Shalat Isyraq di Rumah, Bolehkah?

▫▪▫▪▫▪▫▪

Bismillahirrahmanirrahim ..

Sebelumnya kita perhatikan dulu, beberapa riwayat tentang shalat Isyraq.

Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallambersabda:

من صلى الصبح في جماعة ثم قعد يذكر الله حتى تطلع الشمس ثم صلى ركعتين كانتله كأجر حجة وعمرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : تامة تامة تامة

“Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah lalu dia duduk untuk berdzikir kepada Allah hingga terbit matahari kemudian shalat dua rakaat maka dia seperti mendapatkan pahala haji dan umrah.” Anas berkata: Rasulullah bersabda: “Sempurna, sempurna, sempurna.”

(HR. At Tirmidzi No. 586, katanya: hasan gharib. Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah No. 710)

Syaikh Abul Hasan Al Mubarkafuri mengatakan:

وإنما حسن الترمذي حديثه لشواهده، منها: حديث أبي أمامة عند الطبراني، قال المنذري في الترغيب، والهيثمي في مجمع الزوائد (ج10: ص104) : إسناده جيد، ومنها: حديث أبي أمامة، وعتبة بن عبد عند الطبراني أيضاً. قال المنذري: وبعض رواته مختلف فيه. قال: وللحديث شواهد كثيرة-انتهى

Sesungguhnya penghasanan At Tirmidzi terhadap hadits ini karena banyaknya riwayat yang menjadi penguat (syawahid), di antaranya hadits Umamah yang diriwayatkan Ath Thabarani, yang oleh Al Mundziri dalam At Targhib dan Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid (10/104) dikatakan: “Isnadnya jayyid, di antaranya hadits Umamah dan ‘Utbah bin Abd yang diriwayatkan Ath Thabarani juga. Al Mundziri mengatakan: “Sebagian perawinya diperselisihkan.” Dia katakan: “Hadits ini memiliki banyak syawaahid (penguat).” (Mir’ah Al Mafatih, 3/328)

Sementara, Syaikh Al Albani menshahihkan dalam Shahihul Jami’ No. 6346, sementara dalam Shahih At Targhib wat TarhibNo. 464, beliau mengatakan hasan lighairih

Hadits lainnya, Dari Abu Umamah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallambersabda:

من صلى صلاة الغداة في جماعة ثم جلس يذكر الله حتى تطلع الشمس ثم قام فصلىركعتين انقلب بأجر حجة وعمرة

“Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah lalu kemudian dia duduk untuk berdzikir kepada Allah hingga terbitnya matahari, kemudian dia bangun mengerjakan shalat dua rakaat, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana haji dan umrah.”

(HR. Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Kabir No. 7741, juga dalam Musnad Asy Syamiyyin No. 885. Alauddin Al Muttaqi Al Hindi dalam Kanzul ‘Ummal No. 3542)

Imam Al Haitsami mengatakan: “Sanadnya Jayyid.” (Lihat Majma’ Az Zawaid, 10,/134, No. 16938). Syaikh Al Albany mengatakan: “Hasan Shahih.” (Lihat Shahih At Targhib wat Tarhib, No hadits. 467)

Jika diperhatikan hadits-hadits di atas maka, shalat Isyraq didahului oleh dua hal: Shalat Subuh berjamaah (tentu di masjid) dan Duduk serta Dzikir setelah shalat, terus sampai terbit matahari.

Syaikh Ahmad Mukhtar Asy Syanqitiy menjelaskan ada tiga syarat untuk mendapatkan keutamaan shalat Isyraq:

أولها : أن يصلي الفجر في جماعة ، فلا يشمل من صلى منفرداً ، وظاهر الجماعة يشمل جماعة المسجد وجماعة السفر وجماعة الأهل إن تخلف لعذر ، كأن يصلي بأبنائه في البيت ، فيجلس في مصلاه

Pertama. Shalat subuh berjamaah, maka tidak termasuk yang shalat sendiri. Jamaah yang dimaksud mencakup jamaah di masjid, jamaah saat safar, jamaah bersama keluarga jika dia tertinggal karena ‘udzur, misal dia shalat bersama anak-anaknya di rumahnya lalu dia duduk berdzikir di tempat shalatnya.

