Merekayasa Pernikahan Agar Bisa Balik ke Istri yang Sudah Ditalak 3

▫▪▫▪▫▪▫▪

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum warahmatullahi wa Barakatuh

Seorang suami, sebut saja Eko, membayar kawannya, Eki, untuk menikahi mantan istrinya yg sudah ditalak 3. Dan nanti Eki diminta menceraikan di masa yg sudah disepakati, apakah ini diperbolehkan dan ini akad transaksi apa?

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Yg saya tangkap, Eko dan Eki bersekongkol dalam nikah tahlil. Yaitu pernikahan rekayasa, agar mantan suami bisa kembali kepada istri yg telah diceraikannya setelah dia talak tiga. Dgn cara Eki menikahinya, lalu di ceraikan diwaktu yg mereka sepakati, agar Eko bisa menikahi mantan istrinya.

Eko adalah Muhalal Lahu, sedangkan Eki adalah Muhallil-nya.

Keduanya sama-sama dilaknat oleh Rasulullah , sehingga transaksi mereka pun batil.

Rasulullah bersabda;

لَعَنَ اللَّهُ الْمُحَلِّلَ وَالْمُحَلَّلَ لَهُ

Allah Ta’ala melaknat Al Muhallil dan Al Muhallal lahu. (HR. Abu Daud no. 2076, shahih)

Hadits lainnya:

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِالتَّيْسِ الْمُسْتَعَارِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ هُوَ الْمُحَلِّلُ لَعَنَ اللَّهُ الْمُحَلِّلَ وَالْمُحَلَّلَ لَهُ

“Maukah kalian aku beritahukan mengenai kambing yang dipinjam?” Para sahabat menjawab, “Mau ya Rasulullah.” Beliau bersabda: “Dia adalah muhallil, Allah melaknat muhallil dan muhallal lahu.”

(HR. Ibnu Majah no. 1936, hasan)

Pernikahan rekayasa Eki dgn mantan istri Eko adalah haram dan batil (tidak sah).

K.H. Muhammad Muhajirin Amsar Rahimahullah mengatakan:

قال الشيخ ابن حجر الهيتمي في ( الزواجر) : عد هذا كبيرة ودهو صريح ما في الحديثين الأولين ..

Syaikh Ibnu Hajar Al Haitami dalam Az Zawajir berkata: Ini termasuk dosa besar, dan ini begitu jelas termaktub dalam dua hadits awal ..

(Mishbahuzh Zhalam, Jilid. 3, Hlm. 176)

Beliau juga berkata:

قال ابن قدامة الحنبلى : وجملته أن نكاح المحلل حرام باطل، في قول عامة أهل العلم؛ منهم الحسن والنخعي، وقتادة، ومالك، والليث، والثوري، وابن المبارك، والشافعي

Ibnu Qudamah Al Hambaliy berkata: Kesimpulannya, nikah muhallil ini haram dan batil menurut perkataan umumnya ulama, seperti Al Hasan, An Nakhai, Qatadah, Malik, Al Laita, Ats Tsauriy, Ibnul Mubarak, dan Asy Syafi’iy ..

(Ibid, Lihat juga Al Mughniy, Jilid. 7, Hal. 180)

Imam At Tirmidzi mengatakan:

وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا الْحَدِيثِ عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهُمْ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ وَعُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو وَغَيْرُهُمْ وَهُوَ قَوْلُ الْفُقَهَاءِ مِنْ التَّابِعِينَ وَبِهِ يَقُولُ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ وَابْنُ الْمُبَارَكِ وَالشَّافِعِيُّ وَأَحْمَدُ وَإِسْحَقُ

Hadits ini dijadikan landasan amal, menurut para ulama dari kalangan sahabat Nabi, diantaranya: Umar, ‘Utsman, Abdullah bin ‘Amr dan lainnya. Ini juga pendapat para ahli fiqih kalangan tabi’in, dan inj juga pendapat Sufyan Ats Tsauriy, Ibnuk Mubarak, Asy Syafi’iy, Ahmad, dan Ishaq.

