Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha serta Kewajiban Menjaganya (Bag. 4)

💥💦💥💦💥💦💥

📌Tempat Terjadinya Peristiwa Isra

Surat Al Isra ayat pertama di atas menunjukkan bahwa Al Aqsha bersama Masjidil Haram-  merupakan tempat terjadinya  peristiwa Isra  (perjalanan di malam hari). Hal ini menunjukkan kedudukannya yang tinggi  sehingga dia dipilih sebagai tujuan dari Isra di dunia, dan titik tolak terjadinya Miraj ke langit tujuh.

Ada pun tentang Isra Miraj, benarkah peristiwa ini terjadi pada bulan Rajab? Atau tepatnya 27 Rajab? Jawab: Wallahu Alam. Sebab, tidak ada kesepakatan para ulama hadits dan para sejarawan muslim tentang kapan peristiwa ini terjadi, ada yang menyebutnya Rajab, dikatakan Rabiul Akhir, dan dikatakan pula Ramadhan atau Syawal. (Imam Ibnu Hajar, Fathul Bari, 7/242-243)

Imam Ibnu Rajab Al Hambali  mengatakan, bahwa banyak ulama yang melemahkan pendapat bahwa peristiwa Isra terjadi pada bulan Rajab, sedangkan Ibrahim Al Harbi dan lainnya mengatakan itu terjadi pada Rabi’ul Awal. (Ibid Hal. 95).

Beliau juga berkata:

و قد روي: أنه في شهر رجب حوادث عظيمة ولم يصح شيء من ذلك فروي: أن النبي صلى الله عليه وسلم ولد في أول ليلة منه وأنه بعث في السابع والعشرين منه وقيل: في الخامس والعشرين ولا يصح شيء من ذلك وروى بإسناد لا يصح عن القاسم بن محمد: أن الإسراء بالنبي صلى الله عليه وسلم كان في سابع وعشرين من رجب وانكر ذلك إبراهيم الحربي وغيره

“Telah diriwayatkan bahwa pada bulan Rajab banyak terjadi peristiwa agung dan itu tidak ada yang shahih satu pun. Diriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dilahirkan pada awal malam bulan itu, dan dia diutus pada malam 27-nya, ada juga yang mengatakan pada malam ke-25, ini pun tak ada yang shahih. Diriwayatkan pula dengan sanad yang tidak shahih dari Al Qasim bin Muhammad bahwa peristiwa Isra-nya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terjadi pada malam ke-27 Rajab, dan ini diingkari oleh Ibrahim Al Harbi dan lainnya.” (Lathaif Al Ma’arif Hal. 121. Mawqi’ Ruh Al Islam)

Sementara, Imam Ibnu Hajar mengutip dari Ibnu Dihyah, bahwa: Hal itu adalah dusta.” (Tabyinul ‘Ajab hal. 6). Imam Ibnu Taimiyah juga menyatakan peristiwa Isra’ Mi’raj tidak diketahui secara pasti, baik tanggal, bulan, dan semua riwayat tentang ini terputus dan berbeda-beda.

📌 Kiblat Pertama Umat Islam

Allah Ta’ala berfirman:

سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلاهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا قُلْ لِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (142) وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ (143) قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ (144)

Orang-orang yang kurang akalnya  diantara manusia akan berkata: “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?” Katakanlah: “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus. Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.  Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit , maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (QS. Al Baqarah (2): 142-144)

Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Baitul Maqdis telah menjadi kiblat selama 16 atau 17 bulan lamanya. (HR. Bukhari No. 4488)

Ada beberapa hikmah dari ayat-ayat tahwilul qiblah di atas:

✅Ujian Keimanan dan Ketaatan untuk kaum mukminin (para sahabat saat itu).

✅Simbol persatuan dan  kebersamaan seluruh  kaum muslimin.

