Larangan Memotong Bulu dan Kuku Adalah Untuk Bulu dan Kuku Shahibul Quran

💢💢💢💢💢💢

Ada pemahaman gharib (aneh, asing), bahwa larangan memotong kuku dan rambut pada 10 hari Zulhijjah bagi yang hendak berqurban adalah berlaku pada BULU dan KUKU hewannya, bukan larangan pada si mudhahhiy (pemilik qurbannya).

Dengan alasan dalam Sunan Abi Daud ada bab berjudul; “Orang yang mengambil bulu hewan yang akan disembelih pada hari sepuluh (Zulhijah).”

Benarkah alasan ini?

Ketika kami cek dalam kitab Sunan Abi Daud, Bab tersebut berbunyi:

باب الرجل يأخذ من شعره في العشر وهو يريد أن يضحي

Bab: Seseorang yang mengambil rambutnya di 10 (hari Zulhijah) dan dia berkehendak berqurban.

Kata Ya’khudzu min sya’rihi diartikan “mengambil bulu hewan qurban” .. , kata ganti (pronomina) HI pada kata sya’rihi diartikan bulu hewan, padahal para ulama mengartikan rambut si mudhahhiy.

Istilah BULU jg keliru, istilah bulu lebih tepat pada “rambut” yg tumbuh pada hewan unggas, seperti burung dan ayam. Sedangkan pada manusia, kambing, unta, sapi, lebih tepat rambut, walau sudah terlanjur masyarakat awam juga menyebutnya bulu.

Imam besar madzhab Syafi’i, Al Imam An Nawawi Rahimahullah, seorang ulama yang sangat otoritatif menjelaskan hadits-hadits Shahih Muslim, dia berkata dalam kitab Al Minhaj:

قال أصحابنا والمراد بالنهي عن أخذ الظفر والشعر النهى عن إزالة الظفر بقلم أوكسر أو غيره والمنع مِنْ إِزَالَةِ الشَّعْرِ بِحَلْقٍ أَوْ تَقْصِيرٍ أَوْ نَتْفٍ أَوْ إِحْرَاقٍ أَوْ أَخْذِهِ بِنَوْرَةٍ أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ وَسَوَاءُ شَعْرُ الْإِبْطِ وَالشَّارِبِ وَالْعَانَةِ وَالرَّأْسِ وَغَيْرُ ذَلِكَ مِنْ شُعُورُ بَدَنِهِ

Sahabat-sahabat kami (Syafi’iyyah) berkata bahwa yang dimaksud dengan larangan mengambil kuku dan rambut adalah larangan menghilangkan kuku baik dengan menggunting, mematahkan, atau lainnya. Sedangkan larangan menghilangkan rambut adalah dengan mencukur, memendekkan, mencabut, membakar, kerok, atau lainnya. Sama saja apakah rambut di ketiak, kumis, kemaluan, kepala, dan rambut-rambut lainnya di tubuh.
(Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 13/138)

Kalimat terakhir yang kami kutip, bahwa rambut yang dimaksud adalah yang tumbuh di ketiak, kumis, kemaluan, kepala, …, itu menunjukkan rambut manusianya, si shahibul qurban, bukan qurbannya.

Apakah ada manusia yang kepikiran mau mencukur bulu kumis kambing sebelum hari H? Atau Bulu ketiak dan bulu kemaluan kambing? Apa perlunya, apa gunanya, dan buat apa?

Para ulama di Al Lajnah Ad Daimah, juga menjelaskan:

أن هذا الحديث خاص بمن أراد أن يضحي فقط، أما المضحى عنه فسواء كان كبيرًا أو صغيرًا فلا مانع من أن يأخذ من شعره أو بشرته أو أظفاره بناء على الأصل وهو الجواز، ولا نعلم دليلاً يدل على خلاف الأصل

Hadits ini berlaku khusus bagi yang hendak berqurban saja, ada pun bagi orang yang diatasnamakan baik dewasa atau anak-anak tidaklah ada larangan baik memotong rambut, kukunya, sebab hukum dasarnya memang boleh. Dan kami tidak ketahui dalil yang menunjukkan perselisihan hukum dasar ini. (Fatawa Al Lajnah Ad Daimah)

Jadi, para ulama mengatakan larangan tersebut untuk yang berkehendak qurban, bukan untuk keluarganya baik dewasa dan anak-anak. Ini juga dikatakan Syaikh Utsaimin, Syaikh Abdullah Al Jibrin, dan lainnya.

