Bila Hendak Witir Tapi Keburu Adzan Shubuh

💥💦💥💦💥💦💥💦

📨 PERTANYAAN

Assalamu’alaikum..
Ust, mau tanya..
Kalo shalat tahajud, tiba2 azdan subuh dan blm sempat shalat witir. Apakah saat adzan langsung disambung shalat witir atau tidak apa2 tidak ditutup dgn shalat witir??(+62 852-5214-xxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

▪▫▪▫▪▫

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah ..

Adzan subuh tanda telah masuk fajar, sedangkan fajar merupakan batas akhir shalat witir, maka tidak usah shalat witir karena waktunya sdh habis.

Shalat Witir adalah:

وهي صلاة تفعل ما بين صلاة العشاء وطلوع الفجر ، تختم بها صلاة الليل ، سميت بذلك لأنها تصلى وترا ، ركعة واحدة ، أو ثلاثا ، أو أكثر ، ولا يجوز جعلها شفعا

Dia adalah shalat yang dikerjakan antara shalat Isya dan terbitnya fajar, dengannya shalat malam ditutup. Dinamakan witir karena shalatnya dlakukan secara witir (ganjil), 1 rakaat, atau tiga, atau lebih, dan tidak boleh menjadikannya genap. (Al Mausu’ah, 27/289)

Status witir juga bukan kewajiban, tidak berdosa meninggalkannya.

Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah:

الوتر سنة مؤكدة حث عليه الرسول صلى الله عليه وسلم ورغب فيه

Shalat witir adalah sunnah muakadah, Rasulullah ﷺ sangat mendorongnya dan begitu menyukainya. (Fiqhus Sunnah, 1/191)

Namun, Imam Abu Hanifah mewajibkannya, dan tidak ada ulama yang menyetujuinya.

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah menceritakan:

وما ذهب إليه أبو حنيفة من وجوب الوتر فمذهب ضعيف. قال ابن المنذر: لا أعلم أحدا وافق أبا حنيفة في هذا

Apa yang menjadi pendapat Abu Hanifah bahwa witir adalah wajib merupakan pendapat yang lemah. Ibnul Mundzir berkata: “Tidak aku ketahui seorang pun yang sepakat dengan Abu Hanifah dalam hal ini.” (Ibid, 1/192)

Demikian. Wallahu a’lam

📙📘📗📕📒📔📓

🖋 Farid Nu’man Hasan

Adab Terhadap Non Muslim yang Wafat

💢💢💢💢

📘 Bolehkah mengucapkan istirja’?

Syaikh Abdul Aziz bin Baaz Rahimahullah menjawab:

ج: الكافر إذا مات لا بأس أن نقول: {إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ} الحمد لله، إذا كان من أقربائك لا بأس، كل الناس إلى الله راجعون، كل الناس ملك لله سبحانه وتعالى، لا بأس بهذا، ولكن لا يدعى له ما دام كافرا لا يدعى له

Jika orang kafir wafat tidak apa-apa kita mengucapkan “Innaa Lillaahi wa Innaa Ilaihi Raaji’uun”. Alhamdulillah, jika dia adalah kerabat Anda tidak apa-apa. Semua manusia akan kembali kepada Allah, semua manusia kepunyaan Allah Ta’ala, tidak masalah dengan hal ini. Tetapi, tidak boleh mendoakan dia, selama dia kafir tidak mendoakan dia. (Fatawa Nuur ‘Alad Darb, 14/365)

📙 Bolehkah berta’ziyah kepadanya?

Boleh, dan itu merupakan pendapat mayoritas ulama.

Demikian ini keterangannya:

يجوز للمسلم أن يعزي غير المسلم في ميته وهذا قول جمهور أهل العلم وذكر العلماء عدة عبارات تقال في هذه التعزية منها :

– أخلف الله عليك ولا نقص عددك .

– أعطاك الله على مصيبتك أفضل ما أعطى أحداً من أهل دينك . المغني 2/46 .

– ألهمك الله الصبر وأصلح بالك ، ومنها : أكثر الله مالك وأطال حياتك أو عمرك

– ومنها لا يصيبك إلا خير . أحكام أهل الذمة 1/161 .

Boleh bagi seorang muslim berta’ziyah kepada mayat non muslim. Ini adalah pendapat jumhur ulama. Para ulama menyebutkan beberapa ucapan yang bisa diucapkan ketika berta’ziyah kepada mereka. Di antaranya:

🔸 Semoga Allah menggantikan untukmu dan tidak mengurangi jumlahmu (maksudnya supaya tetap ada harta untuk membayar jizyah, pen)

🔹 Semoga Allah memberikan kepadamu hal yang lebih baik dibanding pemberian seorang dari pemeluk agamamu. (Al Mughni, 2/46)

🔸 Semoga Allah memberikanmu kesabaran dan memperbaiki keadaanmu, dan di antaranya juga: semoga Allah memperbanyak hartamu dan memanjangkan hidup dan usiamu.

🔹 Juga: semoga tidak ada yang menimpamu kecuali kebaikan. (Ahkam Ahludz Dzimmah, 1/161).

📚 Lihat Al Khulashah fi Ahkam Ahli Adz Dzimmah, 3/149

Tapi, kebolehannya memiliki beberapa patokan:

1⃣ Tidak ikut pada acara ritualnya

2⃣ Tidak mendoakan ampunan bagi mereka

3⃣ Tidak merendahkan diri di sana seakan mereka adalah kelompok yang benar

Jika kita tidak mampu menjaga hal-hal ini, maka sebaiknya tidak berta’ziyah, demi menjaga keselamatan aqidah kita.