✅Keseragaman arah ibadah kaum muslimin

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan:

إنما شرعنا لك -يا محمد -التوجه أولا إلى بيت المقدس، ثم صرفناك عنها إلى الكعبة، ليظهر حالُ من يَتَّبعك ويُطيعك ويستقبل معك حيثما توجهتَ مِمَّن ينقلب على عَقبَيْه، أي: مُرْتَدّاً عن   دينه

“Sesungguhnya syariat kami  untukmu –wahai Muhammad- pertama-tamanya adalah mengarah  ke Baitul Maqdis, kemudian merubahmu darinya kearah Kabah, untuk menampakkan/memenangkan   keadaan orang yang mengikutimu, mentaatimu, dan berkiblat bersamamu di mana saja kamu  menghadap, terhadap orang-orang yang murtad dari agamanya. (Tafsir Al Quran Al Azhim, 1/457. Dar Lin Nasyr wat Tauzi)

Bersambung …

🍃🌻🌺☘🌷🌸🌾🌴

✏ Farid Nu’man Hasan

Serial Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya

Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya (Bag. 1)

Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya (Bag. 2)

Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya (Bag. 3)

Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya (Bag. 4)

Sejarah dan Keutamaan Al Aqsha Serta Kewajiban Melindunginya (Bag. 5)

Minta Maaf Tapi Tidak Tulus

💥💦💥💦💥💦

📨 PERTANYAAN:

Ustadz, kalo ada orang minta maaf dan dia ngaku salah, tapi dihatinya masih belum ikhlas .. Itu gmn ya?

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Bismillah wal Hamdulillah ..

Wajib bagi seseorang yang bersalah mengakui kesalahannya secara tulus, kepada korbannya dan itu salah satu syarat tobat sebagaimana dikatakan Imam An Nawawi dalam Riyadhush Shalihin. Jadi, bukan maaf untuk penghias mulut atau sandiwara belaka.

Apalagi jika kesalahannya fatal, yaitu melakukan qadzaf (tuduhan), fitnah, dan berkata-kata kasar kepada sesama muslim.

Di sisi lain, Kita berbaik sangka kepada yang sudah minta maaf. Apa yang ada dihatinya, serahkan kepada Allah Ta’ala karena kita tidak dibebani untuk membedah kondisi hati seseorang. Sebagaimana ucapan Imam Asy Syafi’i:

نحكم بالظاهر و الله يتولى بالسرائر

Kita menilai sesuai yang nampaknya saja, dan hanya Allah yang tahu rahasia yang tersembunyi.

Wallahu A’lam

🌴🌸🌷🍃🌱🌵🌾🌹

✍ Farid Nu’man Hasan

Mendulang Faidah Dari Surat Al Fatihah (Bag. 2)

📘 Keutamaan Surat Al Fatihah

1⃣  Salah satu dari  Dua cahaya

Malaikat berkata kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

أَبْشِرْ بِنُورَيْنِ أُوتِيتَهُمَا لَمْ يُؤْتَهُمَا نَبِيٌّ قَبْلَكَ فَاتِحَةُ الْكِتَابِ وَخَوَاتِيمُ سُورَةِ الْبَقَرَةِ لَنْ تَقْرَأَ بِحَرْفٍ مِنْهُمَا إِلَّا أُعْطِيتَهُ

“Berikan kabar gembira dengan adanya dua cahaya yang diberikan kepadamu, dan sebelumnya tidak pernah diturunkan kepada nabi sebelummu, yaitu Fatihatul Kitab dan akhir surat surat Al Baqarah, tidaklah engkau membacanya satu huruf melainkan engkau akan diberikanNya.” 1]

2⃣  Belum ada surat yang semisalnya baik dalam Taurat, Zabur, Injil dan Al Quran

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا أُنْزِلَتْ فِي التَّوْرَاةِ وَلَا فِي الْإِنْجِيلِ وَلَا فِي الزَّبُورِ وَلَا فِي الْفُرْقَانِ مِثْلُهَا وَإِنَّهَا سَبْعٌ مِنْ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُعْطِيتُهُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

“Demi Yang Jiwaku ada ditanganNya, tidaklah diturunkan di dalam Taurat, injil, Zabur, dan Al Furqan yang sepertinya, dia adalah sab’un minal matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang) dan Al Quran Al ‘Azhim yang mana aku telah diberikan.”
Berkata Abu ‘Isa (Imam At Tirmidzi): hadits ini hasan shahih. 2]

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih mereka berdua, juga Al Hakim secara ringkas dari Abu Hurairah dari Ubay, katanya shahih sesuai syarat Imam Muslim. 3]

3⃣ Al Fatihah adalah A’zhamu Surah (surat paling agung), Ummul Kitab, Ummul Quran, Sab’ul Matsani, dan Al Quran Al ‘Azhim

Abu Said Al Mu’alli Al Anshari Radhiallahu ‘Anhu bercerita:

