Segalanya Tentang Kematian (Bag. 2)

▫▪▫▪▫▪

Tanda – Tanda Husnul Khatimah

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Tanda-tanda husnul khatimah diterangkan dalam beberapa hadits Nabi ﷺ , tentunya jika ada seorang muslim yang mengalami tanda-tanda ini kita berbaik sangka kepadanya dan kepada Allah ﷻ bahwa dia telah husnul khatimah.

Di antaranya adalah:

1. Perjalanan Akhir Hidupnya Diisi dengan Amal Shalih

Jika seorang wafat dan di akhir-akhir hayatnya senantiasa diisi dengan kebaikan, baik ibadah ritual dan sosial, maka itu tanda husnul khatimah, tanda bahwa Allah ﷻ memberikan taufiq kepadanya. Walau bisa jadi dahulunya dia pernah menjalankan hidup penuh maksiat.

Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

إذا أراد الله بعبد خيرا استعمله فقيل كيف يستعمله يا رسول الله ؟ قال يوفقه لعمل صالح قبل الموت

“Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka Dia akan menggunakannya.” Lalu ditanyakanlah pada beliau, “Bagaimanakah Allah menggunakannya wahai Rasulullah?” beliau menjawab: “Dia akan memberinya taufiq untuk beramal shalih sebelum dijemput kematian.”

(HR. At Tirmidzi No. 2142, Ibnu Hibban No. 341. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim)

2. Orang Yang Hari-Harinya Diisi Dengan Husnuzhan (Prasangka Baik) Kepada Allah ﷻ

Orang yang selalu berprasangka baik kepada Allah ﷻ , sampai-sampai pada musibah yang menimpanya, termasuk penyakit yang menimpanya sampai membawa kematiannya, dia selalu berbaik sangka baik kepada Allah ﷻ.
Dari Jabir Radhiallahu ‘Anhu, aku mendengar Rasulullah ﷺ berkata sebelum wafatnya sebanyak tiga kali:

لا يموتن أحدكم إلا وهو يحسن الظن بالله

Janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan berprasangka baik kepada Allah.. (HR. Muslim No. 2877)

3. Mengucapkan Syahadat Di Akhir Hayatnya

Dari Muadz bin Jabal Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Barangsiapa yang akhir perkataannya LAA ILAAHA ILLALLAH maka dia masuk surga.

(HR. Abu Daud No. 3118, shahih)

4. Wafat di Malam atau Hari Jumat

Dari Abdullah bin Amr, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ

Tidaklah seorang muslim yang wafat pada hari Jumat atau malam Jumat, melainkan Allah akan melindunginya dari fitnah kubur. (HR. At Tirmidzi No. 1073, Ahmad No. 6582, Ath Thahawi dalam Syarh Musykilul Aatsar No. 277)

Syaikh Al Albani Rahimahullah berkata tentang hadits ini: “Dikeluarkan oleh Ahmad (6582-6646) melalui dua jalan dari Abdullah bin Amr, dan oleh At Tirmidzi melalui salah satu dari dua jalur, dan hadits ini memiliki syawahid (beberapa penguat) dari jalur Anas, Jabir bin Abdullah, dan selain keduanya. Maka, hadits ini dengan kumpulan semua jalurnya adalah hasan atau shahih.” (Lihat Ahkamul Jazaiz, Hal. 35)

5. Mati Syahid

Dari Abdullah bin ‘Amr Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Nab ﷺ bersabda:

يغفر للشهيد كل ذنبٍ إلا الدين

Orang yang mati syahid semua dosanya diampuni kecuali hutangnya.

(HR. Muslim No. 1886)

6. Keningnya berkeringat saat wafat

Nabi ﷺ bersabda:

المؤمن يموت بعرق الجبين

Seorang mu’min wafatnya dengan keringat yang keluar dari keningnya.

(HR. At Tirmidzi No. 982, Ibnu Hibban No. 3011. Syaikh Syu’aib Al Anauth mengatakan: Shahih, sesuai syarat Imam Bukhari)

Demikian. Wallahu a’lam

(Bersambung ..)

‌📙📘📗📕📒📔📓

🖋 Farid Nu’man Hasan

Segalanya Tentang Kematian (Bag. 1)

💢💢💢💢💢💢💢

1⃣ Muqadimah

Setiap yang hidup akan mengalami kematian. Itulah ketetapan Allah ﷻ atas semua makhlukNya, masing-masing makhluk ada jadwal kematiannya. Kematian merupakan tanda dan etape berakhirnya dia bersama dunianya, keluarganya, sanak saudaranya, kawannya, dan menemui kehidupan baru; alam barzakh.

