Hakikat Seorang Faqih

💦💥💦💥💦💥

Imam Asy Syafi’i Rahimahullah berkata:

إن الفقيـه هو الفقيـه بفعلـه ليس الفقيه بنطقه ومقالـه

“Sesungguhnya, seorang faqih (paham agama) adalah orang yang faqih dengan perbuatannya, bukanlah seorang faqih itu dengan ucapan dan perkataannya.”

🌴🌻🍃☘🌺🌷🌸🌾

✏ Farid Nu’man Hasan

Kesalahan Ijtihad Bukan Berarti Sesat

💦💥💦💥💦💥

📌 Jika Kesalahan Ijtihad Dikatakan Sesat dan Bid’ah maka Sedikit sekali jumlah manusia yang selamat saat ini …

Kekerasan itu bukan hanya terjadi dalam rumah tangga, jalanan, lapangan sepak bola, tawuran pelajar … ternyata kekerasan juga terjadi dalam dunia ijtihad.

Tidak ragu lagi, ada perkara dalam agama ini yang jelas dan qath’i (pasti), sehingga sikap kita adalah terima jadi dengan sepenuh hati, tidak boleh ditawar dengan akal kita dan tidak ada kata lain.

Ada juga yang zhanniy (dugaan), sehingga memungkinkan beragamnya tafsir. Di sinilah ruang ijtihad. Siapa pun -selama memenuhi syarat sebagai mujtahid- dia boleh berijtihad. Hasilnya bisa salah dan bisa benar. Jika benar, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menghargai dengan dua pahala, jika salah, satu pahala. Sebagaimana tertera dalam hadits Muttafaq ‘Alaih.

Tapi, hari ini sangat menyedihkan … perbedaan produk ijtihad dalam menghukumi dan menilai suatu perkara, baik ibadah dan muamalah, sering berakhir dengan “kekerasan.” Menuduh sesat, fasiq, bahkan kafir dan murtad, kepada orang yang berbeda ijtihadnya.

Berkata Imam Syamsuddin Adz Dzahabi Rahimahullah:

فليعذر من تأول بعض الصفات.
وأما السلف، فما خاضوا في التأويل، بل آمنوا وكفوا، وفوضوا علم ذلك إلى الله ورسوله، ولو أن كل من أخطأ في اجتهاده مع صحة إيمانه، وتوخيه لاتباع الحق أهدرناه، وبدعناه، لقل من يسلم من الائمة معنا. رحم الله الجميع بمنه وكرمه.

Maka, hendaknya memaafkan orang yang menakwikan sebagian sifat-sifat Allah. Ada pun kaum salaf, mereka tidak melakukan ta’wil, tetapi mereka mengimaninya, menahan diri, mentafwidh (mengembalikan ilmu hal itu) kepada Allah dan RasulNya.

Jika semua kesalahan dalam ijtihad seseorang – dan dia seorang yang benar keimanannya dan tunduk kepada kebenaran- mesti kita jadikan acuan untuk menumpahkan darahnya dan menyebutnya ahli bid’ah, maka begitu sedikit para imam yang bersama kita selamat dalam hal itu.

📚 Imam Adz Dzahabi, Siyar A’lam An Nubala, 14/376. Cet.9, 1993M-1413H. Muasasah Ar Risalah. Beirut

📓📕📗📘📙📔📒

✏ Farid Nu’man Hasan

Makmum Masbuq Ikut Ruku’-nya Imam, Sudah Dapat Rakaat

▫▪▫▪▫▪▫▪

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum ustadz,izin bertanya,apakah sudah dapat 1rakaat,ketika makmum masbuq langsung ikut gerakan imam saat imam sedang ruku’?juga ketika mendapati imam sedang qunut?maaf kalo sudah pernah dibahas.

📬 JAWABAN

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah ..

Menurut mayoritas ulama, bergabung dengan jamaah shalat disaat imam ruku’ dan belum bangun dari ruku’nya, itu telah mendapatkan rakaat.

Hal ini berdasarkan hadits:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا جِئْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ وَنَحْنُ سُجُودٌ فَاسْجُدُوا وَلَا تَعُدُّوهَا شَيْئًا وَمَنْ أَدْرَكَ الرَّكْعَةَ فَقَدْ أَدْرَكَ الصَّلَاةَ

Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika kalian datang untuk menunaikan shalat, sedangkan kami dalam keadaan sujud, maka ikutlah bersujud, dan janganlah kalian menghitungnya satu raka’at, dan barangsiapa mendapatkan ruku’, berarti dia telah mendapatkan shalat (satu raka’at -pent).” (HR. Abu Daud no. 893, Hasan)

Syaikh Abu Bakar bin Jabir Al Jazairiy mengatakan:

تثبت الركعة للمأموم إذا أدرك الإمام راكعا فركع معه قبل أن يرفع الإمام من روعه

Seorang makmum telah mendapat rakaat jika dia mendapatkan imam sedang ruku’ lalu dia ruku’ bersama imam sebelum imam bangun dari ruku’nya. (Minhajul Muslim, Hal. 184-185)

Imam Al ‘Ainiy Rahimahullah mengatakan:

وقال قتادة وحميد: إذا وضع يديه على ركبتيه قبل أن يرفع الإمام رأسه فقد أدرك، وإن رفع الإمام قبل أن يضع يدَيْه على ركبتيه فإنه لا يعتد بها. وقال ابن سيرين: إذا أدرك تكبيرةً يدخل بها في الصلاة وتكبيرة للركوع، فقد أدرك تلك الركعةَ

Berkata Qatadah dan Humaidi: “Jika meletakkan kedua angannya di lututnya sebelum imam bangun maka dia telah dapat rakaat, tapi jika imam sudah bangun dan dia belum meletakkan kedua tangannya di lututnya maka dia tidak mendapatkannya.”