“Saya sedang shalat di masjid, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memanggil saya, namu saya tidak menjawabnya. Maka saya berkata: “Wahai Rasulullah, tadi saya sedang shalat.” Maka Beliau bersabda: “Bukankah Allah Ta’ala telah berfirman: “ penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.” (QS. Al Anfal (8): 24). Lalu, Beliau bersabda kepada saya, “Saya akan memberitahu kamu surat yang paling agung di Al Quran, sebelum kamu keluar dari masjid.” Lalu beliau memegang tangan saya, maka ketika hendak keluar dari masjid saya berkata kepadanya, bukankah baginda berkata, “Saya akan memberitahu kamu surat yang paling agung di Al Quran.” Beliau menjawab: “Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, itulah sab’ul matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang) dan Al Quran yang agung, yang aku telah diberikan olehNya.” 4]

4⃣ Sebaik-baik surat dalam Al Quran

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada Abdullah bin Jabir:

أَلَا أُخْبِرُكَ يَا عَبْدَ اللهِ بْنَ جَابِرٍ بِخَيْرِ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ ؟ ” قُلْتُ: بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ . قَالَ: ” اقْرَأِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ حَتَّى تَخْتِمَهَا

Ketahuilah wahai Abdullah bin Jabir, maukah kamu saya beritahu tentang surat yang terbaik dalam Al Quran? Aku menjawab: “Tentu saja Ya Rasulullah.” Beliau bersabda: “Bacalah Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin sampai akhirnya.” 5]

(Bersambung …)

🍃☘🌷🌻🌾🌴🌸🌺

✏ Farid Nu’man Hasan


🌴🌾🌴🌾🌴🌾

[1] HR. Muslim No. 806, An Nasa’i No. 912, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 2052, Abu Ya’la No. 2488, Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf, 7/423
[2] Lihat Sunan At Tirmidzi  No. 2875
[3] Shahih Targhib wat Tarhib, No. 1453)
[4] HR. Bukhari No. 4204, 4370, 4426, 4720
[5] HR. Ahmad No. 17597, isnad hadits ini hasan. Lihat Musnad Ahmad dengan Tahqiq: Syaikh Syu’aib Al Arnauth, Syaikh Adil Mursyid, dn lainnya. Muasasah Ar Risalah. Imam Ibnu Katsir mengatakan: sanadnya Jayyid. Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 1/105

 

Adab Bergurau / Bercanda Dalam Islam

Islam adalah agama yang sempurna, sesuai dengan fitrah dan hajat hidup manusia. Di antara hajat itu adalah hajat untuk relaksasi dan menenangkan pikiran. Manusia bukanlah robot yang  hanya memiliki fisik dan seperangkat program berpikir, tetapi Allah ﷻ juga menciptakan jiwa dalam dirinya. Sehingga manusia dikatakan utuh jika dia mampu menjalankan fungsi fisik, akal, dan jiwanya. Agama dikatakan sempurna ketika mampu memberikan solusi atas kebutuhan-kebutuhan itu.

Bergurau adalah salah satu kebutuhan jiwa. Dengannya jiwa menjadi segar, hidup, dapat mengobati kesedihan, melupakan kepenatan dan amarah. Sehingga kita dapati dalam sejarah hidup manusia sejak dahulu adanya hal-hal yang unik, lucu, dan menghibur. Semua ini dalam rangka menjaga keseimbangan pada diri manusia. Namun kita juga mendapati dan melihat, adanya gurauan yang menyakitkan, membangkitkan kebencian, dan melecehkan, sehingga lahirlah permusuhan dan pertengkaran di antara manusia. Jauh dari menghibur dan membuat segar jiwa. Ada juga gurauan yang berlebihan sehingga melupakan hal-hal yang lebih utama dan penting, yang justru meruntuhkan wibawa pelakunya.

