Karena Apa Pemimpin Mesti dicopot? – Pandangan Imam Abul Hasan Al Mawardi

💦💥💦💥💦💥

Berikut ini pandangan Imam Abul Hasan Al Mawardi dalam Al Ahkam As Sulthaniyah tentang keadaan yang membuat dibolehkannya dicopotnya seorang pemimpin:

وإذا قام الإمام بما ذكرناه من حقوق الأمة فقد أدى حق الله تعالى فيما لهم وعليهم ، ووجب له عليهم حقان الطاعة والنصرة ما لم يتغير حاله والذي يتغير به حاله فيخرج به عن الإمامة شيئان : أحدهما جرح في عدالته والثاني نقص في بدنه .
فأما الجرح في عدالته وهو الفسق فهو على ضربين : أحدهما ما تابع فيه الشهوة .
والثاني ما تعلق فيه بشبهة ، فأما الأول منهما فمتعلق بأفعال الجوارح وهو ارتكابه للمحظورات وإقدامه على المنكرات تحكيما للشهوة وانقيادا للهوى ، فهذا فسق يمنع من انعقاد الإمامة ومن استدامتها ، فإذا طرأ على من انعقدت إمامته خرج منها ، فلو عاد إلى العدالة لم يعد إلى الإمامة إلا بعقد جديد …..

Jika imam (pemimpin) sudah menunaikan hak-hak umat seperti yang telah kami sebutkan sebelumnya, maka otomatis ia telah menunaikan hak-hak Allah Ta’ala, hak-hak mereka, dan kewajiban-kewajiban mereka. Jika itu telah dia lakukan, maka dia punya dua hak dari umatnya.

Pertama, ketaatan kepadanya.

Kedua, membelanya selama keadaan dirinya belum berubah.

Ada dua hal yang dapat merubah keadaan dirinya, yang dengan berubahnya kedua hal itu dia mesti mundur dari kepemimpinannya:

1⃣ Adanya cacat dalam ke- ’adalah-annya.
2⃣ Cacat tubuhnya

Ada pun cacat dalam ‘adalah (keadilan) yaitu kefasikan, ini pun ada dua macam; Pertama, dia mengikuti syahwat (dalam prilaku); Kedua, terkait dengan syubhat (pemikiran).

Bagian pertama (fasik karena syahwat) terkait dengan perbuatan anggota badan, yaitu dia menjalankan berbagai larangan dan kemungkaran, baik karena menuruti hawa syahwat, dan tunduk kepada hawa nafsu. Kefasikan ini membuat seseorang tidak boleh diangkat menjadi imam (pemimpin), dan juga sebagai pemutus kelangsungan imamah (kepemimpinan)-nya.

Jika sifat tersebut terjadi pada seorang pemimpin, maka dia harus mengundurkan diri dari imamah-nya. Jika ia kembali adil (tidak fasik), maka imamah tidak otomatis kembali kepadanya, kecuali dengan pengangkatan baru. ………. (Imam Abul Hasan Al Mawardi, Al Ahkam As Sulthaniyah, Hal. 28. Mawqi’ Al Islam)

Jika seorang pemimpin fasiq bisa dicopot, tentunya pemimpin kafir radikal lebih layak untuk dicopot.

Wallahu A’lam

🍃🌴🌻☘🌷🌺🌸🌾

✏ Farid Nu’man Hasan

Bolehkah Wanita Buka Jilbab, Di Hadapan Wanita Non Muslimah/Kafir?

💦💥💦💥💦💥💦

📨 PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum

Ustadz, afwan saya mau bertanya.
Kalo prp membuka auratnya dalam hal ini kerudung didepan prp non islam karena satu kos/kamar bagaimana?
Apakah diperbolehkan?

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃

Jawaban:

Wa ‘alaikumussalam wa rahmatullah …, Bismillah aal hamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala rasulillah wa ba’d:

Aurat wanita ada dua macam:

1⃣ Aurat mughallazhah, aurat berat yaitu dr dada turun sampai ke lutut.

2⃣ Aurat mukhafafah, aurat ringan yaitu bagian tubuh yg terkena air wudhu, atau yg dipakaikan perhiasan, seperti rambut, lengan sampai siku, telapak kaki sampai betis, leher.