Ibnu Sirin mengatakan: “Jika dia mendapatkan takbir yg dengannya dia masuk shalat dan takbir ruku’ maka dia dapat rakaat tersebut.” (Syarh Abi Daud, 4/106)

Ada pun jika bergabungnya saat imam sedang qunut, maka belum mendapatkan rakaat sebab imam sudah bangun dari ruku’nya. Walau sebagian kecil ulama tetap ada yg mengatakan dapat rakaat selama imam belum sujud.

Demikian. Wallahu a’lam

🌻☘🌿🌸🍃🍄🌷💐

✍ Farid Nu’man Hasan

Jika Wanita Shalat Jumat, Apakah Mesti Shalat zhuhur juga?

◼◽◼◽◼◽

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaykum warrahmatullahi wabarakatuuh
Ustad, barakallahu fiik

Afwan ustad, bgmn hukumnya wanita ikut sholat jum’at???? Apakah jika ikut sholjum, dia harus sholat dhuhur lgi????
Mho penjelasan dr ustad
Syukran jazaakallah khayran (+62 878-8734-xxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Wanita tidak wajib shalat Jumat, berdasarkan hadits berikut:

عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْجُمُعَةُ حَقٌّ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ فِي جَمَاعَةٍ إِلَّا أَرْبَعَةً عَبْدٌ مَمْلُوكٌ أَوْ امْرَأَةٌ أَوْ صَبِيٌّ أَوْ مَرِيضٌ

Dari Thariq bin Syihab Radhiallahu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ, Beliau bersabda: “Shalat Jumat adaah kewajiban atas setiap muslim secara berjamaah, kecuali empat orang: hamba sahaya, WANITA, anak-anak, dan orang sakit.”

(HR. Abu Daud, No. 1069, Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubra No. 5368, Ad Daruquthni, 2/3, dll. Imam An Nawawi mengatakan: shahih, sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim. Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: lebih satu orang yang menshahihkannya. (Fiqhus Sunnah, 1/303) )

Untuk ketidakwajiban wanita shalat Jumat, telah menjadi ijma’ (konsensus) para fuqaha, sedangkan hamba sahaya diperselisihkan kewajibannya.

Al Hasan dan Qatadah mengatakan hamba sahaya wajib shalat Jumat jika sedang di luar, dan ini jupa pendapat Al Auza’i, dan Daud.

Begitu pula bagi musafir, mayoritas ulama mengatakan tidak wajib shalat Jumat, sedangkan bagi Az Zuhri, Ibrahim An Nakha’i tetap wajib shalat Jumat jika dia mendengar azan shalat Jumat. (Lihat semua dalam Ma’alim As Sunan, 1/243)

Syaikh Sayyid Sabiq mengatakan wanita dan anak-anak disepakati ketidakwajibannya. (Fiqhus Sunnah, 1/302)

Dengan kata lain, kewajiban bagi wanita adalah shalat zhuhur sebagaimana hari-hari lainnya. Tapi, tidak wajib bukan berarti tidak boleh, mereka tetap boleh shalat Jumat bersama kaum laki-laki, dan itu sudah menggugurkan kewajiban zuhurnya.

Dari Ibnu Umar, Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

من أتى الجمعة من الرجال والنساء فليغتسل , ومن لم يأتها فليس عليه غسل من الرجال والنساء

Barang siapa yang mendatangi shalat Jumat, baik pria dan wanita maka hendaknya mandi. Barang siapa yang tidak shalat Jumat, maka tidaklah mandi baik pria dan wanita.

(HR. Al Baihaqi. Imam An Nawawi mengatakan hadits ini SHAHIH. (Ibid) Imam Ibnul Mulaqin juga mengatakan SHAHIH. (Badrul Munir, 4/649)

Dalam hadits di atas menunjukkan bahwa:

– Wanita juga boleh shalat Jumat

– Disunnahkan mandi jika ingin shalat Jumat

– Bagi Tidak shalat Jumat tidak dianjurkan mandi

Kemudian .., tidak dibenarkan bagi wanita yang sudah shalat Jumat dia mengulangi lagi dgn shalat zhuhurnya, sebab itu mengada-ada.

Syaikh Abdullah Al Faqih Hafizhahullah mengatakan:

ولا يشرع للمرأة إذا صلت الجمعة أن تعيد الظهر بعدها وقد بينا حكم صلاة الظهر بعد الجمعة وأنه من الأمور المحدثة

Tidak disyaratkan bagi wanita jika sudah shalat Jumat dia mengulangi dgn zuhur setelahnya. Kami telah jelaskan hukum shalat zhuhur setelah shalat Jumat termasuk perkara yang baru (bid’ah).

(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 130032)

Demikian. Wallahu a’lam

🌻☘🌿🌸🍃🍄🌷💐

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top