📌 Nabi Muhammad ﷺ juga Bersenda Gurau

Dahulu Rasulullah ﷺ juga bergurau, tersenyum, tertawa, dan mencandai para sahabatnya, sampai-sampai mereka bertanya:

“Wahai Rasulullah, engkau mencandai kami? Beliau menjawab: “Tidaklah aku berkata kecuali yang benar.” (HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad)

Dalam riwayat lain, “Aku juga bergurau tapi tidaklah aku berkata kecuali benar adanya.” (HR. Alauddin Al Hindi, Kanzul ‘Ummal)

Imam Abu Daud dan Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Nabi ﷺ  pernah adu cepat lari sebanyak dua kali bersama istrinya, ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, yang pertama ‘Aisyah pemenang dan yang kedua ‘Aisyah kalah. “

Imam Ahmad dalam Musnadnya meriwayatkan bahwa Nabi ﷺ  bercanda dengan sahabatnya bernama Zahir, beliau menganggetkannya dengan cara memeluknya dari belakang dan menutup mata Zahir ketika berjualan di pasar, dan seterusnya.
Dari Anas bin Malik, ia berkata,“Sungguh, ada seorang lelaki meminta kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sebuah kendaraan untuk dinaiki. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, ‘Aku akan memberimu kendaraan berupa anak unta.’ Orang itu (heran) lalu berkata, ‘Apa yang bisa saya perbuat dengan anak unta itu?’ Nabi bersabda, ‘Bukankah unta betina itu tidak melahirkan selain unta (juga)?’.”(HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi)

📌 Orang-Orang Shalih Juga Bergurau

Bakr bin Abdullah mengisahkan, “Dahulu para sahabat Nabi ﷺ  (bergurau dengan) saling melempar semangka. Tetapi, ketika mereka dituntut melakukan sesuatu yang sungguh-sungguh, maka mereka adalah para kesatria.” (Lihat Shahih al-Adabul Al Mufrad No. 201)

Pada suatu hari, Imam Asy Sya’bi Rahimahullah bergurau, maka ada orang yang menegurnya dengan mengatakan, “Wahai Abu ‘Amr (Imam Asy Sya’bi, pen), apakah kamu bercanda?” Beliau menjawab, “Seandainya tidak begini kita akan mati karena bersedih.” (Al Adab Asy Syar’iyyah, 2/214)

📚 Adab-Adab Bergurau

Berikut ini adalah adab-adab yang mesti diperhatikan:

1⃣ Hindari berbohong

Tidak sedikit manusia berbohong hanya untuk mencari perhatian dan tawa manusia. Kadang mereka mencampurkan antara yang fakta dan kebohongan atau ada yang bohong sama sekali. Islam mengajar umatnya untuk jujur baik dalam serius maupun candanya.

Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah ﷺ  Bersabda: “Seorang hamba tidak dikatakan beriman dengan sepenuhnya  kecuali jika dia meninggalkan berbohong ketika   bergurau, dan meninggalkan berdebat meski ia benar.” (HR. Ahmad)

Dr. Muhammad Rabi’ Muhammad Jauhari mengatakan: “Beliau (Nabi ﷺ) memberikan arahan kepada para sahabatnya agar memiliki komitmen yang kuat untuk jujur dalam bergurau dan memperingatkan dari dusta saat bergurau. Dari Bahz bin Hakim, katanya: berkata ayahku, dari ayahnya, katanya: bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Celakalah bagi yang bicara lalu dia berdusta hanya untuk membuat orang tertawa, celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu Daud, At Tirmidzi). (Akhlaquna, Hal. 179. Cet. 4, 1999M/1420H. Maktabah Darul Fakhr Al Islamiyah)

2⃣ Hindari kata-kata kotor, kasar, dan keji

Kadang ada orang yang bergurau dengan menggunakan kata-kata kotor dan tidak pantas, baik mengandung porno, mengejek secara kasar, bisa jadi semua  berawal dari sindiran kecil, dan semisalnya. Boleh jadi itu mengundang tawa. Tapi itu adalah gurauan berkualitas rendah yang tidak pantas dilakukan seorang muslim.

Allah ﷻ berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ

Wahai orang-orang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum lainnya .. (QS. Al Hujurat: 11)

Dari Alqamah bin Abdillah, dia berkata: Bersabda Rasulullah ﷺ :

ليس المؤمن بالطعان ولا اللعان ولا الفاحش ولا البذيء

Bukan orang beriman yang suka menyerang, melaknat, berkata keji, dan kotor. (HR. At Tirmidzi No. 1977, katanya: hasan gharib. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)

3⃣ Hindari berlebihan

Aktifitas apa pun jika berlebihan tidak akan baik. Jika hal-hal yang pasti sunahnya saja mesti menghindari sikap berlebihan karena khawatir dianggap wajib, apalagi aktifitas yang boleh-boleh saja seperti  bergurau yang berpotensi melalaikan hati manusia.