Allah ﷻ berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

Setiap jiwa akan merasakan kematian. (QS. Ali ‘Imran: 185)

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh … (QS. An Nisa: 78)

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (QS. Ar Rahman: 26-27)

Dan masih banyak ayat lain yang senada. Ada pun dalam hadits Nabi ﷺ, juga tidak sedikit yang membicarakan kematian, Di antaranya:

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

أكثروا ذكر هاذم اللذات يعني الموت

Perbanyaklah kalian mengingat pemutus segala kenikmatan, yaitu kematian.

(HR. At Tirmidzi No. 2307. Imam At Tirmidzi berkata: hasan. Ibnu Majah No. 4258)

Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma:

أن رجلا قال للنبي صلى الله عليه وسلم أي المؤمنين أفضل قال أحسنهم خلقا قال فأي المؤمنين قال أكثرهم للموت ذكرا وأحسنهم له استعدادا أولئك الأكياس

Ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi ﷺ : “Mu’min bagaimanakah yang paling utama?” Beliau bersabda: “Yang paling baik akhlaknya.” Dia bertanya lagi: “Mu’min bagaimanakah yang paling cerdas?” Beliau bersabda: “Yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapan untuk kematian, merekalah orang yang cerdas.”

(HR. Al Baihaqi, Syu’abul Iman No. 7627. Ibnu Majah No. 4259, Imam Al ‘Iraqiy bekata: sanadnya jayyid. Lihat Takhrijul Ihya No. 3236)

Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Ahuma: “Rasulullah ﷺ memegang pundakku dan bersabda:

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ

Jadilah kau di dunia seolah orang asing atau sekedar lewat saja. (HR. Bukhari No. 6416)

Sementara dalam lafaz Imam At Tirmidzi (No. 2333) dan Imam Ath Thabarani (Al Kabir No. 13538) ada tambahan:

..وعد نفسك في أهل القبور

….. dan anggaplah dirimu sebagai penghuni kubur.

Dan masih banyak lainnya ……

Pembicaraan manusia terhadap kematian sama tuanya dengan kehidupan itu sendiri. Oleh karena itu, semua agama dan peradaban membicarakannya. Ini menunjukkan kebutuhan manusia terhadap mengingat kematian sangatlah penting. Saat ketamakan menguasai, nafsu mendominasi, obsesi tiada henti, mengerasnya hati, kesedihan yang menjadi-jadi .. mengingat kematianlah obat yang dapat menghentikan laju itu semua.

Imam Badruddin Al ‘Ainiy Rahimahullah menceritakan dari Imam Ibnu Baththal Rahimahullah:

قد حفر جماعة من الصالحين قبورهم قبل الموت بأيديهم ليتمثلوا حلول الموت فيه

Segolongan orang-orang shalih telah menggali kubur mereka sendiri sebelum kematian, agar mereka bisa mengumpamakan kematiannya sendiri di dalamnya. (‘Umdatul Qari, 12/256)

2⃣ Jangan Berharap Kematian Hanya Karena Musibah Dunia

Tidak sedikit manusia yang ingin cepat-cepat mati karena musibah yang menimpanya, yang berawal dari putus asa karena kegetiran persoalan. Ingin cepat mati bukan karena rindu akhirat, rindu kepada Allah ﷻ .. bukan itu.

Harapan seperti ini terlarang, sebagaimana yang tertera dalam hadits berikut:

Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

لَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ مِنْ ضُرٍّ أَصَابَهُ فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ فَاعِلًا فَلْيَقُلِ اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتِ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي إِذَا (مَا) كَانَتِ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي

Janganlah salah seorang kamu mengharapkan kematian hanya karena musibah yang menimpanya, kalau pun ingin melakukan itu, katakanlah: “Ya Allah, hidupkanlah aku jika hidup itu memang baik bagiku, dan wafatkanlah aku jika wafat itu memang baik bagiku.” (HR. Al Bukhari No. 5671, Muslim No. 2680)

Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah mengatakan:

“من ضر أصابه” حمله جماعة من السلف على الضر الدنيوي فإن وجد الضر الأخروي بأن خشي فتنة في دينه لم يدخل في النهي

Perkataan “karena musibah yang menimpanya” maksudnya menurut tafsir segolongan ulama salaf adalah musibah duniawi, sedangkan jika dia mendapatkan musibah ukhrawi (akhirat) karena takut fitnah yang menimpa agamanya, maka itu tidak termasuk larangan dalam hadits ini.

