Masalah Kepemimpinan, Tidak Penting?

▪▫▪▫▪▫

📨 PERTANYAAN:

Tadz .. tanya dong, saya habis lihat video kajian, ustadznya dan penanyanya nyinyir banget ama gerakan “ganti presiden”, katanya tidak penting, itu urusan dunia, salaf itu ngaji saja ..dst, emang bener pemahaman salaf kaya gitu? (boy2159)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Bismillahirrahmanirrahim ..

Masalah kepemimpinan dan kekuasaan itu sangat penting, sebagaimana ditunjukkan sejumlah dalil dan perkataan para ulama salaf dan khalaf.

Kita menyayangkan sikap “sekuler hijau” yaitu berat agama tapi lupa urusan dunia. Sebagaimana kita juga tidak menerima “sekuler merah” orang yang berat dengan dunia tapi lupa akhirat. Islam tidak mengenal ketidakseimbangan seperti itu.

Dalam Al Qur’an, Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk mentaati Allah, RasulNya, dan Ulil Amri. (QS. An Nisa: 59), ini sudah menunjukkan kedudukan pentingnya seorang pemimpin ..

Dalam hadits, Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

إذا كان ثلاثة في سفر فليؤمروا أحدهم

“Jika ada tiga orang melakukan perjalanan maka angkatlah salah seorang mereka sebagai pemimpin.” (HR. Abu Daud No. 2608, Shahih. Lihat Shahihul Jami’ No. 763)

Jika sekedar jalan-jalan saja penting adanya pemimpin, apalagi kehidupan yang lebih luas?

Diriwayatkan, dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

السلطان ظل الله في الأرض

Pemimpin adalah naungan Allah di muka bumi.

(Dihasankan oleh As Sakhawiy dalam Al Maqashid Al Hasanah)

Begitu pula hadits-hadits tentang pemimpin yang adil, dampak buruk pemimpin yang zalim, dan semisalnya ..

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ:الإِمَامُ العَادِلُ ….

Ada tujuh manusia yang akan Allah naungi dalam naunganNya di hari yang tidak ada naungan selain naunganNya, yaitu: pemimpin yang adil … (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi bersabda:

ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

Ada tiga manusia yang doanya tidak ditolak, yaitu pemimpin yang adil, orang berpuasa sampai dia berbuka, dan doa orang teraniaya.

(HR. Ahmad No. 8043. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: shahih. Ta’liq Musnad Ahmad No. 8043)

Para sahabat pun begitu perhatian dengan masalah kepemimpinan ..

Di antaranya, kita perhatikan perkataan ‘Utsman bin ‘Affan Radhiallahu ‘Anhu berikut:

يزع الله بالسلطان أكثر مما يزع بالقرآن

Allah menghilangkan kemungkaran melalui penguasa lebih banyak dibanding melalui Al Quran. (Hikam wa Aqwaal Ash Shahabah)

Dalam keterangan lain, ‘Utsman Radhiallahu ‘Anhu juga berkata:

إنَّ اللَّهَ لَيَزَعُ بِالسُّلْطَانِ مَا لَا يَزَعُ بِالْقُرْآنِ

Sesungguhnya, Allah akan benar-benar menghilangkan kemungkaran melalui tangan penguasa, yang tidak bisa dihilangkan oleh Al Quran. (Al Hisbah, Hal. 326)

Kita lihat, bisa jadi tanda tangan penguasa daerah untuk melarang miras/khamr melalui perda yang disahkannya lebih efektif dibanding ribuan khutbah para khatib tentang miras, sebab belum tentu pemabuknya juga ikut shalat Jumat. Penguasa bisa memaksa bagi yang melanggar, sementara para khatib dibatasi oleh: fadzakkir innama anta mudzakkir lasta ‘alaihim bimushaithir – berilah peringatan, tugasmu adalah hanya memberikan peringatan, kamu tidak ada kekuasaan/memaksa mereka.

Oleh karena itu, betapa pentingnya pemimpin yang shalih dan berani, yang takut kepada Allah dan wajahnya sering terbasuh wudhu, juga membimbing, mengurus, dan menjadi contoh bagi rakyatnya.