(Sunan At Tirmidzi, Hal. 213, no. 1120)

Syaikh Wahbah Az Zuhailiy Rahimahullah bahkan menyamakan nikah jenis ini dgn mut’ah. Beliau berkata:

لانه نكاح شرط انقطاعه دون تحقيق غايته فشابه نكاح المتعة و هذا هو حقيقة العقد

Karena, nikah dgn disyaratkan adanya pemutusan hubungan (batasan waktu), tidaklah bisa merealisasikan tujuan pernikahan, ini mirip dengan nikah mut’ah, dan ini adalah hakikat dari akad tersebut.

(Al Fiqhu Asy Syafi’iyyah Al Muyassar, Jilid. 2, Hal. 57)

Bagaimana transaksinya? Lalu, Upah yang diberikan oleh Eko kepada Eki yg telah menjadi muhallal lahu bagaimana?

Jika kita lihat maka ini masuk transaksi ju’aalah, memberikan upah yg tertentu kepada seseorang untuk melakukan pekerjaan yg spesifik untuk mencapai tujuan tertentu.

Tapi ini bukan ju’aalah yang dihalalkan. Mirip seperti seseorang yg mengupah org lain untuk membunuh manusia tertentu pada waktu tertentu pula. Dan ini masuk kategori kerjsama dalam kejahatan. (QS. Al Maidah: 2)

Demikian. Wallahu a’lam

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

Hukum Shalat Berjama’ah Bagi Kaum Laki-laki Menurut Madzhab Syafi’iy

💢💢💢💢💢💢💢💢

📌 Imam An Nawawiy Rahimahullah mengatakan:

فالجماعة مأمور بها للأحاديث الصحيحة المشهورة وإجماع المسلمين وفيها ثلاثة أوجه لأصحابنا (أحدها) أنها فرض كفاية (والثاني) سنة وذكر المصنف دليلهما (والثالث) فرض عين لكل ليست بشرط لصحة الصلاة وهذا الثالث قول اثنين من كبار أصحابنا المتمكنين في الفقه والحديث وهما أبو بكر ابن خزيمة وابن المنذر قال الرافعي وقيل إنه قول للشافعي والصحيح أنها فرض كفاية وهو الذي نص عليه الشافعي في كتاب الإمامة كما ذكره المصنف
وهو قولي شيخي المذهب ابن سريج وأبي اسحق وجمهور أصحابنا المتقدمين وصححه أكثر المصنفين وهو الذي تقتضيه الأحاديث الصحيحة وصححت طائفة كونها سنة منهم الشيخ أبو حامد …

Shalat berjamaah adalah hal yang diperintahkan, berdasarkan hadits-hadits shahih yang terkenal dan ijma’ kaum muslimin.

Dalam masalah ini, ada TIGA pendapat sahabat-sahabat kami (Syafi’iyah):

1. Fardhu Kifayah

2. Sunnah, seperti yang disebutkan Al Mushannif (Imam Abu Ishaq Asy Syiraziy)

3. Fardhu ‘Ain, tetapi bukan syarat sahnya shalat.

Pendapat yg ketiga (fardhu ‘ain) adalah pendapat dua imam besar madzhab kami yang begitu mumpuni fiqih dan haditsnya, yaitu Imam Abu Bakar bin Khuzaimah dan Imam Ibnul Mundzir.

Ar Rafi’iy mengatakan: “Disebutkan bahwa itu (fardhu ‘ain) adalah perkataan Imam Asy Syafi’iy.” Namun yang BENAR adalah FARDHU KIFAYAH, itulah yg dikatakan Imam Asy Syafi’iy dalam kitab Al Imaamah, seperti yang disebutkan oleh Al Mushannif.

Ini (fardhu kifayah) juga pendapat dua syaikh dalam madzhab Syafi’iy yaitu Ibnu Suraij dan Abu Ishaq,dan mayoritas Syafi’iyah terdahulu (mutaqadimin), dan dishahihahkan oleh mayoritas penyusun kitab, dan itulah yang ditetapkan oleh hadits-hadits shahih.

Segolongan ulama (Syafi’iyah) menshahihkan bahwa itu SUNNAH, di antaranya Abu Hamid (Al Ghazaliy)…

(Imam An Nawawi, Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, Jilid. 5, Hal. 212)

📌 Syaikh Wahbah Az Zuhailiy Rahimahullah – pakarnya fiqih madzhab Syafi’iy- mengatakan:

وهي في الصلاة المؤداة للرجال المقيمين لا المسافرين في الأصح، في الفرائض غير الجمعة وفي الحمعة فرض عين

Berjamaah dalam shalat adalah KIFAYAH bagi laki-laki yg mukimin (tidak bepergian), bukan bagi yang sedang safar menurut pendapat yang lebih shahih, yaitu pada shalat-shalat wajib selain shalat Jumat, ada pun untuk shalat Jumat adalah fardhu ‘ain.