(Imam Ibnu Hajar, Fathul Bari, 10/128)

Dalam hadits ini disebutkan jalan keluarnya, yaitu minta yang terbaik. Jika hidup itu baik bagi kita, maka tetaplah minta hidup, namun jika kematian lebih baik bagi kita, maka mintalah kematian.

3⃣ Minta Husnul Khatimah

Bagaimana cara kita mati? Itu adalah rahasia Allah ﷻ, Dia yang punya kehendak dan kuasa penuh atas cara dan bagaimana kematian kita. Tapi, walau demikian, kita diperbolehkan meminta kepada Allah ﷻ untuk meminta kepadaNya cara mati yang baik, yaitu Husnul Khatimah.

Nabi ﷺ bersabda:

مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الشَّهَادَةَ بِصِدْقٍ بَلَّغَهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ

Barang siapa yang berdoa kepada Allah meminta mati syahid dengan jujur, maka Allah akan sampaikan dia pada derajat syuhada walau dia mati di atas ranjangnya.
(HR. Muslim No. 1909)

Umar Radhiallahu ‘Anhu berdoa:

اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي شَهَادَةً فِي سَبِيلِكَ وَاجْعَلْ مَوْتِي فِي بَلَدِ رَسُولِكَ

Ya Allah, rezekikanlah aku mati syahid di jalanMu, dan jadikanlah kematianku di negeri RasulMu. (HR. Bukhari No. 1890)

Bersambung …

☘🎋🍃🌷🌻🌺🌸🌵

✍ Farid Nu’man Hasan

Tafsir Surat Al Kafirun Bag 4 (selesai)

📓 Bagimu Agamamu, Bagiku Agamaku

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku (QS. Al Kafirun:6)

Ayat ini adalah pembeda antara penyembahan kepada Allah dan syirik, orang beriman beribadah sesuai perintah agamanya melalui arahan Rasulullah dalam sunnahnya, terpatri keyakinan yang kuat, melahirkan perbuatan terpuji dan amal shalih. Sedangkan orang kafir mereka hidup semaunya, dengan memperturutkan hawa nafsu untuk kesenangan dengan ingkar kepada sang Khaliq. Antara iman dan kafir ibarat dua jalan yang berbeda tak kan bertemu dalam sebuah persimpangan, iman menuju surga dan kafir menuju neraka. Tak kan bertemu, tak kan bersatu dengan dalih apapun, apalagi dengan mencampur adukkan masing-masing ajaran agama. Bagimu ajaran agamamu, dan bagiku ajaran agamaku.

📓 1⃣ Tinjauan Bahasa

Firman Allah:

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku (QS. Al Kafirun:6)

Imam Ibnu Katsir menyebutkan pendapat Imam AL Bukhari, bahwa pada ayat diatas ungkapan agamaku, dalam bahasa Arab din (دين), tidak menggunakan kata dinii ada tambahan ‘Ya” ( ديني ), karena pada ayat tersebut sudah ada huruf Nun, dan selanjutnya tidak perlu menyebutkan (يْ), seperti pada kata:

الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ

(yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, (QS. Asy Syu’ara [26]:78)

Dan juga firman Allah:

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, (QS. Asy Syu’ara:78)

📓 2⃣ Ayat Al Qur’an yang selaras maknanya dengan ayat ini

a. Firman Allah:

وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ

“Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Yunus [10]: 41)
Imam At Thabari menukil pendapat Abu Ja’far:

قال أبو جعفر: يقول تعالى ذكره لنبيه محمد صلى الله عليه وسلم: وإن كذبك، يا محمد، هؤلاء المشركون، وردُّوا عليك ما جئتهم به من عند ربك، فقل لهم: أيها القوم، لي ديني وعملي، ولكم دينكم وعملكم، لا يضرني عملكم، ولا يضركم عملي، وإنما يُجازَى كل عامل بعمله

