang bukan rawatib, atau shalat wajib, baik pada waktunya atau qadha, maka itu telah cukup dan dia telah mendapatkan apa yang dia niatkan, dan dia juga mendapatkan tahiyatul masjid tercakup di dalamnya, dan tidak ada perbedaan pendapat dalam hal ini.

Para sahabat kami (Syafi’iyah)  mengatakan, jika seseorang meniatkan shalat wajib sekaligus tahiyatul masjid atau shalat rawatib sekaligus tahiyatul masjid, maka semua itu sah, tanpa adanya perbedaan pendapat. (Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 4/52)

Demikian. Wallahu A’lam

🌵🌷🌴🌸🍃🌱🌾🍄

✍ Farid Nu’man Hasan

Mendulang Faidah Dari Surat Al Fatihah (Bag. 3)

💥💦💥💦💥💦

📙  Makkiyah atau Madaniyah ?

Imam Ibnu Katsir menceritakan:

وهي مكية، قاله ابن عباس وقتادة وأبو العالية، وقيل مدنية، قاله  أبو هريرة ومجاهد وعطاء بن يسار والزهري. ويقال: نزلت مرتين: مرة بمكة، ومرة بالمدينة، والأول أشبه لقوله تعالى: { وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي } [الحجر: 87]، والله أعلم  . وحكى أبو الليث السمرقندي أن نصفها نزل بمكة ونصفها الآخر نزل بالمدينة، وهو غريب جدًا، نقله القرطبي عنه

Ini termasuk Makkiyah, sebagaimana perkataan Ibnu Abbas, Qatadah, dan Abul ‘Aliyah. Ada juga yang mengatakan Madaniyah, itulah perkataan Abu Hurairah, Mujahid, ‘Atha bin Yassar, dan Az Zuhri. Ada yang mengatakan: turunnya dua kali, sekali di Mekkah dan sekali di Madinah. Pendapat pertama mirip dengan firman Allah Ta’ala: “dan Kami telah memberikan kepadamu tujuh ayat yang diulang-ulang.” (QS. Al Hijr: 87). Wallahu A’lam

Abu Al laits As Samarqandi menceritakan bahwa sebagiannya turun di Mekkah, sebagian lain di Madinah. Ini pendapat sangat aneh. Ini dinukil oleh Al Qurthubi. 1]

📒 Jumlah Ayat

Imam Ibnu Katsir mengatakan:

وهي سبع آيات بلا خلاف، [وقال عمرو بن عبيد: ثمان، وقال حسين الجعفي: ستة   وهذان شاذان]

Al Fatihah 7 ayat, tanpa diperselisihkan lagi. ‘Amru bin Ubaid mengatakan 8, Husein Al Ju’fi mengatakan 6. Kedua pendapat ini syadz (janggal). 2]

📕 Kedudukan Al Fatihah dalam Shalat

📌 Sahkah shalat tanpa membaca Al Fatihah?

1⃣ Golongan pertama mengatakan sah, walau membaca surat lain yang termudah baginya. Bagi golongan ini tidak ada surat spesifik yang wajib dibaca dalam shalat.  Inilah pandangan Imam Al Auza’i, Imam Sufyan Ats Tsauri, Imam Abu Hanifah dan para sahabatnya, serta orang yang menyepakati mereka.

Alasannya adalah sesuai dengan keumuman ayat:

فاقرءوا ما تيسر من القرآن

“Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran.” (QS. Al Muzammil (73): 20)

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda;

إذا قمت إلى الصلاة فكبر، ثم اقرأ ما تيسر معك من القرآن

“Jika kamu hendak shalat, maka bertakbirlah, lalu bacalah apa yang mudah bagimu dari Al Quran.” 3]

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata tentang kelompok ini:

قالوا: فأمره بقراءة ما تيسر، ولم يعين له الفاتحة ولا غيرها، فدل على ما قلناه

“Mereka berkata: Rasulullah memerintahkan untk membaca yang termudah, bukan mengkhususkan Al Fatihah dan tidak pula yang lainnya. Ini menunjukkan kebenaran apa yang kami katakan.” 4]

(Bersambung ….)