Bahkan ini salah satu kewajiban besar dalam agama, perhatikan penjelasan brilian dari salah satu ulama Islam berikut ini.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah menjelaskan dengan begitu apik:

يجب أن يعرف أن ولاية أمر الناس من أعظم واجبات الدين بل لا قيام للدين ولا للدنيا إلا بها . فإن بني آدم لا تتم مصلحتهم إلا بالاجتماع لحاجة بعضهم إلى بعض ، ولا بد لهم عند الاجتماع من رأس حتى قال النبي صلى الله عليه وسلم : « إذا خرج ثلاثة في سفر فليؤمّروا أحدهم » . رواه أبو داود ، من حديث أبي سعيد ، وأبي هريرة .
وروى الإمام أحمد في المسند عن عبد الله بن عمرو ، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : « لا يحل لثلاثة يكونون بفلاة من الأرض إلا أمروا عليهم أحدهم » . فأوجب صلى الله عليه وسلم تأمير الواحد في الاجتماع القليل العارض في السفر ، تنبيها بذلك على سائر أنواع الاجتماع . ولأن الله تعالى أوجب الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر ، ولا يتم ذلك إلا بقوة وإمارة . وكذلك سائر ما أوجبه من الجهاد والعدل وإقامة الحج والجمع والأعياد ونصر المظلوم . وإقامة الحدود لا تتم إلا بالقوة والإمارة ؛ ولهذا روي : « إن السلطان ظل الله في الأرض » ويقال ” ستون سنة من إمام جائر أصلح من ليلة واحدة بلا سلطان ” . والتجربة تبين ذلك . ولهذا كان السلف – كالفضيل بن عياض وأحمد بن حنبل وغيرهما- يقولون : لو كان لنا دعوة مجابة لدعونا بها للسلطان

“Wajib diketahui, bahwa kekuasaan kepemimpinan yang mengurus urusan manusia termasuk KEWAJIBAN AGAMA YANG PALING BESAR, bahkan agama dan dunia tidaklah tegak kecuali dengannya. Segala kemaslahatan manusia tidaklah sempurna kecuali dengan memadukan antara keduanya (agama dan kekuasaan), di mana satu sama lain saling menguatkan. Dalam perkumpulan seperti inilah diwajibkan adanya kepemimpinan, sampai-sampai Nabi ﷺ mengatakan: “Jika tiga orang keluar bepergian maka hendaknya salah seorang mereka menjadi pemimpinnya.” Diriwayatkan Abu Daud dari Abu Said dan Abu Hurairah.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya dari Abdullah bin Amru, bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Tidak halal bagi tiga orang yang berada di sebuah tempat di muka bumi ini melainkan mereka menunjuk seorang pemimpin di antara mereka.”

Rasulullah ﷺ mewajibkan seseorang memimpin sebuah perkumpulan kecil dalam perjalanan, demikian itu menunjukkan juga berlaku atas berbagai perkumpulan lainnya. Karena Allah Ta’ala memerintahkan amar ma’ruf dan nahi munkar, dan yang demikian itu tidaklah sempurna melainkan dengan kekuatan dan kepemimpinan.

Demikian juga kewajiban Allah lainnya seperti jihad, menegakkan keadilan, haji, shalat Jumat hari raya, menolong orang tertindas, dan menegakkan hudud. Semua ini tidaklah sempurna kecuali dengan kekuatan dan imarah (kepemimpinan). Oleh karena itu diriwayatkan: “Sesungguhnya sultan adalah naungan Allah di muka bumi.”

Juga dikatakan: “Enam puluh tahun bersama pemimpin zalim masih lebih baik dibanding semalam saja tanpa pemimpin.” Pengalaman membuktikan hal itu.

Oleh karena itu, para salaf – seperti Al Fudhail bin ‘Iyadh dan Ahmad bin Hambal serta yang lain- mengatakan: “Seandainya kami memiliki doa yang mustajab, niscaya akan kami doakan pemimpin.”

(Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, As Siyasah Asy Syar’iyyah, Hal. 169. Mawqi’ Al Islam)

Ucapan Imam Ibnu Taimiyah ini membantah telak perkataan pihak yang mengatakan kepemimpinan itu urusan dunia yang tidak penting. Aktif di majelis ta’lim bukan berarti tidak peduli dengan urusan keumatan, dan jelas itu bukan jalan salaf.

Kemudian ..

Hujjatul Islam, Imam Al Ghazali Rahimahullah berkata:

فإن الدنيا مزرعة الآخرة، ولا يتم الدين إلا بالدنيا. والملك والدين توأمان؛ فالدين أصل والسلطان حارس، وما لا أصل له فمهدوم، وما لا حارس له فضائع، ولا يتم الملك والضبط إلا بالسلطان

“Sesungguhnya dunia adalah ladang bagi akhirat, tidaklah sempurna agama kecuali dengan dunia. Kekuasaan dan agama adalah saudara kembar; agama merupakan pondasi dan penguasa adalah penjaganya. Apa saja yang tidak memiliki pondasi akan hancur, dan apa saja yang tidak memiliki penjaga akan hilang. Dan tidaklah sempurna kekuasaan dan hukum kecuali dengan adanya pemimpin.”

(Ihya ‘Ulumuddin, 1/17. Mawqi’ Al Warraq)

Demikian. Saya kira ini sudah cukup mengoreksi. Benar bahwa masalah ini bukan masalah aqidah tapi bukan berarti dengan seenaknya dikatakan tidak penting dan meremehkannya, apalagi hanya karena isu-isu yang ada berasal dari kalangan gerakan Islam yang memang tidak disukainya. Sehingga pertimbangannya bukan lagi ilmu, tapi like n dislike semata.

Wallahu A’lam

🍃🌾🌸🌻🌴🌺☘🌷

✏ Farid Nu’man Hasan

Hukum Hormat Bendera

▪▫▪▫▪▫

📨 PERTANYAAN:

Afwan Ust.,. Mau nanya tentang pandangan Islam mengenai penghormatan bendera saat upacara… krn ada yg berpendapat mengikuti cara org kafir…
Syukron (+62 812-5764-xxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Bismillah wal hamdulillah ..

Masalah penghormatan kepada bendera para ulama berselisih pendapat.

📌 Pertama, pihak yang melarang

Mereka menganggap ini adalah bid’ah, tasyabbuh bil kuffar (menyerupai orang kafir).

Fatwa Al lajnah Ad Daimah, di kerajaan Arab Saudi, bahwa penghormatan kepada bendera adalah bid’ah. Berikut ini fatwanya:

لا تجوز تحية العلم، بل هي بدعة محدثة، وقد قال النبي صلى الله عليه وسلم: « من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد » رواه البخاري ومسلم

Tidak boleh menghormati bendera, bahkan itu adalah bid’ah, dan nabi ﷺ telah bersabda: “Barang siapa yang mengada-ada hal yang baru dalam urusan kami ini maka itu tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim).

(Fatwa No. 5963)

Dalam fatwa yang lain, Al Lajnah Ad Daimah menganggap penghormatan bendera adalah tasyabbuh bil kuffar (menyerupai orang kafir). Berikut ini fawanya:

لا يجوز تحية العلم، ويجب الحكم بشريعة الإسلام والتحاكم إليها، ولا يجوز للمسلم أن يحيي الزعماء أو الرؤساء تحية الأعاجم، لما ورد من النهي عن التشبه بهم، ولما في ذلك من الغلو في تعظيمهم

Tidak boleh penghormatan kepada bendera, dan wajib berhukum dengan syaria Islam dan menerapkan hukum kepadanya, dan tidak boleh bagi seornag muslim menghornati para pemimpin dgn cara penghormatan orang ‘ajam (non Arab), sebab adanya larangan untuk menyerupai mereka, dan juga didalamnya ada bentuk melampaui batas dalam menghormati mereka.
(fatwa No. 6894)

Atau fatwa lainnya yang lebih lengkap:

لا يجوز للمسلم القيام إعظاماً لأي علم وطني ، أو سلام وطني ، بل هو من البدع المنكرة التي لم تكن في عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم ، ولا في عهد خلفائه الراشدين رضي الله عنهم ، وهي منافية لكمال التوحيد الواجب ، وإخلاص التعظيم لله وحده ، وذريعة إلى الشرك ، وفيها مشابهة للكفار ، وتقليد لهم في عادتهم القبيحة ، ومجاراة لهم في غلوهم في رؤسائهم ومراسيمهم ، وقد نهى النبي صلى الله عليه وسلم عن مشابهتهم أو التشبه بهم

Seorang muslim tidak boleh berdiri untuk menghormati bendera atau salam kebangsaan. Itu adalah bid’ah yg munkar yang tidak ada pada masa Nabi.ﷺ masa Khalifah yang empat. Itu dapat menghilangkan kesempurnaan tauhid yang wajib dan kemurnian dalam menganggungkan Allah satu-satunya, memunculkan syirik dan menyerupai orang kafir serta meniru mereka dalam tradisinya yang jelek dan berlebihan dalam menghormati penguasa. Padahal Rasulullah sudah melarang meniru dan menyerupai orang kafir.

(Fatwa no. 2123)

Sdgkan, Syaikh Muhammad Nasiruddin Al Albani Rahimahullah mengatakan:

هذه -لا شك- من التقاليد الأوروبية الكافرة، وقد نهينا عن تقليدهم بمناهي عامة وخاصة، ولا يجوز لأي دولة مسلمة حقاً أن تتبنى شيئاً من تقاليد الكفار

Hal ini – tidak ragu lagi- termasuk bentuk taklid kepada budaya Eropa yang kafir. Kita telah dilarang mengikuti mereka baik dengan larangan umum dan khusus, maka tidak dibolehkan bagi negera muslim mana pun untuk meniru orang-orang kafir.

(Al Ajwibah Al Albaniyah ‘alal As’ilah Al Kuwaitiyah, Hal. 1-2)

📌 Kedua. Pihak yang membolehkan

Mereka mengkritik pihak pertama. Menurut golongan ini, penghormatan bendera bukanlah masalah ibadah, dan tidak pantas dikatakan bid’ah. Serta bukan pula penyerupaan kepada orang kafir, sebab menghormati simbol negara tidaklah terlarang secara syariat.

Mufti Mesir, Syaikh Syauqi Ibrahim Abdul Karim ‘Allam Hafizhahullah mengatakan:

لا مانع شرعًا من تحية العلم والوقوف للسلام الوطني؛ فكِلاهُما تعبير عن الحب لرمز الوطن وعلامته وشعاره

Tidak terlarang secara syariat penghormatan bendera dan berdiri untuk salam kenegaraaan. Keduanya merupakan ungkapan rasa cinta kepada simbol tanah air dan syiar-syiarnya …

Beliau juga berkata:

ولا يمكن القول بأن هذا من التعظيم المحرم؛ لأن التعظيم الممنوع هو ما كان على وجه عبادة المعظَّم، كما لا يمكن القول بأنه من التشبه بغير المسلمين المنهي عنه شرعًا؛ فالتشبه إنما يحرم فيما يتعلق بعقائدهم وخصوصياتهم الدينية إذا قصد المسلمُ بها التشبه

Tidak mungkin ini dikatakan sebagai penghormatan yang diharamkan, sebab penghormatan yang dilarang itu adalah pengagungan dlm konteks ibadah, sebagaimana tidak mungkin juga disebut menyerupai non muslim yang telah dilarang oleh syariat, sebab tasyabbuh (penyerupaan) itu diharamkan dalam hal kaitannya dengan aqidah mereka, ciri khusus mereka yang duniawi, jika seorang muslim melakukannya memang bermaksud untuk menyerupai.

(Lihat: http://www.dar-alifta.org/AR/ViewFatwa.aspx?ID=11069)

Begitu pula fatwa dr Lajnah Al Fatwa Darul Ifta Al Mishriyah, mereka mengoreksi pihak yang mengatakan bahwa ta’zhim (pengagungan, pemuliaan) hanya hak Allah semata, dan menganggapnya ini pendapat yang batil ..