“Berkata Abu Ja’far, Allah yang Maha Tinggi sebutan-Nya kepada Nabi Muhammad,”Jika kaum musyrikin mendustakanmu wahai Muhammad, dan menolak apa yang Allah datangkan kepada mereka dari Rabb-mu, katakanlah kepada mereka,” Wahai kaum, bagiku agamaku dan amalku, bagi kalian agama kalian dan perbuatan kalian, takkan berbahaya amal kalian kepadaku, dan tak kan berbahaya amalku bagi kalian, akan tetapi setiap orang akan diberi balasan sesuai dengan amalnya”. (Tafsir At Thabari, 15/94)

b. Firman Allah:

لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ

“Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu.” (QS. Asy Syura [42]: 15)

📓 3⃣ Pendapat para mufassirin

a. Ibnu Katsir (774 H)

Imam Ibnu Katsir menukil pendapat Imam Asy Syafi’i ayat terakhir ini merupakan dalil bahwa orang kafir semuanya berada dalam satu ajaran agama.

أَنَّ الْكُفْرَ كُلَّهُ مِلَّةٌ وَاحِدَةٌ تُورِثُهُ الْيَهُودُ مِنَ النَّصَارَى، وَبِالْعَكْسِ؛ إِذَا كَانَ بَيْنَهُمَا نَسَبٌ أَوْ سَبَبٌ يُتَوَارَثُ بِهِ؛ لِأَنَّ الْأَدْيَانَ -مَا عَدَا الْإِسْلَامِ-كُلَّهَا كَالشَّيْءِ الْوَاحِدِ فِي الْبُطْلَانِ

“Bahwa kekafiran semua dalam millah (ajaran ) yang satu, orang Yahudi mewarisi harta kepada orang Nashrani dan sebaliknya, jika diantara kedua golongan tersebut memiliki nasab atau sebab waris, karena agama-agama selain Islam semua ibarat satu kesatuan dalam kebathilan.” (Tafsir Ibnu Katsir,8/508).

b. Imam Al Qurthubi (671 H)

Beliau menafsirkan ayat ini:

وَمَعْنَى لَكُمْ دِينُكُمْ أَيْ جَزَاءُ دِينِكُمْ، وَلِيَ جَزَاءُ دِينِي. وَسَمَّى دِينَهُمْ دِينًا، لِأَنَّهُمُ اعْتَقَدُوهُ وَتَوَلَّوْهُ

“Dan makna “ Lakum dinukum Waliyadin” adalah bahwa balasan dalam agama kalian adalah bagi kalian, dan bagi saya balasan dari agama saya, disini disebutkan ajaran mereka dengan sebutan agama karena merupakan akidah dan mereka memberi kesetiaan kepadanya” (Tafsir Al Qurthubi, 20/229)

c. Syekh Mutawalli Asy Sya’rawi (1418 H)

Beliau menyebutkan dalam tafsirnya, bahwa ayat ini merupakan pemisah yang jelas antara tauhid dan syirik. Antara keduanya memiliki system yang berbeda, tak mungkin bertemu, tauhid merupakan sistem dimana manusia menuju Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dengan demikian perangkat-perangkat hidup baik akidah, syariah, akhlak dan adab terarah kepada tujuan utama yaitu Allah, yang dengannya tegak kehidupan. Beliau juga menyebutkan dalam ungkapan:

إن الجاهلية جاهلية , والاسلام اسلام, والفارق بينهما بعيد , والسبيل هو الخروج عن الجاهلية بجملتها إلى الاسلام بجملته , هو الانسلاخ من الجاهلية بكل ما فيها , والعودة إلى الاسلام بكل ما فيه

Sesungguhnya jahiliyah adalah kebodohan, Islam adalah keselamatan, keduanya memiliki perbedaan jauh, jalan keluarnya adalah meninggalkan jahiliyah secara totalitas lalu beralih kepada Islam secara totalitas, yaitu memisahkan diri dari kejahiliyahan secara menyeluruh dan kembali kepada Islam dengan segala yang ada didalamnya secara menyeluruh (Mutawally Asy Sya’rawi, Tafsir Asy Sya’rawi, 631-632)

d. Sayid Qutub (1966M)

Beliau menyebutkan dalam Az Zilal:

ولقد كانت هذه المفاصلة ضرورية لإضاح معالم الاختلاف الجوهري الكامل الذي يستحيل معه اللقاء على شيء في منتصف الطريق , الاختلاف في جوهر الاعتقاد , و أصل التصوير و حقيقة منهج وطبيعة الطريق

“Sungguh ini merupakan pemisah yang sangat penting, untuk menjelaskan perbedaan yang nyata dan sempurna yang tak mungkin keduanya bertemu di pertengahan jalan, perbedaan akidah yang jelas, pokok-pokok sketsa kebenaran system dan tabiat perjalanan. (Fi Zilalil Qur’an, 3992)

📓 4⃣ Kesimpulan

✅ Haram hukumnya mencampur adukkan ibadah dan kekafiran juga termasuk mencampur adukkan agama.

