Syarah Hadits Arbain Nawawiyah (Bag. 14)

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

SYARAH HADITS KETIGA, lanjutan

4⃣ Dua Kalimat Syahadat Merupakan Pondasi Bagi Perubahan

Tentu kita pernah melihat gedung yang tinggi, kokoh, dan kuat. Apa gerangan yang menopangnya? Ya, itu adalah pondasinya yang menghujam. Dia tidak terlihat, tetapi sangat besar perannya bagi kekuatan bangunan. Semakin tingga dan besar bangunan, maka semakin dalam pula pondasi yang dibuat. Begitu pula dalam merancang peradaban Islam, menciptakan pribadi muslim, dan membentuk masyarakat muslim. Maka, kekuatan terhadap pemahaman dan keyakinan dua kalimat syahadat ini adalah hal yang paling utama dan penting. Dua kaimat inilah yang hendaknya pertama kali disampaikan, diajarkan, dan difahamkan kepada umat Islam oleh para da’i dan ulama. Agar tercipta peradaban berbasiskan tauhid, bukan materialisme dan derivasinya.

Masyarakat dan pribadi bertauhid. Inilah yang kita inginkan. Di tangan merekalah dahulu umat ini pernah jaya, dan di tangan merekalah musuh-musuh Islam terkapar tak berdaya. Namun, di manakah mereka gerangan hari ini? .. hari ini kalimat tauhid hanya diperlakukan sebagai dzikir kosong oleh umumnya umat Islam. Mereka melakukan tahlil sampai ratusan kali, tanpa mengerti apa yang mereka ucapkan itu. Tanpa mau tahu, konsekuensi yang harus mereka kerjakan dari dua kalimat syahadat.

Dalam tataran individu, kalimat ini mampu menjinakkan hati Umar bin Al Khathab Al Faruq, hingga umat Islam saat itu begitu berbahagia dengan keislamannya. Bahkan dia menjadi orang yang memiliki banyak keutamaan, paling keras dalam memegang agama, yang paling tahu pembeda antara haq dan batil, bahkan nabi memujinya sebagai manusia di umat ini yang mendapatkan ilham.

Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

قَدْ كَانَ يَكُونُ فِي الْأُمَمِ قَبْلَكُمْ مُحَدَّثُونَ فَإِنْ يَكُنْ فِي أُمَّتِي مِنْهُمْ أَحَدٌ فَإِنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ مِنْهُمْ

“Dahulu pada umat-umat sebelum kamu ada manusia yang menjadi muhaddatsun, jika ada satu di antara umatku yang seperti itu, maka Umarlah di antara mereka.” (HR. Muslim No. 2398)

Berkata Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu:

ما زلنا أعزة منذ أسلم عمر

“Kami senantiasa memiliki ‘izzah semenjak keislaman Umar.” (HR. Bukhari No. 3481)

Dua kalimat syahadat ini bisa merubah seorang budak Bilal bin Rabbah, menjadi mulia bahkan dialah yang akhirnya berhasil membunuh Umayah bin Khalaf bekas majikannya yang kejam. Bahkan terompahnya mendahului dirinya di dalam surga, dan ini masyhur.

Dalam tataran masyarakat, kalimat ini mampu merubah jazirah Arab dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam, hanya butuh waktu 23 tahun kurang. Berbeda dengan bangunan peradaban lainnya yang membuktuhkan waktu berabad lamanya. Maka tepat dikatakan bahwa dua kalimat syahadat merupakan Asas Al Inqilab (dasar bagi perubahan).

5⃣ Dua kalimat syahadat memiliki Keutamaan yang agung

Dua kalimat syahadat merupakan kalimat pembeda antara muslim dan kafir, inilah keutamaan yang paling besar di dunia. Ini sudah disinggung pada urgensi pertama. Dan dua kalimat syahadat memiliki keutamaan-keutamaan agung lainnya bagi para pengucapnya.

📌 Jaminan Surga Bagi Pengucapnya

Telah kita ketahui, bahwa ketika manusia mengucapkan dua kakimat syhadat dengan benar, tidak terpaksa dan dipaksa, maka dia sudah muslim dan memilih jalan yang benar. Tentunya tak ada balasan baginya kecuali surga. Sedangkan yang tidak bersyahadat (baca: kafir) maka mereka telah memilih jalan yang sesat dan menjadi orang yang merugi.

