Segalanya Tentang Kematian (Bag. 1)

💢💢💢💢💢💢💢

1⃣ Muqadimah

Setiap yang hidup akan mengalami kematian. Itulah ketetapan Allah ﷻ atas semua makhlukNya, masing-masing makhluk ada jadwal kematiannya. Kematian merupakan tanda dan etape berakhirnya dia bersama dunianya, keluarganya, sanak saudaranya, kawannya, dan menemui kehidupan baru; alam barzakh.

Allah ﷻ berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

Setiap jiwa akan merasakan kematian. (QS. Ali ‘Imran: 185)

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh … (QS. An Nisa: 78)

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (QS. Ar Rahman: 26-27)

Dan masih banyak ayat lain yang senada. Ada pun dalam hadits Nabi ﷺ, juga tidak sedikit yang membicarakan kematian, Di antaranya:

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

أكثروا ذكر هاذم اللذات يعني الموت

Perbanyaklah kalian mengingat pemutus segala kenikmatan, yaitu kematian.

(HR. At Tirmidzi No. 2307. Imam At Tirmidzi berkata: hasan. Ibnu Majah No. 4258)

Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma:

أن رجلا قال للنبي صلى الله عليه وسلم أي المؤمنين أفضل قال أحسنهم خلقا قال فأي المؤمنين قال أكثرهم للموت ذكرا وأحسنهم له استعدادا أولئك الأكياس

Ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi ﷺ : “Mu’min bagaimanakah yang paling utama?” Beliau bersabda: “Yang paling baik akhlaknya.” Dia bertanya lagi: “Mu’min bagaimanakah yang paling cerdas?” Beliau bersabda: “Yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapan untuk kematian, merekalah orang yang cerdas.”

(HR. Al Baihaqi, Syu’abul Iman No. 7627. Ibnu Majah No. 4259, Imam Al ‘Iraqiy bekata: sanadnya jayyid. Lihat Takhrijul Ihya No. 3236)

Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Ahuma: “Rasulullah ﷺ memegang pundakku dan bersabda:

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ

Jadilah kau di dunia seolah orang asing atau sekedar lewat saja. (HR. Bukhari No. 6416)

Sementara dalam lafaz Imam At Tirmidzi (No. 2333) dan Imam Ath Thabarani (Al Kabir No. 13538) ada tambahan:

..وعد نفسك في أهل القبور

….. dan anggaplah dirimu sebagai penghuni kubur.

Dan masih banyak lainnya ……

Pembicaraan manusia terhadap kematian sama tuanya dengan kehidupan itu sendiri. Oleh karena itu, semua agama dan peradaban membicarakannya. Ini menunjukkan kebutuhan manusia terhadap mengingat kematian sangatlah penting. Saat ketamakan menguasai, nafsu mendominasi, obsesi tiada henti, mengerasnya hati, kesedihan yang menjadi-jadi .. mengingat kematianlah obat yang dapat menghentikan laju itu semua.

Imam Badruddin Al ‘Ainiy Rahimahullah menceritakan dari Imam Ibnu Baththal Rahimahullah:

قد حفر جماعة من الصالحين قبورهم قبل الموت بأيديهم ليتمثلوا حلول الموت فيه

Segolongan orang-orang shalih telah menggali kubur mereka sendiri sebelum kematian, agar mereka bisa mengumpamakan kematiannya sendiri di dalamnya. (‘Umdatul Qari, 12/256)

2⃣ Jangan Berharap Kematian Hanya Karena Musibah Dunia

Tidak sedikit manusia yang ingin cepat-cepat mati karena musibah yang menimpanya, yang berawal dari putus asa karena kegetiran persoalan. Ingin cepat mati bukan karena rindu akhirat, rindu kepada Allah ﷻ .. bukan itu.

Harapan seperti ini terlarang, sebagaimana yang tertera dalam hadits berikut:

Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

لَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ مِنْ ضُرٍّ أَصَابَهُ فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ فَاعِلًا فَلْيَقُلِ اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتِ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي إِذَا (مَا) كَانَتِ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي

Janganlah salah seorang kamu mengharapkan kematian hanya karena musibah yang menimpanya, kalau pun ingin melakukan itu, katakanlah: “Ya Allah, hidupkanlah aku jika hidup itu memang baik bagiku, dan wafatkanlah aku jika wafat itu memang baik bagiku.” (HR. Al Bukhari No. 5671, Muslim No. 2680)

Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah mengatakan:

“من ضر أصابه” حمله جماعة من السلف على الضر الدنيوي فإن وجد الضر الأخروي بأن خشي فتنة في دينه لم يدخل في النهي

Perkataan “karena musibah yang menimpanya” maksudnya menurut tafsir segolongan ulama salaf adalah musibah duniawi, sedangkan jika dia mendapatkan musibah ukhrawi (akhirat) karena takut fitnah yang menimpa agamanya, maka itu tidak termasuk larangan dalam hadits ini.

(Imam Ibnu Hajar, Fathul Bari, 10/128)

Dalam hadits ini disebutkan jalan keluarnya, yaitu minta yang terbaik. Jika hidup itu baik bagi kita, maka tetaplah minta hidup, namun jika kematian lebih baik bagi kita, maka mintalah kematian.

3⃣ Minta Husnul Khatimah

Bagaimana cara kita mati? Itu adalah rahasia Allah ﷻ, Dia yang punya kehendak dan kuasa penuh atas cara dan bagaimana kematian kita. Tapi, walau demikian, kita diperbolehkan meminta kepada Allah ﷻ untuk meminta kepadaNya cara mati yang baik, yaitu Husnul Khatimah.

Nabi ﷺ bersabda:

مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الشَّهَادَةَ بِصِدْقٍ بَلَّغَهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ

Barang siapa yang berdoa kepada Allah meminta mati syahid dengan jujur, maka Allah akan sampaikan dia pada derajat syuhada walau dia mati di atas ranjangnya.
(HR. Muslim No. 1909)

Umar Radhiallahu ‘Anhu berdoa:

اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي شَهَادَةً فِي سَبِيلِكَ وَاجْعَلْ مَوْتِي فِي بَلَدِ رَسُولِكَ

Ya Allah, rezekikanlah aku mati syahid di jalanMu, dan jadikanlah kematianku di negeri RasulMu. (HR. Bukhari No. 1890)

Bersambung …

☘🎋🍃🌷🌻🌺🌸🌵

✍ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top