✅ Tauhid adalah totalitas penghambaan kepada Allah, sedangkan kafir adalah pembangkangan kepada Allah.

✅ Setiap orang akan diperhitungkan sesuai amal dan agamanya masing-masing, tak kan berpengaruh diantaranya kecuali ada sebab-sebab tertentu seperti hutang piutang.

و الله أعلم

🍂🌱🌿☘🍀🎍🎋🍃
🖊 Fauzan Sugiyono Lc, M.A.

PRIBADI-PRIBADI TERBAIK MENURUT STANDAR AL QURAN DAN AS SUNNAH

💥💦💥💦💥💦

Berikut ini adalah manusia-manisia terbaik menurut standar Allah Ta’ala dan RasulNya. Semoga kita termasuk di dalamnya. Amiin.

1⃣ Orang beriman dan beramal shalih

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah Sebaik-baik makhluk. (QS. Al Bayyinah: 7)

Imam Ibnu Katsir berkata:

وقد استدل بهذه الآية أبو هريرة وطائفة من العلماء، على تفضيل المؤمنين من البرية على الملائكة

Abu Hurairah dan segolongan ulama telah berdalil dengan ayat ini bahwa kaum beriman di kalangan manusia lebih uatam dibanding malaikat. (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 8/458)

2⃣ Orang kaya tapi taat kepada Allah Ta’ala

وَوَهَبْنَا لِدَاوُودَ سُلَيْمَانَ نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ

Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, Dia adalah sebaik- baik hamba. Sesungguhnya Dia Amat taat (kepada Tuhannya). (QS. Shad: 30)

3⃣ Orang Yang Ditimpa ujian (penyakit, miskin, musibah) tapi Bersabar dan Taat

إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ

Sesungguhnya Kami dapati Dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah Sebaik-baik hamba. Sesungguhnya Dia Amat taat (kepada Tuhan-nya). (QS. Shad: 44)

4⃣ Para sahabat nabi dan orang yang mengikuti jejak mereka

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

Kalian adalah umat yang terbaik dikeluarkan untuk manusia, memerintahkan yang ma’ruf, mencegah yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali ‘Imran: 110)

Siapakah umat terbaik dalam ayat ini? Abdullah bin Abbas Radhiallahu ‘Anhuma mengatakan: “Mereka adalah para sahabat nabi yang berhijrah bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dari Mekkah ke Madinah.” (Musnad Ahmad No. 2463. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: hasan. Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 6164, katanya: shahih. Disepakati Adz DZahabi)

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan:

وَالصَّحِيحُ أَنَّ هَذِهِ الْآيَةَ عامةٌ فِي جَمِيعِ الْأُمَّةِ، كُلُّ قَرْن بِحَسْبِهِ، وَخَيْرُ قُرُونِهِمُ الَّذِينَ بُعثَ فِيهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلونهم، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

Yang benar adalah ayat ini berlaku secara umum bagi semua umat ini (Islam), setiap masing-masing zaman, dan sebaik-baik zaman mereka adalah manusia yang ketika itu pada mereka diutus Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kemudian yang mengikuti mereka, kemudian yang mengikuti mereka. (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 2/94)

Demikianlah generasi sahabat, dan kita pun bisa menjadi khairu ummah sebagaimana mereka jika sudah memenuhi syarat-syarat seperti mereka. Imam Ibnu Jarir, meriwayatkan dari Qatadah, bahwa Umar Radhiallahu ‘Anhu berkhutbah ketika haji:

مَنْ سَرَّه أَنْ يَكُونَ مِنْ تِلْكَ الْأُمَّةِ فَلْيؤدّ شَرْط اللَّهِ فِيهَا

Barang siapa yang suka dirinya menjadi seperti umat tersebut maka penuhilah syarat yang Allah tentukan dalam ayat itu. (Tafsir Ath Thabari, 7/102)

Ayat ini diperkuat oleh hadits berikut:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

Sebaik-baiknya manusia adalah zamanku, kemudian setelahnya, kemudian setelahnya. (HR. Bukhari No. 2652)

Tentunya maksud manusia pada zaman nabi adalah manusia yang beriman kepadanya di zamannya, yaitu para sahabatnya. Bukan kaum munafiq dan kaum kafir yang hidup di zamannya.