Allah Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran (3): 85)

Imam Al Qurthubi mengatakan, bahwa Mujahid dan As Sudi menyebutkan, ayat ini turun berkenaan tentang Al Harits bin Suwaid, saudara Al Halas bin Suwaid, dia seorang dari kalangan Anshar dan dia

murtad bersama dua belas orang lainnya dan menuju Mekkah dalam keadaan kafir. Lalu turunlah ayat ini, maka saudaranya menyampaikan ayat ini dan memintanya untuk bertaubat. Ibnu Abbas dan lainnya meriwayatkan bahwa setelah turun ayat ini dia masuk Islam lagi. (Jami’ Li Ahkamil Quran, 4/128. Dar ‘Alim Al kutub, Riyadh)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di mengatakan, barangsiapa yang tidak beragama dengan agama yang diridhai Allah untuk hambaNya, maka amal perbuatannya tertolak dan tidak diterima. Karena agama Islam mengandung makna penyerahan diri kepada Allah secara murni dan mengikuti RasulNya, barang siapa seorang hamba yang datang kepadaNya tidak beragama Islam, maka dia tidak memiliki alasan untuk selamat dari azab Allah, dan setiap agama selain Islam adalah batil. (Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, Taisir Al Karim Ar Rahman fi Tafsir Kalam Al Manan, 1/137. Muasasah Ar Risalah)

Allah Ta’ala berfirman:

وَلا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ

“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil ..” (QS. Al Baqarah (2): 42)

Berkata Qatadah:

ولا تلبسوا اليهودية والنصرانية بالإسلام؛ إن دين الله الإسلام، واليهودية والنصرانية بدعة ليست من الله

“Janganlah kalian mencampurkan Yahudi dan Nasrani dengan Islam, sebab agama di sisi Allah hanya Islam. Sedangkan Yahudi dan nasrani adalah bid’ah, bukan dari Allah.” (Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 1/245. Dar An Nasyr wat tauzi’)

Diriwayatkan dari Hasan Al Bashri, bahwa beliau juga mengatakan demikian. (Ibid)

Ayat lainnya:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الأِسْلامُ

“Sesungguhnya agama yang diridhai Allah adalah Islam.” (QS. Ali Imran (3): 19)

Ketika membahas ayat ini, Imam Al Qurthubi membawakan sebuah hadits, dari Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu:

يجاء بصاحبها يوم القيامة فيقول الله تعالى عبدي عهد إلي وأنا أحق من وفى أدخلوا عبدي الجنة

“Didatangkan kepada para pembaca syahadat pada hari kiamat, maka Allah Ta’ala berfirman: HambaKu telah berjanji setia kepadaKu dan Aku lebih berhak untuk memenuhi janji, maka masukkanlah hambaKu ke surga.” (Ibid, 4/41)

Ini menjadi keyakinan Ahlus Sunnah wal Jamaah, bahwa jika seorang sudah bersyahadat dengan ikhlas, sadar, dan penuh keyakinan, dan dia setelah itu tidak melakukan kesyirikan, maka baginya surga, walau pun dia juga melakukan dosa-dosa selain syirik. Dengan dosanya itu, orang tersebut tahta masyi’atillah (di bawah kehendak) Allah ‘Azza wa Jalla, apakah dia akan disiksa dahulu sesuai kadar dosanya lalu setelah itu dimasukkan ke dalam surga, ataukah dosanya itu akan diampunkan langsung oleh Allah ‘Azza wa Jalla sesuai rahmat dan kasih sayangNya. Ketetapan ini berdasarkan pada ayat berikut:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisa’ (4): 116)

Dan hadits, dari Abu Dzar Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

أنه من مات من أمتي لا يشرك بالله شيئا دخل الجنة . قلت: وإن زنى وإن سرق؟ قال: وإن زنى وإن سرق

“Barangsiapa di antara umatku yang wafat, dia tidak menyekutukan Allah Ta’ala dengan sesuatu apapun, maka dia akan masuk surga.” Aku (Abu Dzar) bertanya: “Walau dia berzina dan mencuri?” Rasulullah bersabda: “Walau dia berzina dan mencuri.” (HR. Bukhari No. 1180, 5489, 7049)

Makna ‘Umatku’ di sini adalah umat Rasulullah, yakni orang yang sudah menyatakan keislamannya (bersyahadat).

Demikianlah syarah (penjelasan) anjang tentang Syahadah Laa Ilaha Illallah wa Anna Muhammadar rasulullah.

Bersambung … (masih hadits 3)

🍃🌺🌾🌷☘🌴🌻🌸

✏ Farid Nu’man Hasan

Makan Daging Panggang (Ayam Bakar, Sate) Membatalkan Wudhu?