ثانياً : أن يجلس يذكر الله ، فإن نام لم يحصل له هذا الفضل ، وهكذا لو جلس خاملاً ينعس ، فإنه لا يحصل له هذا الفضل ، إنما يجلس تالياً للقرآن ذاكراً للرحمن ، أو يستغفر ، أو يقرأ في كتب العلم ، أو يذاكر في العلم ، أو يفتي ، أو يجيب عن المسائل ، أو ينصح غيره ، أو يأمر بالمعروف وينهى عن المنكر ، فإن جلس لغيبة أو نميمة لم يحز هذا الفضل ؛ لأنه إنما قال : ( يذكر الله )

Kedua. Duduk berdzikir kepada Allah. Jika dia duduknya untuk tidur, maka tidak mendapatkan keutamaannya. Begitu pula bagi yang duduk dan malas-malasan, tidak dapat keutamaan yang dimaksud. Sesungguhnya duduknya adalah untuk membaca Al Qur’an, istighfar, membaca buku-buku, atau diskusi ilmiah, atau berfatwa, menjawab banyak persoalan, atau menasihati orang lain, atau Amar Ma’ruf nahi Munkar. Tp jika duduknya untuk ghibah, namimah (adu domba), maka tidak dapat keutamaan ini. Sebab yang nabi katakan: “Berdzikir kepada Allah.”

الأمر الثالث : أن يكون في مصلاه ، فلو تحول عن المصلى ولو قام يأتي بالمصحف ، فلا يحصل له هذا الفضل

Ketiga. Hendaknya dia di tempat shalatnya. Jika dia berpindah tempat dari tempat shalatnya walau hanya untuk bangun mengambil mushaf, maka itu tidak dapat keutamaan. (Lihat Syarh Zaad Mustaqniy)

Untuk syarat yang ketiga, “harus benar-benar duduk, bergeser ambil mushaf pun tidak mendapat keutamaan isyraq” telah dikoreksi ulama lain. Bahwanya sekedar bergeser tentu tidak apa-apa, yang penting masih di masjid tersebut.

Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid Hafizhahullah mengatakan:

أن الراجح أنه لا يشترط بقاء المصلي في المكان الذي صلى فيه ، فما دام في المسجد يذكر الله تعالى ، فإنه يرجى له حصول ذلك الثواب

Pendapat yang kuat adalah tidaklah menjadi syarat bagi orang yang shalat harus tetap di tempatnya shalat, yang penting selama dia masih di masjid tsb dan berdzikir kepada Allah Ta’ala, maka diharapkan baginya mendapatkan pahala tersebut.

(Al Islam Su’aal wa Jawaab no. 221531)

Ini menunjukkan bahwa tidak berpindah ke rumah atau ke masjid lain. Tapi boleh pindah di masjid yang sama, inilah yang dipahami oleh umumnya ulama tentang shalat Isyraq.

Tapi, Imam Al Mula Ali Al Qari Rahimahullah punya pendapat lain:

اي استمر في مكانه ومسجده الذي صلى فيه فلا ينافيه القيام لطواف أو لطلب علم أو مجلس وعظ في المسجد بل وكذا لو رجع إلى بيته واستمر على الذكر حتى تطلع الشمس

Yaitu melanjutkan dzikir di tempatnya atau di masjidnya di mana dia shalat di dalamnya, hak ini tidak menafikan berkeliling di situ, atau nuntut ilmu, atau majelis nasihat di masjid, bahkan demikian juga bagi yang pulang ke rumah lalu dia melanjutkan dzikir di rumahnya sampai terbut matahari.

(Mirqah al Mafatih, 2/770)

Jadi, dalam hal ini para ulama berbeda pendapat. Jika kita meyakini salah satu dari dua pendapat itu, maka silahkan dijalankan dengan tanpa mengingkari lainnya.