5⃣ Paling konsisten terhadap kewajiban

«إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحْسَنُكُمْ قَضَاءً»

Sesungguhnya yang terbaik di antara kamu adalah yang paling bagus qadha-nya. (HR. Bukhari No. 2305, Muslim No. 1601, dari Abu Hurairah)

Maksud “qadha” adalah yang paling konsisten menepati kebenaran dan kewajiban yang ada padanya. (Ta’liq Mushthafa Al Bugha, 2/809)

6⃣ Terbaik pada masa jahiliyah dan Islam

«فَخِيَارُكُمْ فِي الجَاهِلِيَّةِ خِيَارُكُمْ فِي الإِسْلاَمِ إِذَا فَقُهُوا»

Sebaik-baiknya kalian pada masa jahiliyah adalah yang terbaik di antara kalian pada masa Islam, jika mereka paham agama.

(HR. Bukhari No. 3384, dari Abu Hurairah)

7⃣ Paling Bagus Akhlaknya

«إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقًا»

Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya. (HR. Bukhari No. 3559, dari Ibnu Umar, Muslim No. 2321, dari Ibnu Amr. Ini lafaz Bukhari)

8⃣ Mempelajari Al Quran dan Mengajarkannya

«خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ»

Sebaik-baiknya kalian adalah yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya. (HR. Bukhari No. 5027, dari Utsman)

9⃣ Manusia yang panjang umur dan amalnya semakin baik

” أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِكُمْ؟ “، قَالُوا: نَعَمْ يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: ” خِيَارُكُمْ أَطْوَلُكُمْ أَعْمَارًا، وَأَحْسَنُكُمْ أَعْمَالًا “

Maukah aku tunjukkan manusia terbaik di antara kalian? Mereka menjawab: “Ya, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Manusia terbaik di antara kamu adalah yang paling panjang usianya dan semakin baik amalnya.” (HR. Ahmad No. 7212, dari Abu Hurairah. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: shahih lighairih. Al Hakim, Al Mustadrak No. 1255, katanya: shahih sesuai syarat Syaikhan (Bukhari-Muslim) )

🔟 Manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya

وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. (HR. Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Awsath No. 5787. Al Qudha’i, Musnad Syihab No. 129. Dihasankan Syaikh Al Albani. Lihat Shahihul Jami’ No. 6662)

1⃣1⃣ Manusia yang paling tenang, khusyu, dan tuma’ninah ketika shalat

«خِيَارُكُمْ أَلْيَنُكُمْ مَنَاكِبَ فِي الصَّلَاة»

Sebaik-baiknya kamu adalah yang paling lentur bahunya ketika shalat. (HR. Abu Daud No. 672. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani. Lihat Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud No. 672)

Maksud hadits ini adalah mereka yang shalatnya tenang, tuma’ninah, khusyu, tidak menoleh, dan tidak mengganggu bahu saudaranya. (Imam Al Khathabi, Ma’alimus Sunan, 1/184. Lihat juga Imam Al Munawi, Faidhul Qadir, 3/466, Imam Al ‘Aini, Syarh Sunan Abi Daud, 3/221)

1⃣2⃣ Suami yang terbaik sikapnya terhadap istrinya

خيركم خيركم لأهله وأنا خيركم لأهلي

Sebaik-baik kamu adalah yang terbaik terhadap istrinya, dan aku yang terbaik terhadap istriku. (HR. At Tirmidzi No. 3895, dari ‘Aisyah. Imam At Tirmidzi berkata: hasan shahih. Imam Ibnu Majah No. 1977, dari Ibnu Abbas, Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No. 15699, Ibnu Hibban No. 4177. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ No. 3314)

1⃣3⃣ Manusia yang tidak suka mengusik dan menyakiti saudaranya

قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الإِسْلاَمِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ، وَيَدِهِ»

Mereka bertanya: Wahai Rasulullah, Islam apakah yang paling utama? Beliau bersabda: “Yaitu orang yang muslim lainnya aman dari lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari No. 11, Muslim No. 42, dari Abu Musa Al Asy’ari)

Demikian. Wallahu A’lam

🍃🌻🌺☘🌷🌾🌸🌴

✏ Farid Nu’man Hasan

scroll to top