PERTANYAAN:

Pertanyaan:

Assalamu’alaykum ust… Maaf di weekend mau nanya…

Maksud hadits bagaimana penerapannya?

HADITS HARI INI
04 November 2017

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ اللَّيْثِ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي حَدَّثَنِي عُقَيْلُ بْنُ خَالِدٍ قَالَ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ أَخْبَرَنِي عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ هِشَامٍ أَنَّ خَارِجَةَ بْنَ زَيْدٍ الْأَنْصَارِيَّ أَخْبَرَهُ أَنَّ أَبَاهُ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الْوُضُوءُ مِمَّا مَسَّتْ النَّارُ

Dan telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin Syu’aib bin al-Laits dia berkata, telah menceritakan kepada kami bapakku dari kakekku telah menceritakan kepada kami Uqail bin Khalid dia berkata, telah berkata Ibnu Syihab telah mengabarkan kepadaku Abdul Malik bin Abi Bakar bin Abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam bahwa Kharijah bin Zaid al-Anshari telah mengabarkan kepadanya bahwa bapaknya, Zaid bin Tsabit dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Wudhu (diwajibkan) karena (memakan daging) yang dibakar api.

HR Muslim No. 528.

قَالَ ابْنُ شِهَابٍ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ خَالِدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عُثْمَانَ وَأَنَا أُحَدِّثُهُ هَذَا الْحَدِيثَ أَنَّهُ سَأَلَ عُرْوَةَ بْنَ الزُّبَيْرِ عَنْ الْوُضُوءِ مِمَّا مَسَّتْ النَّارُ فَقَالَ عُرْوَةُ سَمِعْتُ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّئُوا مِمَّا مَسَّتْ النَّارُ

(Masih dari jalur periwayatan yang sama dengan hadits sebelumnya) Ibnu Syihab berkata, telah mengabarkan kepadaku Sa’id bin Khalid bin Amru bin Utsman, dan saya menceritakan kepadanya hadits ini bahwa dia berkata kepada Urwah bin Az Zubair tentang wudhu dikarenakan (memakan daging) yang dibakar, maka Urwah berkata, Aku mendengar Aisyah, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Berwudhulah kalian, disebabkan makan (daging) yang dibakar.

HR Muslim No. 530.

وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

#Semoga Bermanfaat.

(08138636xxxx)

JAWABAN

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh …

Dulu .., sebagian tabi’in sampai ada yang mengatakan: hadits itu berbahaya kecuali bagi ulama.

Maksudnya, membaca hadits, lalu langsung dibuat kesimpulan tanpa melihat hadits lain, sebagaimana kebiasaan orang awam, dan tanpa merujuk kepada penjelasan ulama.

Termasuk BC di atas .., berwudhu setelah makan daging yang dibakar atau panggang bukanlah KEWAJIBAN sebagaimana ditulis dalam judulnya, tapi SUNNAH. Hadits di atas telah MANSUKH (dihapus hukumnya) oleh hadits lainnya. Bahkan Ijma’ mengatakan tidak wajib.

Syaikh Abdullah Al Faqih Hafizhahullah mengatakan:

ان هذا الحديث ليس عليه العمل عند العلماء اما لكونه ممسوخا ….

Hadits ini tidaklah diamalkan oleh para ulama karena posisinya yang sudah mansukh …

(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 55377)

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz Rahimahullah juga berkata:

كان النبي – صلى الله عليه وسلم – أمر بالوضوء مما مست النار ثم ترك ذلك، وقال جمهور أهل العلم إنه منسوخ

Dahulu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan wudhu karena daging yang dibakar, kemudian hal itu sudah ditinggalkan, mayoritas ulama mengatakan itu sudah mansukh (dihapus). (selesai)

Hadits inilah sebagai nasikh – penghapusnya, yaitu:

Dari ‘Amru bin Umayyah Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata:

يَحْتَزُّ مِنْ كَتِفِ شَاةٍ فَدُعِيَ إِلَى الصَّلَاةِ فَأَلْقَى السِّكِّينَ فَصَلَّى وَلَمْ يَتَوَضَّأْ

Nabi memotong daging paha kambing (yang sudah dipanggang), saat panggilan shalat tiba, beliau langsung meletakkan pisaunya dan shalat tanpa berwudlu lagi. (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Oleh karena itu, Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah mengatakan:

والأمر بالوضوء محمول على الندب

Perintah berwudhu pada hadits ini bermakna anjuran (mandub) saja.