Penghormatan bendera sudah ada di masa Nabi ﷺ dan para Sahabatnya. Dalam perang Mu’tah Nabi ﷺ mengangkat Ja’far bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, dan Abdullah bin Rawahah, sebagai pemimpin pasukan dan pemegang bendera. Di masa itu tegaknya bendera merupakan tanda kejayaan dan kemenangan sebuah pasukan perang, oleh karena itu mereka sangat menjaganya .. zaman ini cara penghormatan tidak sama karena sudah berubahnya zaman.

Di akhir fatwa, tertulis:

فإن تحية العلم المعهودة أو الوقوف للسلام الوطني أمران جائزان لا كراهة فيهما ولا حرمة كما شغَّب به مَن لا علمَ له، فإذا كان ذلك في المحافل العامة التي يُعَدُّ فيها القيام بذلك علامة على الاحترام وتركه مشعرًا بترك الاحترام: فإن الوقوف يتأكَّد؛ فيتعيَّن فعلُه حينئذٍ؛ دفعًا لأسباب النفرة والشقاق، واستعمالا لحسن الأدب ومكارم الأخلاق

Penghormatan bendera dan salam kenegaraan adalah dua hal yang dibolehkan, tidak makruh dan tidak pula haram, sebagaimana pandangan picik orang yang tidak memiliki ilmu.

Jika hal itu dilakukan dalam proses umum yang dianggap bahwa berdiri adalah bagian dari penghormatan dan meninggalkannya bernilai tidak hormat, maka berdiri saat itu ditekankan. Sebagai pencegah dari sebab munculnya perpecahan, dan dalam rangka memakai adab yang baik dan akhlak yang mulia.

(Selesai)

Syaikh ‘Athiyah Saqr Rahimahullah mengatakan:

فتحية العلم بالنشيد أو الإشارة باليد في وضع معين إشعار بالولاء للوطن والالتفاف حول قيادته والحرص على حمايته، وذلك لا يدخل فى مفهوم العبادة له، فليس فيها صلاة ولا ذكر حتى يقال : إنها بدعة أو تقرب إلى غير الله

Menghormati bendera dengan lagu atau isyarat tangan, dalam situasi khusus itu menunjukkan loyalitas pada tanah air, bersatu di bawah kepemimpinannya, dan komitmen untuk mendukungnya. Sikap ini bukan termasuk dalam pengertian menyembah kepada bendera itu. Penghormatan bendera bukanlah shalat atau dzikir sampai-sampai ada yang bilang: “itu bid’ah atau ibadah pada selain Allah.”

Nah, pendapat kedua yg saya ikuti .. sebab memang masalah hormat bendera bukan ibadah, bukan pula tasyabbuh, secara umum ada dasar dalam sejarah Islam.

Hanya saja, jika ini dikaitkan dgn upacara bendera, maka mesti diperhatikan: jangan sampai ikhtilat, jangan pula cara doa meniru orang kafir dengan diiringi musik dan bernyanyi (mengheningkan cipta), tidak boleh memunculkan rasa Nasionalisme sempit seraya mendeskreditkan bendera tauhid ..

Demikian. Wallahu a’lam

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

Ikut Pakai Pink Karena Hari Valentine

▫▪▫▪▫▪

📨 PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum ustadz.. mohon pencerahannya.. 🙏🏻🙏🏻

Assalamualaikum Buu.. aku mau nanya sedikit sebentar sekelebat. Sebentar lagi kan ada valentine sm imlek ya Bu. Dikantor aku sebenernya ga ada perayaan yng gimana2 gitu, tp dihimbau untuk pake baju warna samaan gitu Bu. Ky pas valentine disuruh pada pake baju pink, pas imlek disuruh merah. Kalau kita ngikut pakai baju dgn warna yang dihimbau kaya gitu, terhitungnya kita ikut merayakan atau engga ya Bu?
Aku mau ikutan pake baju samaan biar pas foto jadi lucu, tp takut jadinya dosa karena ikutan perayaan gitu Bu. Baiknya gimana ya?(+62 821-1566-xxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah ..