(Syaikh Wahbah Az Zuhailiy, Al Fiqh Asy Syafi’iyyah Al Muyassar, Jilid. 1, Hal. 239)

Beliau juga berkata:

وتحصل الجماعة بصلاة الرجل في بيته مع زوجته و أولاده و غيرهم لكنها للرجال في المسجد أفضل و أكثرها جماعة افضل

Berjamaah itu sdh cukup dengan shalatnya seorang laki-laki di rumahnya bersama istrinya, anak-anaknya, atau selain mereka. Tetapi laki-laki di masjid adalah lebih utama, dan jamaah yang lebih banyak jg lebih utama.

(Ibid, Jilid. 1, Hal. 239)

📌 Dalam kitab Al Fiqh Al Manhajiy ‘ala Madzhabi Al Imam Asy Syafi’iy, yang disusun oleh Syaikh Mushthafa Al Bugha, Syaikh Mushthafa Al Khin, dan Syaikh Ali Syarbajiy, dikatakan:

الصحيح أنها – فيما عدا صلاة الجمعة – فرض كفاية، لا تسقط فرضيتها عن أهل البلدة إلا حيث يظهر شعارها؛ فإن لم تؤد فيها مطلقا أو أديت في خفاء أثم أهل البلدة كلهم، ووجب على الإمام قتالهم

Yang BENAR shalat jamaah adalah fardhu kifayah, kecuali shalat Jumat. Kewajiban shalat berjamaah tidak gugur bagi penduduk sebuah negeri kecuali jika telah nampak syiar shalat Jamaah.

Jika di negeri tersebut tidak ada shalat jamaah atau ada tapi tersembunyi, maka BERDOSA semua penduduknya, dan penguasa wajib memerangi mereka.

(Al Fiqhu Al Manhajiy fi Madzhabi Al Imam Asy Syafi’iy, jilid. 1, Hal. 177)

📚 Kesimpulannya:

– Yang paling dikuatkan dalam madzhab Syafi’iy, shalat berjamaah adalah Fardhu Kifayah. Boleh dilakukan di rumah bersama keluarga, tapi di masjid lebih utama.

– Sebagian kecil mengatakan fardhu ‘ain, dan banyak pula yg mengatakan sunnah.

– Jika tidak ada shalat Jamaah di sebuah daerah atau ada tapi sembunyi-sembunyi, maka negara wajib memerangi daerah tersebut. Demikian dalam madzhab Syafi’iy.

Wallahu a’lam. Wa Shalallahu ‘Ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘Ala aalihi wa Shahbihi wa Sallam

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

Hukum KB dengan Memakai Alat Kontrasepsi

▪▫▪▫▪▫

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum..aasif stad…mau bertanya, hukum memakai KB spiral?(+62 856-9204-xxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Bismillahirrahmanirrahim ..

Perlu diketahui, bahwa diantara tujuan pernikahan adalah pro kreasi, yaitu melahirkan anak-anak. Bahkan banyak anak bagian dari membuat Nabi ﷺ berbangga dengan umatnya.

Nabi ﷺ menganjurkan banyak anak:

تَزَوَّجُوا الْوَدُودَ الْوَلُودَ فَإِنِّى مُكَاثِرٌ بِكُمُ الأُمَمَ

Menikahlah kalian dengan wanita yang penyayang dan subur, karena aku bangga dengan jumlah kalian yang banyak dihadapan umat-umat lainnya.

(HR. Abu Daud No. 2052. Syaikh Al Albani mengatakan: hasan shahih)

Biasanya yang membuat orang takut banyak anak adalah masalah rezekinya, nanti bagaimana ?

Allah Ta’ala sudah memberikan jaminan:

وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

“…… dan tidak satu pun makhluk bergerak di bumi melainkan dijamin Allah rezekinya” (QS. Huud: 6).