📌 Semuanya tidak boleh nampak dihadapan laki-laki bukan mahram, ingat .. sepupu dan ipar juga bukan mahram

📌 Semuanya hanya boleh nampak dihadapan suaminya sendiri

📌 Aurat mukhafafah boleh pula nampak dihadapan ayah, mertua, anak kandung, anak tiri, keponakan, sesama muslimah, anak kecil yang belum paham aurat, dan orang-orang yang sudah tidak ada keinginan terhadap wanita (sepuh).

📌 Bagaimana dengan menampakkannya di hadapan wanita NON MUSLIMAH ? Mayoritas ulama melarang hal itu berdasarkan surat An Nuur ayat 31, yang merinci kepada siapa saja wanita boleh menampakkannya, di situ tidak ada wanita non muslimah.

Allah Ta’ala berfirman:

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An Nuur: 31)

Demikian. Wallahu a’lam

🍃🌴🌻🌺☘🌾🌷🌸

✏ Farid Nu’man Hasan

[Renungan Para Imam dan Hukama] Maksiat Hilangkan Hafalan

💦💥💦💥💦💥

Berkata Nashirus Sunnah, Imam Asy Syafi’iy Rahimahullah:

شكوت إلى وكيع سوء حفظي فأرشدني إلى ترك المعاصي
وأخـبرني بأن العـلم نــور ونور الله لا يهـدى لعـاص

“Aku keluhkan kepada Waki’ tentang buruknya hapalanku, lalu dia membimbingku agar aku meninggalkan maksiat, dan dia memberitahuku bahwa ilmu adalah cahaya, dan cahaya dari Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.”

📋 Hikam wa Aqwaal Al Imam Asy Syafi’iy

🌿🌾🌺🌻🍄🌴🍀🍃🌷

✏ Farid Nu’man Hasan

Imam Tidak Sadar Jika Dirinya Sedang Haid

💢💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

([17/11 09.39] +60 11-2638xxxx)

Assalamualaikum…ustadz
Soalannya.. Kalau imam perempuan haid dlm solat tapi dia tidak sedar dan xtahu smpai habis waktu solat.. Selepas solat baru dia sedar yg dia haid, sahkah solat makmum2 yg lain?

📬 JAWABAN

💢💢💢💢💢💢💢

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh …

Bagi si imam, maka dia mesti ulang, sebab keadaan suci dari hadats adalah syarat sahnya shalat. Khususnya bagi yg haid, atau junub. Ini berbeda dgn kondisi pakaian kena najis, dan dia lupa ada najisnya, maka shalatnya tetap sah, sebab adanya najis termasuk bab ‘melakukan larangan’, sedangkan kondisi haid dan junub termasuk bab ‘meninggalkan perintah’ yaitu perintah untuk mandi jika sdh suci.

Ada pun bagi makmum, jika dia TAHU imamnya berhadats, baik junub, haid, atau blm wudhu, maka makmum juga batal. Ini jelas.

Tapi kalau makmum TIDAK TAHU, maka shalatnya tetap SAH.

Syaikh Utsaimin mengatakan dalam Syarhul Mumti’:

والصحيح في هذه المسألة: أنَّ صلاةَ المأمومينَ صحيحةٌ بكُلِّ حالٍ، إلا مَن عَلِمَ أنَّ الإِمامَ مُحدِثٌ، وذلك لأنهم كانوا جاهلين، فهم معذورون بالجهلِ، وليس بوسعِهم ولا بواجبٍ عليهم أن يسألوا إمامَهم: هل أنت على وُضُوءٍ أم لا؟ وهل عليك جنابةٌ أم لا؟

Yang benar dalam masalah ini: Bahwasanya shalatnya makmum adalah SAH pd tiap keadaaan. Kecuali jika dia tahu si imamnya berhadats, karena ini keadaannya tidak tahu maka mereka diberikan maaf atas ketidaktahuannya. Mereka juga tidak dibebani dan tdk diwajibkan untuk bertanya kepada imam:

Anda sudah wudhu belum? Anda sedang junub atau tidak? (selesai)

Demikian. Wallahu a’lam

🌵🌷🌱🌴🌸🌾🍃🍄

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top