(Fiqhus Sunnah, 1/5)

Dulu, pada masa awal Islam memang terjadi perbedaan pendapat apakah WAJIB wudhu lagi setelah makan daging bakar/panggang, tapi kemudian hal itu berubah bahwa IJMA’ memakan daging bakar TIDAK MEMBUAT WAJIBNYA WUDHU.

Imam An Nawawi Rahimahullah:

ثم إن هذا الخلاف الذي حكيناه كان في الصدر الأول، ثم أجمع العلماء بعد ذلك على أنه لا يجب الوضوء بأكل ما مسته النار

Kemudian, sesungguhnya perbedaan pendapat yang telah kami ceritakan ini memang pernah terjadi di masa awal-awal, kemudian para ulama telah IJMA’ bahwa tidak wajib berwudhu disebabkan makan daging yang dibakar.

(Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 4/44)

BC-BC seperti di atas, mengingatkan saya kepada seruan sebagian orang “Kembali ke Al Qur’an dan As Sunnah”. Ini seruan bagus dan harus didukung, tapi bukan berarti terjun bebas dalam memahaminya. Itu nekad namanya.

Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

اذا اسند الأمر إلى غير أهله فانتظر الساعة

Jika urusan diberikan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya. (HR. Bukhari)

Para ulama mengatakan:

إجماع المحققين على منع العوام من تقليد أعيان الصحابة بل من بعدهم

Telah sepakat para imam peneliti, bahwa terlarangnya bagi orang awam mengikuti secara langsung pendapat person-person sahabat nabi bahkan yang setelah mereka.

Kemudian …

بل عليهم أن يتبعوا مذاهب الأئمة )الذين سبروا ووضعوا ودنوا( لأنهم أوضحوا طرق النظر وهذبوا المسائل وبينها و جمعها بخلاف مجتهدى الصحابة فانهم لم يعتنوا بتهذيب المسائل الاجتهاد (و على هذا ) اى على أن عليهم أن يقلدوا الأئمة المذكورين لهذا الوجه

Bahkan hendaknya mereka mengikuti madzhab para imam (yaitu orang-orang yang telah melakukan penelitian, membuat tema, membukukan), karena mereka telah menjelaskan beragam metode teori, mengklasifikasi beragam masalah, menjelaskannya dan mengumpulkannya. Berbeda dengan Mujtahid zaman sahabat nabi yang tidak memperhatikan segala macam klasifikasi dan permasalahan ijtihad.

(At Taqrir wat Tahbir di Syarhit Tahrir, 3/354)

Demikian. Wallahu a’lam

✍ Farid Nu’man Hasan

Cara Mengusap Kepala Saat Wudhu

AGAR ALLAH ﷻ MENCINTAI KITA

📌📌📌📌📌

Jika kita ditanya, “Apakah Anda mencintai Allah?” Jawaban kita adalah: “Tentu, saya mencintai Allah.” Tapi, jika pertanyaannya dibalik, “Apakah Allah mencintai Anda?” maka apa jawaban kita? Tentu tidak mudah; bagaimana kita bisa tahu Allah ﷻ mencintai seorang hamba atau tidak. Apa indikasinya? Apa tandanya? Bagaimana cinta Allah ﷻ kepada hamba itu bisa ada?

Kita lihat bagaimana Al Quran dan As Sunnah memaparkan siapa-siapa saja yang Allah ﷻ cintai dan bagaimana dara meraihnya.

1⃣ Orang Yang Sabar

Allah ﷻ berfirman:

وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar. (QS. Ali Imran: 146)

Orang sabar mendapatkan cintanya Allah ﷻ, baik sabar dalam musibah dan susah, sabar saat ibadah, menuntut ilmu, dan sebagainya. Ini sangat logis sebab orang sabar tidak mendahulukan hawa nafsunya tapi lebih mengedepankan akal sehatnya, dan kepekaan imannya.

2⃣ Orang Yang Berbuat Baik

Allah ﷻ berfirman:

وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Dan berbuat baiklah sesungguhnya Allah mencintai orang-orang berbuat baik. (QS. Al Baqarah: 195)

Syaikh Muhammad Rasyid Ridha menjelaskan:

“Ayat ini merupakan perintah untuk berbuat baik secara umum, yaitu: berbuat baiklah kalian pada setiap perbuatan kalian, dan berinfaq termasuk di dalamnya.” (Al Manar, 2/172)

Bukan hanya cintanya Allah ﷻ yang didapatkan untuk orang berbuat baik, tapi Allah ﷻ juga bersama orang-orang yang berbuat baik (ma’iyyatullah khaashah). Sebagaimana firmanNya:

وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Sesungguhnya Allah bersama orang-orang berbuat baik. (QS. Al Ankabut: 69)

3⃣ Orang yang mensucikan diri

Orang yang mensucikan dirinya, baik suci inderawi atau suci secara ruhani, termasuk deretan manusia yang mendapatkan cintanya Allah ﷻ.