Juga ayat ini:

وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

Dan Allah adalah sebaik-baiknya pemberi rezki. (QS. Al Jumu’ah: 11)

Ayat yang lain:

وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka.” (QS. Al An’am: 151)

Setiap manusia sudah ada jatah dan alamat rezekinya, sehingga masing-masing anak sudah membawa pos-pos rezekinya sendiri, sebagaimana sabda Nabi ﷺ :

إن أحدكم يجمع خلقه في بطن أمه أربعين يوما ثم يكون في ذلك علقة مثل ذلك ثم يكون في ذلك مضغة مثل ذلك ثم يرسل الملك فينفخ فيه الروح ويؤمر بأربع كلمات بكتب رزقه وأجله وعمله وشقي أو سعيد

“Sesungguhnya tiap kalian dikumpulkan ciptaannya dalam rahim ibunya, selama 40 hari berupa nutfah (air mani yang kental), kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) selama itu juga, lalu menjadi mudghah (segumpal daging) selama itu, kemudian diutus kepadanya malaikat untuk meniupkannya ruh, dan dia diperintahkan mencatat empat kata yang telah ditentukan: rezekinya, ajalnya, amalnya, kesulitan atau kebahagiannya. … (QS. Al Bukhari No. 3036, 3151, 6221, 7016, Muslim No. 2643)

Lalu Bolehkah KB?

Keluarga Berencana (KB), ada dua orientasi; yaitu tahdid an nasl (pembatasan kelahiran) dan tanzhim an nasl (pengaturan kelahiran).

Pertama. Tahdid An Nasl (pembatasan kelahiran)

Yaitu mereka yang mengatakan “Anak Cukup Dua”, Para ulama melarang hal ini, sebab berlawanan dengan ruh syariat pernikahan dalam Islam.

Syaikh Abdullah Al Faqih Hafizhahullah berkata:

واعلمي أنه لا ينبغي للمرء أن يقول اكتفيت بولد أو ولدين لأن كثرة الولد مقصد شرعي

Ketahuilah, tidak sepantasnya seseorang berkata: “Cukup bagiku satu atau dua anak”, sebab memperbanyak anak adalah maksud dari syariat.

(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 104787)

Dalam fatwa Al Majma’ Al Fiqhiy Al Islamiy disebutkan:

لا يجوز تحديد النسل مطلقاً ولا يجوز منع الحمل إذا كان القصد من ذلك خشية الإملاق

Tidak boleh membatasi kelahiran secara mutlak, dan tidak boleh mencegah kehamilan jika maksudnya karena khawatir kemiskinan. (Ibid, no. 636)

Kedua. Tanzhim An Nasl (pengaturan kelahiran)

Yaitu kelahiran anak yang diatur agar mendapat hak susuan yang cukup yaitu dua tahun. Kita tahu bahwa jika seorang wanita menyusui dan dia hamil lagi biasanya susunya akan terhenti berproduksi, sehingga anak yg disusuinya tidak sampai disusui selama dua tahun.

Allah Ta’ala berfirman:

وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ

Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. (QS. Al-Baqarah: 233)

Nah, kondisi seperti ini, atau kondisi lainnya, seperti terkait kesehatan ibu yang sudah tidak lagi mendukung untuk hamil, maka boleh baginya ber-KB, baik dengan ‘azl atau dengan alat-alat KB, obat-obatan yang halal, dan tidak berbahaya.

Syaikh Abdullah Al Faqih Hafizhahullah berkata:

لا إثم عليك في استعمال تلك الحبوب إن كان ذلك بعلم الزوج وإذنه، لكن ننبه إلى أن فعل ذلك مما لا ينبغي إلا إذا كان لمصلحة وحاجة معتبرة لتنظيم فترات الحمل ومراعاة صحة الأم ونحو ذلك من الظروف

Tidak dosa atasmu dalam memanfaatkan obat dari biji-bijian tersebut jika hal itu diketahui dan atas izin suami. Tapi, kami menegaskan bahwa hal itu tidak sepantasnya dilakukan kecuali ada maslahat dan kebutuhan yang dibenarkan, seperti untuk mengatur jarak kehamilan dan menjaga kesehatan ibu dan kondisi-kondisi lainnya.