Allah ﷻ berfirman:

وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Dan janganlah kalian melampaui batas sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. Al An’am: 141)

Nabi ﷺ bersabda:

لاَ تُكْثِرِ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيْتُ الْقَلْبَ

“Janganlah engkau sering tertawa, karena sering tertawa akan mematikan hati.” (HR.  Ibnu Majah no. 3400)

Syaikh Hasan Al Banna Rahimahullah berkata: “Jangan banyak tertawa, sebab hati yang selalu berkomunikasi dengan Allah (berdzikir) adalah tenang dan tenteram. Jangan suka bergurau, karena umat yang berjihad tidak berbuat kecuali dengan bersungguh- sungguh terus menerus.” (Washaya Al ‘Asyr Lil Imam Hasan Al Banna)

4⃣ Hindari main fisik

Main fisik di sini maksudnya adalah mengejek kondisi fisik seseorang (kurus, gemuk, hitam, pendek, pincang, pesek, dan lainnya) untuk mengundang tawa, atau memang menyakiti fisiknya dengan tangan kita. Ini terlarang dalam agama.

Rasulullah ﷺ bersabda:

قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الإِسْلاَمِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ، وَيَدِهِ

Mereka bertanya: Wahai Rasulullah, Islam apakah yang paling utama? Beliau bersabda: “Yaitu orang yang muslim lainnya aman dari lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari No. 11, Muslim No. 42, dari Abu Musa Al Asy’ari)

5⃣ Hindari bergurau dengan ayat-ayat Allah ﷻ

Ini termasuk memperolok-olok agama yang sangat diharamkan dalam Islam. Menjadikan ayat-ayat atau sunah Nabi ﷺ sebagai bahan ejekan adalah tindakan yang bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam.

Firman Allah ﷻ:

وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman… (QS. At Taubah : 65-66).

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Abu Hatim Radhiallahu ‘Anhu berkata:

الواجب على العاقل أن يستميل قلوب الناس إليه بالمزاح وترك التعبس
والمزاح على ضربين فمزاح محمود ومزاح مذموم فأما المزاح المحمود فهو الذي لا يشوبه مَا كره اللَّه عز وجل ولا يكون بإثم ولا قطيعة رحم
وأما المزاح المذموم فالذي يثير العداوة ويذهب البهاء ويقطع الصداقه ويجريء الدنيء عليه ويحقد الشريف به

Kewajiban bagi orang berakal adalah menjadikan hati manusia cenderung padanya dengan bergurau dan tidak cemberut.
Bergurau itu ada dua macam; yang terpuji dan tercela.

📌 Bergurau yang terpuji adalah yang tidak dinodai hal-hal yang dibenci Allah ‘Azza wa Jalla, tidak menimbulkan dosa, dan tidak sampai memutuskan silaturrahim

📌 Bergurau yang tercela adalah yang menimbulkan permusuhan, menghilangkan kewibawaan, memutuskan perkawanan, dengan cara kotor, dan melahirkan kedengkian terhadap orang mulia

📚 Imam Abu Hatim bin Hibban At Tamimi Ad Darimi Al Busti, Raudhatul ‘Uqala wa Nuzhatul Fudhala, Hal. 77. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah

Wallahu A’lam

🌿🍀🍃🌹🌾🌴🌻🌷🌺

🍃🌺 Kita Umat Yang Penuh Kesungguhan🌺🍃

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

✅ Syaikh Hasan Al Banna Rahimahullah berkata:

لا تمزح فان الامة المجاهدة لا تعرف الا الجد

Jangan bergurau, sesungguhnya umat yang mujahid tidaklah mengenal kecuali kesungguhan. (Washaya Al ‘Asyr No. 6)

✅ Syaikh Raghib As Sirjaaniy Hafizhahullah:

نحن أمة جادة فيها شئ من اللهو ، وليس أمة لاهية فيها القليل من الجد – راغب السرجاني

Kita adalah umat yang penuh kesungguhan walau di dalamnya ada sedikit senda gurau, dan kita bukan umat yang suka senda gurau yang hanya sedikit kesungguhannya. (Tathbiiq Aqwaal Ad Du’aat Al Mu’aashiriin)

🌾🌿🌷🌻🌸🍃☘🌳

✏ Farid Nu’man Hasan

scroll to top