Demikian. Wallahu A’lam

🔶🔷🔶🔷

✏ Farid Nu’man

Tanda Penderitaan

💦💦💦💦💥💥💥💥

Imam Al Fudhail bin ‘Iyadh berkata:

خمس من علامات الشقوة: القسوة في القلب، وجمود العين، وقلة الحياء، والرغبة في الدنيا، وطول الأمل

Ada lima tanda penderitaan:

1. Hati yang keras
2. Mata yang tidak pernah berpaling
3. Sedikit rasa malu
4. Terobsesi dunia
5. Panjang angan-angan

📚 Durar Aqwaal A’immah As Salaf

📒📕📗📘📙📓📔

🖋 Farid Nu’man Hasan

Tafsir Surat Al Kafirun (Bag.3)

Orang Kafir Tidak Akan Menyembah Allah dalam Kekafirannya

لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (2) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (3) وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (4) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (5)

📖 Terjemah :

2). Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah
3). Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah
4). Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah
5). Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah

Ayat ke dua sampai ayat lima menyebutkan muqabalah (lawan kata) antara orang kafir dan muslim, bahwa diantara mereka tidak akan menyembah tuhan masing-masing. Ayat ini seperti ada pengulangan meski dengan perangkat huruf yang sedikit berbeda.

Menurut Imam Ibnu Taimiyah menyebutkan, penyebutan berulang-ulang (at tikrar) dalam ayat diatas memiliki dua fungsi:

1⃣ Sebagai pengingkaran kondisi (Nafyu Al Hal)

Terkait dengan keadaan orang kafir dalam ayat diatas. Karena orang kafir tak mungkin mau menyembah Allah.

2⃣ Sebagai penguat (taukid) seperti pendapat Al Farra ( Majmu’ Fatawa, 16/534).

📖 Pendapat Para Ulama Mufassirin

⭐ Ayat kedua:

لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ

Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah (QS. Al Kafirun:2)

Ini pernyataan tegas, bahwa seorang muslim tak akan menyembah kepada tuhan-tuhan orang kafir, secara lahir maupun bathin. Kaum muslimin berlepas diri dari penyembahan jenis ini karena termasuk perbuatan syirik.
Menurut Imam Asy Syaukani (1316H) maksud dari ayat kedua ini adalah:

لا أعبد الذي تعبدونه في المستقبل والمعنى: لا أفعل في المستقبل ما تطلبونه مني من عبادة آلهتكم من دون الله من الأوثان

“Aku tak akan menyembah yang kalian sembah dikemudian hari, maknanya: aku tak akan melakukan pada masa yang akan datang perbuatan yang kalian inginkan dengan menyembah tuhan-tuhan berhala kalian selain Allah. (Asy Syaukani, Marah Labid,6/672)

⭐ Ayat ketiga

وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ

“Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah”. (QS. Al Kafirun:3)

Penolakan ini bukan tanpa alasan, penolakan ini karena keinginan orang kafir tersebut hanya keinginan dibibir saja, kedustaan belaka. Seperti yang disebutkan oleh As Sa’di (1376H) dalam tafsirnya:

فعبادتكم له المقترنة بالشرك لا تسمى عبادة

Ibadah kalian dengan diiringi syirik tidaklah dinamakan ibadah yang sesungguhnya (Tafsir As Sa’di, 1/936)

Menurut Imam Asy Syaukani:

ولا أنتم عابدون في المستقبل عبادتي، أي مثل عبادتي، أي ولا أنتم فاعلون في المستقبل ما أطلبه منكم من عبادة إلهي وهو الله الواحد

Kalian bukanlah penyembah seperti bagaimana aku beribadah pada masa yang akan datang, kalian juga tidak akan melakukan apa yang aku minta dari kalian untuk menyembah Tuhanku yaitu Allah yang Maha Esa. (Asy Syaukani, Marah Labid,6/672)

⭐ Ayat keempat

وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ

“Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah”(QS. AL Kafirun:4)

Ayat ini menggunakan perangkat isim Fa’il (kata benda pelaku) yaitu عَابِدٌ (penyembah). Fungsinya adalah haqiqatun Fil Hal (hakikat dalam keadaan sebenarnya). Bahwa orang-orang kafir benar-benar tak akan melakukan penyembahan kepada sesembahan kaum muslimin yaitu Allah.( At Tahrir Wa tanwir, 30/582)

Syekh Ahmad Musthafa Al Maraghi (1371H) menyebutkan dalam ayat ini:

إنكم لستم بعابدين إلهى الذي أدعو إليه لمخالفة صفاته لإلهكم، فلا يمكن التوفيق بينهما بحال

“Kalian bukanlah penyembah Tuhanku tempat aku berdoa, untuk berbeda dengan sifat tuhan kalian, maka tak mungkin menyatukan keduanya. (Tafsir Al Maraghi, 30/256)

⭐ Ayat kelima

وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ

“Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah” (QS.Al Kafirun:5)

📖 Kesimpulan

✅ Orang kafir tak akan menyembah Allah dalam kekafirannya, ungkapan ingin tersebut hanya penghias bibir saja.

✅ Penyebutan ayat secara diulang-ulang lebih dominan berfungsi menguatkan secara keseluruhan(taukid)( Tafsir Ibnu Katsir, 8/508)

✒ Fauzan Sugiyono Lc M.A.

scroll to top