Allah ﷻ berfirman:

وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ

Dan Allah mencintai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. At Taubah: 109)

Bahkan Nabi ﷺ juga memuji orang yang bersuci dengan mengatakan:

الطهور شطر الإيمان

Bersuci sebagian dari iman. (HR. Muslim No. 223)

4⃣ Orang Yang Bertaubat

Allah ﷻ juga mencintai orang-orang yang bertaubat, orang yang kembali kepada Allah, kembali taat dan tunduk, setelah mereka melakukan kesalahan dan kemaksiatan. Hal ini ditegaskan dibanyak dalil, di antaranya:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al Baqarah: 222)

Bahkan Allah ﷻ sangat bahagia jika ada orang bermaksiat lalu dia bertaubat, melebihi bahagianya seseorang yang kembali mendapatkan untanya yang hilang di tanah yang lapang. Tentu kita tahu betapa bahagianya seseorang yang harta kesayangannya kembali ditemukan, dan Allah ﷻ lebih besar kebahagiaannya dibanding itu atas taubatnya hamba yang bermaksiat.

Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ betsabda:

اللهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ وَقَدْ أَضَلَّهُ فِي أَرْضِ فَلَاةٍ

“Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya melebihi salah seorang dari kalian yang mendapatkan hewan tunggangannya yang telah hilang di padang yang luas.” (HR.Al Bukhari No. 6309)

5⃣ Mujahidin Yang Bersatu Padu

Allah ﷻ mencintai orang-orang yang berperang dijalanNya secara bersatupadu, bagaikan bangunan yang kokoh.

Allah ﷻ berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ

Sesungguhnya Allah mencintai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (QS. Ash Shaf: 4)

Berjihad secara berkelompok-kelompok juga bukan kesalahan, selama masih bisa saling koordinasi dengan yang lainnya.

Allah ﷻ berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا خُذُوا حِذْرَكُمْ فَانْفِرُوا ثُبَاتٍ أَوِ انْفِرُوا جَمِيعًا

Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama! (QS. An Nisa: 71)

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Allah Ta’ala berfirman:

وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

.. dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik. (Qs. Al Baqarah: 195)

✅ Berbuat baiklah sebanyak-banyaknya, baik kepada Allah, kepada manusia, dan alam, sebab kita tidak tahu pada kebaikan kita yang mana Allah Ta’ala menurunkan balasanNya untuk kita, baik berupa rahmat, kemudahan, keberkahan, terlebih lagi cintaNya.

✅ Berbuat baiklah karena itu dapat menghapuskan kesalahan kita …

إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ

Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (Qs. Huud: 114)

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

و اتبع السيئة الحسنة تمحوها …

Ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya akan menghapuskannya. (Hr. At Tirmidzi, hasan shahih)

✅ Berbuat baiklah karena itu membuat kita selalu bersamaNya…

وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Qs. Al Ankabut: 69)

Allah Ta’ala berfirman dalam hadits Qudsi:

َمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي

Senantiasa hambaKu menjalankan ibadah sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya saat dia mendengar, Aku menjadi penglihatannya saat dia melihat, Aku menjadi gangannya saat dia menyergap, Aku menjadi kakinya saat dia melangkah, dan jika dia minta perlindungan maka Aku akan melindunginya. (HR. Al Bukhari)

Semoga Allah Ta’ala membimbing kita untuk istiqamah dalam kebaikan dan bersama orang-orang baik. Amiin

🍃☘🌺🌷🌴🍀🌾🌻

✏ Farid Nu’man Hasan

Kenajisan Babi Selain Dagingnya

💦💥💦💥💦💥

Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ لا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلا عَادٍ فَإِنَّ رَبَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi – karena Sesungguhnya semua itu kotor – atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al An’am (6): 145)

Ayat ini tegas menyebut “daging babi” maka tidak ada perselisihan tentang kenajisan daging babi. Namun para ulama berbeda pendapat tentang selain daging bagi,  seperti; bulu, kulit, kuku, gigi, dan tulangnya.