Tentang sejarah perayaan Valentine sepertinya sudah diketahui, yaitu hukuman mati saat 14 Februari, kepada pendeta pembela perzinahan bernama St. Valentino ..

Kemudian manusia memperingatinya dgn sebutan hati kasih sayang. Warna yg dipilih untuk memperingatinya adalah pink. Ini sdh menjadi “brand” atau ciri khusus.

Maka, sangat terlarang bagi muslim dan muslimah ikut-ikutan, walau sekedar ikut memakai pakaian pink tsb, sebab itu bentuk pengakuan, persetujuan, dan ridha terhadap budaya jahiliyah tersebut.

Imam Ibnu Abdil Bar Rahimahullah mengatakan:

وقد روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال من تشبه بقوم فهو منهم أو حشر معهم فقيل من تشبه بهم في أفعالهم وقيل من تشبه بهم في هيئاتهم

Diriwayatkan dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa Beliau bersabda: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia bagian dari mereka atau akan dikumpulkan bersama mereka,” maka dikatakan barang siapa yang menyerupai mereka dalam perilaku dan siapa yang menyerupai mereka dalam penampilan mereka.

(At Tamhid, 6/80)

Imam Ash Shan’aniy Rahimahullah menjelaskan:

والحديث دال على أن من تشبه بالفساق كان منهم أو بالكفار أو المبتدعة في أي شيء مما يختصون به من ملبوس أو مركوب أو هيئة

Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang menyerupai orang fasiq maka dia termasuk mereka, atau menyerupai orang kafir atau ahli bid’ah dalam hal apa pun yang menjadi kekhususannya baik berupa pakaian dan kendaraan atau penampilan.

(Subulussalam, 4/176)

Demikian. Wallahu a’lam

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

Balada Orang Gila dan Pahlawan Kemalaman

▫▪▫▪▫▪▫▪

📌 Orang gila itu ternyata istimewa ..

📌 Kata Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam tentang tiga kelompok manusia yang “pena telah diangkat” diantaranya:

المجنون حتى يعقل

Orang gila sampai dia berakal. (HR. Ibnu Majah no. 2041, Shahih)

📌 Maksud pena diangkat adalah bahasa simbolis dr tidak dibebani syariat (taklif). (Tuhfah Al Ahwadzi, 4/570). Ada yg mengatakan: tidak ditulis sebagai dosa. (Hasyiyah As Sindiy ‘alan Nasa’i, 6/156)

📌 Nah .., dengan jadi gila kesalahan Anda akan dimaafkan dan diwajarkan, tidak dianggap dosa. Itulah yg membuat hari ini banyak orang gila dadakan agar kejahatan mereka dianggap wajar

📌 Membunuh Ustadz, pelakunya diberitakan gila ..

📌 menteror santri dan mengintai pesantren, diberitakan gila ..

📌 yang terbaru menghancurkan masjid di Bantul; lalu langsung diberitakan “gangguan jiwa” atau gila .. nah habis perkara .. dan cukup sebut kriminal biasa ..

📌 Gila berencana dan hampir berbarengan seperti ini tentu mesti jadi perhatian bersama .. benar-benar gila, ataukah ada “rencana gila” dibalik mereka thdp umat Islam ..

📌 Syahdan, gereja pun diserang tanpa korban jiwa .. saya mengira orang gila juga pelakunya ..

📌 Ternyata saya salah .. yg diberitakan adalah pelakunya “kaum radikal”, ada juga pejabat kawakan yang langsung menyebut “Islam radikal” .. densus 88 pun turun ..

📌 Ajaib … Ada apa ya? Kok Mudah sekali menstigma umat Islam .. , Semoga tidak ada pahlawan kemalaman yang mencari muka dihadapan minoritas

📌 Sungguh .. Umat Islam itu korban, tidak ada umat manusia di dunia ini yang mengalami penyiksaan fisik dan batin seperti yg dialami umat Islam .., tapi masih pula disalahkan

📌 Sungguh balada ini tidak layak ditonton dan tidak mendidik, sebab ini hanya semakin menunjukkan dugaan selama ini .. umat Islam dimusuhi di negerinya sendiri!

Wallahul Musta’an ..

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

scroll to top