Ini menunjukkan kelirunya yang mengatakan larangan tersebut adalah untuk bulu dan kuku hewan qurbannya. Ini mengada-ngada, dan menabrak mainstream para ulama Islam dari zaman ke zaman.

Demikian. Wallahu A’lam

🍃🌷🌻🌳🌾🌿☘🌸

✍ Farid Nu’man Hasan

Shalat Jumat Saat Hari Raya, Ada atau Tiada?

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum Ustadz..bertanya prihal pelaksanaan sholat idul adha yg bersamaan dengan sholat jum’at… ?

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh ..

Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa ba’d:

Banyak yang bertanya tentang ini, sudah sejak bertahun-tahun yang lalu. Jika hari raya (Adha dan Fithri) jatuh di hari Jumat. Apakah shalat Jumat gugur bagi orang yang sudah shalat Id?

Berikut ini hadits-haditsnya:

1. Dari Zaid bin Arqam Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu ‘Anhuma bertanya kepadanya:

هل شهدت مع رسول الله عيدين اجتمعا في يوم واحد؟ قال: نعم، قال: كيف صنع؟ قال: صلى العيد ثم رخص في الجمعة، فقال: (من شاء أن يصلي فليصل)

Apakah kamu pernah mengalami dua hari raya di hari Jumat bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?

Zaid menjawab: “Ya.”

Muawiyah bertanya lagi: “Apa yang dilakukannya?” Zaid menjawab: “Beliau shalat ‘Id, dan memberikan keringanan atas shalat Jumat. Siapa yang mau melakukannya, silahkan dia shalat.”

(HR. Ahmad, Abu Daud, An Nasa’i, Ibnu Majah, Ad Darimi. Al Hakim berkata dalam Al Mustadrak: “Shahih sanadnya tapi tidak diriwayatkan oleh Bukhari – Muslim, hadits ini memiliki penguat yang sesuai standar Imam Muslim.” Disepakati Imam Adz Dzahabi. Imam An Nawawi berkata dalam Al Majmu’: isnadnya jayyid.)

2. Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

قد اجتمع في يومكم هذا عيدان، فمن شاء أجزأه من الجمعة، وإنا مجمعون

Telah berkumpul pada hari ini dua hari raya kalian, maka barang siapa yang mau maka shalat ‘Idnya itu sudah cukup, dan kami akan melakukan shalat Jumat juga.” (HR. Al Hakim, Abu Daus, Ibnu Majah, Al Baihaqi, dll)

3. Dari Abdullah bin Umar Radhiallahu ‘Anhuma, dia berkata:

اجتمع عيدان على عهد رسول الله فصلى بالناس ثم قال: (من شاء أن يأتي الجمعة فليأتها ، ومن شاء أن يتخلف فليتخلف)

Pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkumpul dua hari raya, lalu Beliau shalat ‘Id bersama manusia. Kemudian bersabda: “Barang siapa yang mau shalat Jumat silahkan dia shalat Jumat, barangsiapa yang tidak mau mengerjakannya silahkan dia tinggalkan.” (HR. Ibnu Majah)

4. Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

اجتمع عيدان في يومكم هذا فمن شاء أجزأه من الجمعة ، وإنا مجمعون إن شاء الله

Telah berkumpul dua hari raya pada hari ini, maka siapa yang shalat ‘Id maka itu sudah cukup baginya untuk tidak shalat Jumat, sedangkan kami akan shalat Jumat. (HR. Ibnu Majah, Al Bushiri berkata: isnadnya shahih, para perawinya terpercaya)

5. Hadits mursal, dari Dzakwan bin Shalih, dia berkata:

اجتمع عيدان على عهد رسول الله يوم جمعة ويوم عيد فصلى ثم قام، فخطب الناس، فقال: (قد أصبتم ذكراً وخيراً وإنا مجمعون، فمن أحب أن يجلس فليجلس -أي في بيته- ومن أحب أن يجمع فليجمع)