📌 Kelompok pertama, mereka mengatakan suci dan bukan najis. Alasannya karena nash hanya menyebutkan “daging babi” bukan selainnya, sedangkan dalam masalah seperti ini mesti membutuhkan dalil yang shahih dan sharih (tegas lagi jelas). Jika tidak ada, maka bara’atul ashliyah (kembali kepada hukum asal) yaitu sucinya semua yang ada di muka bumi ini baik hewan, tumbuhan, dan lainnya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengatakan:

وَالْقَوْلُ الرَّاجِحُ هُوَ طَهَارَةُ الشُّعُورِ كُلِّهَا : شَعْرُ الْكَلْبِ وَالْخِنْزِيرِ وَغَيْرُهُمَابِخِلَافِ الرِّيقِ

“Dan pendapat yang kuat adalah sucinya bulu seluruh hewan: bulu anjing, babi, dan selain keduanya. Sedangkan liur terjadi perbedaan pendapat.”

📖 Apa alasan Beliau?

وَذَلِكَ لِأَنَّ الْأَصْلَ فِي الْأَعْيَانِ الطَّهَارَةُ فَلَا يَجُوزُ تَنْجِيسُ شَيْءٍ وَلَا تَحْرِيمُهُ إلَّابِدَلِيلِ

“Hal itu karena asal dari berbagai benda adalah suci, maka tidak boleh menajiskan sesuatu dan mengharamkannya kecuali dengan dalil.” (Majmu’ Al Fatawa, 21/617)

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah mengatakan:

ويجوز الحرز بشعر الخنزير في أظهر قولي العلماء

Dibolehkan membuat benang dari bulu Babi menurut pendapat yang benar di antara dua pendapat ulama. (Fiqhus Sunnah, 1/25)

Dalam Syarhush Shaghir:

وَذَهَبَ الْمَالِكِيَّةُ إِلَى طَهَارَةِ عَيْنِ الْخِنْزِيرِ حَال الْحَيَاةِ ، وَذَلِكَ لأِ نَّ الأْ صْل فِي كُل حَيٍّ الطَّهَارَةُ

Kalangan Malikiyah berpendapat sucinya Babi secara zat dalam keadaan hidup, hal itu karena hukum asal segala hal yang hidup adalah suci. (Syarhus Shaghir, 1/43)

Lalu disebutkan:

فَطَهَارَةُ عَيْنِهِ بِسَبَبِ الْحَيَاةِ ، وَكَذَلِكَ طَهَارَةُ عَرَقِهِ وَلُعَابِهِ وَدَمْعِهِ وَمُخَاطِهِ

Maka, sucinya zat Babi karena sebab kehidupannya, demikian juga sucinya keringat, air liur, dan ingusnya.(Ibid)

📌 Kelompok Kedua, pihak yang mengatakan najisnya daging Babi dan semua bagian tubuhnya.

Tertulis dalam Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah:

فَقَدِ اتَّفَقَ الْحَنَفِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ عَلَى نَجَاسَةِ عَيْنِ الْخِنْزِيرِ ، وَكَذَلِكَ نَجَاسَةُ جَمِيعِ أَجْزَائِهِ وَمَا يَنْفَصِل عَنْهُ كَعَرَقِهِ وَلُعَابِهِ وَمَنِيِّهِ

Telah sepakat kalangan Hanafiyah, Syafi’iyah, Hanabilah tentang najis ‘aini-nya Babi, demikian pula kenajisan semua bagian tubuhnya dan apa yang menjadi bagiannya, seperti keringat, liur, dan maninya. (Al Mausu’ah, 20/33)

Alasannya adalah surat Al An’am ayat 145 di atas:

وَالضَّمِيرُ فِي قَوْله تَعَالَى : { أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ } رَاجِعٌ إِلَى الْخِنْزِيرِ فَيَدُل عَلَى تَحْرِيمِ عَيْنِ الْخِنْزِيرِ وَجَمِيعِ أَجْزَائِهِ

Dhamir (kata ganti) pada firman Allah Ta’ala: (atau daging Babi maka itu adalah rijs (najis/kotor) ) kata ganti “itu” kembali kepada Babi, maka ini menunjukkan keharaman secara zat Babi dan semua bagian tubuhnya.(Ibid)

Demkian perbedaan pendapat ini, namun dari kedua pendapat

ini, bersikap hati-hati adalah lebih baik dan utama, bahwa seluruhnya adalah najis.

Wallahu A’lam

☘🌺🌻🌴🍃🌷🌾🌸

✏ Farid Nu’man Hasan

scroll to top