(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 104787)

Syaikh Abdul Aziz bin Baaz Rahimahullah menjelaskan:

إذا كانت المرأة لديها أولاد كثيرون ، ويشق عليها أن تربيهم التربية الإسلامية لكثرتهم ، فلا مانع من تعاطي ما ينظم الحمل لهذه المصلحة العظيمة ، حتى يكون الحمل على وجه لا يضرها ، ولا يضر أولادها ، كما أباح الله العزل لهذه المصلحة وأشباهها

Jika seorang wanita memiliki banyak anak dan dia kesulitan dalam mendidiknya secara Islam karena jumlah mereka yang banyak, maka tidak apa-apa bagi dia mengatur jarak kehamilannya dikarenakan adanya maslahat yang besar, sampai kehamilan itu tidak lagi membahayakan dirinya dan anak-anaknya. Hal ini sebagaimana Allah Ta’ala membolehkan ‘azl untuk kepentingan ini dan yang serupa dengan maslahat ini.

(Fatawa Nuur ‘Alad Darb, 21/394)

Dalam keputusan Al Majma’ Al Fiqhiy:

أما إذا كان منع الحمل لضرورة محققة ككون المرأة لا تلد ولادة عادية وتضطر معها إلى إجراء عملية جراحية لإخراج الولد، أو كان تأخيره لفترة ما لمصلحة يراها الزوجان، فإنه لا مانع حينئذ من منع الحمل أو تأخيره عملاً بما جاء في الأحاديث الصحيحة، وما روى عن جمع من الصحابة ـ رضوان الله عليهم ـ من جواز العزل

Ada pun jika mencegah kehamilan didasari kebutuhan mendesak, misal seorang wanita yang sulit melahirkan secara normal, mesti dikeluarkan anak itu dengan aktifitas yg melukainya, atau karena untuk membuat jarak kelahiran yang membawa maslahat bagi suami istri, maka saat itu tidak masalah mencegah atau menunda kehamilan. Karena hadits-hadits shahih menunjukkan dari semua sahabat Radhiallahu ‘Anhum atas kebolehan ‘azl.

(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah, no. 636)

Obat dan alat (spiral, kondom) adalah sarana, hukum sarana itu mengikuti hukum tujuan. Jika tujuannya baik dan boleh -seperti Tanzhim An Nasl- maka sarana pun dihukumi boleh.

Hal ini sebagaimana kaidah fiqih:

الوسيلة تأخذ حكم غايتها –مقاصدها- حتى يأتي نهي من الشرع، وأن الوسائل غير منحصرة

Hukum terhadap sarana mengikuti hukum tujuan dan maksudnya, sampai adanya dalil syariat yang melarangnya. Dan sarana itu tidaklah terbatas.

Demikian. Wallahu a’lam

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

Di Antara Adab Bagi Para Penuntut Ilmu

💢💢💢💢💢💢💢💢

Berkata Imam An Nawawi Rahimahullah :

وينبغي أن ينظر معلمه بعين الاحترام ويعتقد كمال أهليته ورجحانه على اكثر طبقته فهو أقرب إلى انتفاعه به ورسوخ ما سمعه منه في ذهنه. وقد كان بعض المتقدمين إذا ذهب إلى معلمه تصدق بشئ وقال اللهم استر عيب معلمي عني ولا تذهب بركة علمه مني. وقال الشافعي رحمه الله كنت أصفح الورقة بين يدي مالك رحمه الله صفحا رفيقا هيبة له لئلا يسمع وقعها

Hendaknya dia menatap gurunya dengan mata penuh penghormatan, meyakini kesempurnaan keahliannya, dan kelebihannya yang banyak diatas kebanyakan manusia di generasinya. Maka, hal itu lebih dekat untuk memperoleh manfaat, dan apa yang didengarnya lebih dalam membekas pada pemahamannya.

Sebagian ulama terdahulu, jika pergi menuju gurunya maka mereka menyedekahkan sesuatu dan berdoa: “Ya Allah, tutuplah aib guruku dariku dan janganlah Kau lenyapkan keberkahan ilmunya dariku.”

Imam Asy Syafi’iy berkata: “Aku membuka lembaran halaman buku di hadapan Imam Malik dengan penuh kelembutan dikarenakan kewibawaan dirinya, agar dia tidak mendengar suara gesekan lembaran itu.”

📚 Imam An Nawawi, Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, Jilid. 1, Hal. 157-158. Darul Hadits. Kairo. 2010M/1431H

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

scroll to top