Telah berkumpul pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam antara hari Junat dan hari raya, Beliau shalat ‘Id lalu bangun dan berkhutbah:

“Kalian telah mendapatkan dzikir dannkebaikan, kami akan melaksanakan shalat Jumat. Barang siapa mau di rumah saja silahkan dia duduo di rumah saja, siapa yang shalat Jumat maka silahkan shalat.” (HR. Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra)

6. Dari Atha bin Abi Rabah Rahimahullah, dia berkata:

صلى بنا ابن الزبير في يوم عيد في يوم جمعة أول النهار ثم رحنا إلى الجمعة فلم يخرج إلينا، فصلينا وحداناً، وكان ابن عباس بالطائف فلما قدمنا ذكرنا ذلك له، فقال : (أصاب السنة)

Ibnuz Zubeir shalat bersama kami pada hari ‘Id di hari Jumat di awal siang (pagi), lalu kami keluar untuk shalat Jumat, tapi Ibnuz Zubeir tidak keluar lalu kami shalat dan dia shalat sendiri. Saat kami berjumpa Ibnu Abbas di Thaif, kami ceritakan itu kepadanya, dan dia berkata: “Dia telah sesuai sunnah.” (HR. Abu Daud, dan Ibnu Khuzaimah dengan lafaz berbeda dan ada tambahan di akhirnya: Ibnuz Zubeir berkata: “Aku lihat Umar bin Al Khathab jika berkumpul dua hari raya, dia melakukan seperti itu”)

7. Dari Abu Ubaid, pelayan Ibnu Azhar, dia berkata:

شهدت العيدين مع عثمان

بن عفان، وكان ذلك يوم الجمعة، فصلى قبل الخطبة ثم خطب، فقال: (يا أيها الناس إن هذا يوم قد اجتمع لكم فيه عيدان، فمن أحب أن ينتظر الجمعة من أهل العوالي فلينتظر، ومن أحب أن يرجع فقد أذنت له)

“Aku mengalami dua hari raya bersama Utsman bin ‘Affan, saat itu di hari Jumat, lalu dia shalat sebelum khutbah, kemudian dia berkhutbah:

“Wahai manusia, sesungguhnya hari ini telah dikumpulkan bagi kalian dua hari raya, barang siapa yang mau menunggu shalat Jumat maka hendaknya dia tunggu, barang siaapa yang ingin pulang maka aku telah mengizinkannya.” (HR. Bukhari)

8. Dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata saat dua hari raya berkumpul dalam satu hari:

(من أراد أن يجمع فليجمع، ومن أراد أن يجلس فليجلس). قال سفيان: يعني : يجلس في بيته

“Barang siapa yang mau shalat jumat hendaknya dia shalat Jumat, dan barang siapa yang ingin duduk saja maka hendaknya dia dusuk saja.” Sufyan berkata: yaitu duduk si rumahnya. (HR. Abdurrazaq dalam Al Mushannaf, juga Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf)

Bagaimana menjelaskan riwayat-riwayat di atas? Berikut kami sampaikan penjelasan Al Lajnah Ad Daimah:

وبناء على هذه الأحاديث المرفوعة إلى النبي ، وعلى هذه الآثار الموقوفة عن عدد من الصحابة ، وعلى ما قرره جمهور أهل العلم في فقهها، فإن اللجنة تبين الأحكام الآتية:

1- من حضر صلاة العيد فيرخص له في عدم حضور صلاة الجمعة، ويصليها ظهراً في وقت الظهر، وإن أخذ بالعزيمة فصلى مع الناس الجمعة فهو أفضل.

2- من لم يحضر صلاة العيد فلا تشمله الرخصة، ولذا فلا يسقط عنه وجوب الجمعة، فيجب عليه السعي إلى المسجد لصلاة الجمعة، فإن لم يوجد عدد تنعقد به صلاة الجمعة صلاها ظهراً.