☘🌺🌻🌴🍃🌷🌾🌸

✏ Farid Nu’man Hasan


🍃🌾🍃🌾🍃🌾🍃🌾

[1] Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 1/105
[2] Ibid
[3] HR. Bukhari No. 724, 5897, 6290. Muslim No. 397,  Abu Daud No. 856, At Tirmidzi No. 302, Ibnu Hibban No.1890, Al Baihaqi dalam Sunannya No.2091, Ibnu Khuzaimah No. 461, Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf , 1/322. Ahmad No, 9635
[4] Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 1/108

 

Islam dan Akal

Islam sangat memuliakan akal, sebagaimana ayat-ayat yang banyak dalam Al Quran. Ada pun dalam sunnah, tidak ada hadits shahih yang menceritakan keutamaan akal.

Tetapi, para ulama salaf sangat memuliakan orang-orang berakal. Di antaranya:

1⃣     Wahab bin Munabbih mengatakan:

قرأت في بعض ما أنزل الله تعالى إن الشيطان لم يكابد شيئا أشد عليه من مؤمن عاقل

“Aku baca pada sebagian apa yang diturunkan Allah ﷻ bahwa tidak ada yang lebih membuat syetan menderita dibanding mu’min yang berakal.”

Dia juga mengatakan:

وإن الرجلين ليستويان في البر ويكون بينهما في الفضل كما بين المشرق والمغرب بالعقل وما عبد الله بشيء أفضل من العقل

Dua orang laki-laki tidaklah sama dalam kebaikan, dan keadaan kebaikan keduanya bagaikan timur dan barat karena akalnya, dan tidak sesuatu bagi seorang hamba Allah yang lebih utama dibanding akal.

2⃣      Muadz bin Jabal berkata:

لو أن العاقل أصبح وأمسى وله ذنوب بعدد الرمل كان وشيكا بالنجاة والتخلص منها ولو أن الجاهل أصبح وأمسى وله من الحسنات وأعمال البر عدد الرمل لكان وشيكا أن لا يسلم له منها مثقال ذرة قيل وكيف ذلك قال إن العاقل إذا زل تدارك ذلك بالتوبة والعقل الذي رزقه والجاهل بمنزله الذي يبني ويهدم فيأتيه من جهله ما يفسد صالح عمله

Seandainya orang berakal berada di pagi hari dan sore hari dan dia memiliki dosa sejumlah pasir niscaya dia yang mendekati keselamatan dan bisa berlepas darinya. Seandainya orang bodoh berada pada pagi dan sore hari dan dia memiliki banyak kebaikan dan amal shalih sejumlah pasir niscaya dia lebih dekat untuk tidak bisa menyelamatkannya walau sebesar atom. Ada orang bertanya: “Bagaimana bisa begitu?” Beliau menjawab: “Orang berakal akan memperbaiki diri dengan taubat dan akal yang dirizkikan kepadanya. Sedangkan orang bodoh  dia yang membangun tempatnya dan dia juga yang menghancurkannya, lalu karena kebodohannya dia yang merusak amal shalihnya.”

3⃣      Al Hasan mengatakan:

لا يتم دين الرجل حتى يتم عقله وما أودع الله امرأ عقلا إلا استنقذه به يوما

Tidak sempurna agama seseorang sampai dia sempurna akalnya dan tidaklah Allah titipkan seseorang akal baginya melainkan dia akan menyelamatkan dirinya di hari itu.

4⃣     Yusuf bin Asbath mengatakan:

العقل سراج ما بطن وزينة ما ظهر وسائس الجسد وملاك أمر العبد ولا تصلح الحياة إلا به ولا تدور الأمور إلا عليه

Akal adalah pelita apa-apa yang tersembunyi, perhiasan bagi yang nampak,  pengatur jasad, pengawal urusan seorang hamba, dan hidup tidak akan baik kecuali dengannya dan urusan tidaklah berputar kecuali atasnya.

5⃣      Abdullah bin A Mubarak ditanya, apakah anugerah terbaik baik seseorang setelah keislamannya? Beliau menjawab:

غريزة عقل قيل فإن لم يكن قال أدب حسن قيل فإن لم يكن قال أخ صالح يستشيره قيل فإن لم يكن قال صمت طويل قيل فإن لم يكن قال موت عاجل

“Insting akalnya,”  lalu kalau tidak ada? “Adab yang baik,”  kalau tidak ada? “Saudara yang shalih yang menggembirakannya,” lalu kalau tidak ada? “Diam yang panjang,” lalu kalau tidak punya?  “Kematian yang segera!!”

📖 Lihat Raudhatul Muhibbin, Hal. 30-31, karya Imam Ibnul Qayyim

☘🌷🌴🍃🌺🌸🌿🍂🍀

✏ Farid Nu’man Hasan

scroll to top