3- يجب على إمام مسجد الجمعة إقامة صلاة الجمعة ذلك اليوم ليشهدها من شاء شهودها ومن لم يشهد العيد ، إن حضر العدد التي تنعقد به صلاة الجمعة وإلا فتصلى ظهرا.

4- من حضر صلاة العيد وترخص بعدم حضور الجمعة فإنه يصليها ظهراً بعد دخول وقت الظهر.

5- لا يشرع في هذا الوقت الأذان إلا في المساجد التي تقام فيها صلاة الجمعة، فلا يشرع الأذان لصلاة الظهر ذلك اليوم.

6- القول بأن من حضر صلاة العيد تسقط عنه صلاة الجمعة وصلاة الظهر ذلك اليوم قول غير صحيح، ولذا هجره العلماء وحكموا بخطئه وغرابته، لمخالفته السنة وإسقاطه فريضةً من فرائض الله بلا دليل، ولعل قائله لم يبلغه ما في المسألة من السنن والآثار التي رخصت لمن حضر صلاة العيد بعدم حضور صلاة الجمعة، وأنه يجب عليه صلاتها ظهراً .
والله تعالى أعلم. وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم.
اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء

Berdasarkan hadits-hadits marfu’ (sampai) kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan atsar-atsar mauquf dari sejumlah sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Serta ketetapan mayoritas ulama dalam fiqihnya, maka Al Lajnah memberikan penjelasan sebagai berikut:

1. Siapa yang shalat Id maka diberikan keringanan baginya untuk tidal shalat Jumat, tapi wajib baginya shalay zhuhur di waktu zhuhur. Jika dia mau ambil hukum dasar (‘azimah) yaitu shalat Jumat, maka itu lebih utama.

2. Bagi yang tidak shalat ‘Id, maka dia tidak termasuk yang mendapatkan keringanan, kewajiban shalat Jumat tidak gugur baginya, maka wajib baginya melaksanakan shalat Jumat. Namun, jika dia tidak mendapatkan jumlah manusia cukup untuk shalat Jumat, maka dia shalat zhuhur.

3. Wajib bagi Imam masjid untuk mendirikan shalat Jumat di hari itu, diperuntukan bagi mereka yang mau menjalankannya dan mereka yang belum shalat ‘Id, itu jika dia
mendapatkan jumlah manusia cukup untuk shalat Jumat, jika tidak maka dia shalat zhuhur.

4. Bagi yang ikut shalat ‘Id diberikan keringanan baginya untuk tidak shalat Jumat, tp dia shalat zhuhur jika telah masuk waktunya.

5. Tidak disyariatkan azan zhuhur kecuali di masjid yang diadakan shalat Jumat di dalamnya. Tidak disyariatkan azan zhuhur dihari itu.

6. Pendapat yang mengatakan bagi yang sudah shalat ‘Id maka gugurlah shalat Jumat dan shalat zhuhur sekaligus, adalah pendapat yang tidak benar. Para ulama telah menilainya keliru dan aneh, dan bertentangan dengan sunnah. Sebab telah menggugurkan kewajiban di antara kewajiban-kewajiban dari Allah tanpa dalil.
Barangkali pihak yang berpendapat seperti itu belum dapat dalilnya baik dari hadits dan atsar, bahwa orang yang sudah shalat ‘Id diberikan keringanan untuk tidak Shalat Jumat namun tetap wajib zhuhur.

Wallahu Ta’ala A’lam

Wa Shallallahu ‘Ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘Ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam

(Fatawa Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhuts wal Ifta)

🍄🌴🌸🍃🌾🌵🌷🌱

✍ Farid Nu’man Hasan

Hari Pemotongan Itu Empat Hari

💢💢💢💢💢💢

Penyembelihan afdhalnya memang di 10 Zulhijjah, karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sendiri mengistilahkan hari tsb yaumun nahr (hari penyembelihan).

Tapi, hari penyembelihan itu ada waktu MUBAH, yaitu hari tasyriq.

Pada waqi’ (kenyataannya)nya, ada masjid yang sangat banyak jumlah hewan qurbannya, sehingga tidak tuntas 1 hari, atau ada orang yg baru beli hewan qurban dihari tasyriq, maka ini keluasan dari syariat.

Imam An Nawawi Rahimahullah berkata:

وأما اخر وقتها فاتفقت نصوص الشافعى والاصحاب على أنه يخرج وقتها بغروب الشمس اليوم الثالث من ايام التشريق، واتفقوا على أنه يجوز ذبحها فى هذا الزمان ليلا و نهارا

Ada pun waktu akhir penyembelihan, telah sepakat perkataan Imam Asy Syafi’iy dan para sahabatnya bahwa waktunya sudah usai setelah terbenamnya matahari di hari ketiga hari tasyriq. Mereka sepakat bahwa bolehnya menyembelih di waktu itu baik siang dan malam. ( Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 8/360)

Syaikh Bin Baaz Rahimahullah berkata:

أما وقت الضحية فهو أربعة أيام على الصحيح من أقوال العلماء: يوم العيد وهو يوم عيد النحر وهو العاشر من ذي الحجة، ثم اليوم الحادي عشر ثم اليوم الثاني عشر ثم اليوم الثالث عشر، وقال بعض أهل العلم: إنها ثلاثة يوم العيد ويومان بعده، والصواب أنها أربعة، يوم العيد وثلاثة أيام بعده، وهي أيام التشريق

Ada pun waktu penyembelihan yg SHAHIH adalah 4 hari berdasarkan pendapat ulama.

Hari ‘Id, yaitu hari penyembelihan di 10 Dzulhijjah, lalu 11, 12, 13 Dzulhijjah.

Sebagian ulama mengatakan tiga hari, di hari Id dan dua hari setelahnya. Tapi yang benar adalah 4 hari, di hari Id dan tiga hari setelahnya, yaitu hari tasyriq.

(Selesai dr Syaikh Bin Baaz)

Wallahu a’lam

🌷🌴🌱🌸🍃🌵🍄🌾

✍ Farid Nu’man Hasan

Sekali Lagi Tentang Puasa Tarwiyah

💢💢💢💢💢

Mufti: Syaikh Shalah Muhammad Abul Haj Al Hanafi Hafizhahullah

 

ما هو يوم التروية، وما حكم صومه؟

الجواب
أقول وبالله التوفيق: يوم التروية هو الثامن من ذي الحجة، ويستحب صوم الأيّام الثّمانية الّتي من أوّل ذي الحجّة قبل يوم عرفة ويدخل فيها يوم التروية؛ لحديث ابن عبّاس رضي الله عنهما مرفوعاً: ((ما من أيّام العمل الصّالح فيها أحبّ إلى اللّه من هذه الأيّام – يعني أيّام العشر – قالوا: يا رسول اللّه، ولا الجهاد في سبيل اللّه؟ قال: ولا الجهاد في سبيل اللّه، إلاّ رجل خرج بنفسه وماله، فلم يرجع من ذلك بشيء))، في سنن أبي داوود، 5: 102، وصححه الألباني، والسنن الكبرى، 17: 138. والله أعلم

Pertanyaan: Apakah hari Tarwiyah itu? Dan bagaimana hukum berpuasa di hari itu?

Jawaban:

Wabillahi wat Tawfiq.

Hari Tarwiyah adalah hari ke 8 di bulan Dzulhijjah. Dan disunnahkan berpuasa selama 8 hari di hari-hari awal Dzulhijjah sebelum hari Arafah, dan hari Tarwiyah termasuk di dalamnya.

Berdasarkan hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, secara marfu’:

Tidak ada hari yang lebih dicintai Allah dibandingkan hari-hari ini -yakni 10 hari Zulhijjah.

Mereka bertanya: “Tidak juga dengan jihad wahai Rasulullah?”

Nabi menjawab: “Tidak juga dengan jihad, kecuali seorang laki-laki yang keluar membawa harta dan jiwanya, dan dia tidaklah kembali dengan itu semua (maksudnya: mati syahid).” (HR. Abu Daud, dishahihkan Al Albani).

Wallahu a’lam

📚Fatwa Markaz Anwaar Al ‘Ulama Ats Tsaqafiy Ad Dauliy, No. 1323

☘🌹🌷🌸🍀🍃🎋

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top