Demikian. Wallahu a’lam

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

Pilihlah Sahabat yang Membuat Semakin Takut, Tunduk, dan Patuh Kepada Allah

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Abdullah bin Busr berkata: sudah sejak lama aku mendengar sebuah hadits:

إذا كنت في قوم عشرين رجلا أو أقل أو أكثر فتصفحت وجوههم فلم تر فيهم رجلا يهاب في الله عز وجل فاعلم أن الأمر قد رق

“Jika engkau bersama dengan kumpulan 20 orang laki-laki atau lebih sedikit, atau lebih banyak, lalu kau perhatikan wajah-wajah mereka, ternyata tidak satu pun laki-laki itu yang membuat ditakuti karena Allah, maka ketahuilah itu adalah perkara yang begitu buruk.”

📚 Musnad Ahmad No. 17679, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 8657, 9077, Ath Thabarani dalam Musnad Asy Syamiyyin No. 1008. Imam Al Munawi mengatakan: “Isnadnya Ahmad Jayyid.” (Jaami’Al Ahadits No. 2742). Syaikh Al Albani mengatakan: hasan. (Shahih At Targhib wat Tarhib No. 104)

Inilah persahabatan dalam dunia nyata. Tidak jauh beda, maka dalam dunia maya, medsos, seperti WA, telegram, dll, … pilih sahabat dan grup yang membuat kita semakin tambah ilmu, taat, patuh, dan takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Itulah yang beruntung., dan berlama-lamalah dengan mereka.

Wallahu A’lam

🌷☘🌺🌴🍃🌸🌾🌻

✍ Farid Nu’man Hasan

Islam Liberal, Mubaddid Berkhayal Mujaddid

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

📌 Dari namanya saja sudah salah, “Islam Liberal”

📌Islam itu tunduk, taat, dan pasrah kepada Allah, bukan melawan Allah

📌Sedangkan liberal itu bebas, termasuk bebas melawan Allah

📌Jadi, menyandingkan Islam dengan Liberal adalah lawakan para badut

📌 Islam Liberal, para punggawanya mengaku in’asy (menyegarkan) ajaran Islam

📌 Juga mengaku tajdid (memperharui) Islam sebagai agama yang dinamis

📌 Tapi, kenyataannya yang mereka lakukan adalah tabdid (perusakan)

📌 Sehingga yang klop buat mereka bukan mujaddid (pembaharu) tapi mubaddid (perusak)

📌 Islam Liberal, katanya sangat benci dengan kaum tekstualist, katanya itu kaum otaknya gak dipake ..

📌Tapi kenyataannya mereka pun lebih parah dari kaum tekstualist

📌Rame-rame umat dan ulama menolak “goyang ngebor” dahulu, Islam Liberal justru membela dengan alasan tidak ada ayat atau hadits yang melarang “goyang ngebor” .., tesktual bukan?

📌 Menolak wacana “Daulah Islamiyah” dengan alasan dalam ayat atau hadits tidak ada kata “Daulah” …, tekstual bukan?

📌 Membela LGBT dengan alasan kalau memang LGBT salah, kenapa Allah tidak mengazab mereka dengan hujan batu ..? Tekstual bangeeett … emang azab cuma batu??

📌 Islam Liberal, lo lo pade sudah tua … rata-rata punggawanya usia di atas 40, ada yang 50, bahkan 70an …, kaderisasi mandeg bahkan kehabisan peluru ..

📌 Artinya, udah pada maghrib dan isya, yuk tobat aja deh .. daripada su’ul khatimah .., kan dagangan liberalisme sudah gak laku ..

👊 Ini kalau masih percaya akhirat lho yaa ..

🌸🍃🌻🌾🌴🌺☘🌷

✍ Farid Nu’man Hasam

Ruwaibidhah yang Merendahkan Ulama

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Ini hadiah bagi yang telah berlaku merendahkan para ulama dan orang tua.

Dari ‘Ubadah bin Ash Shaamit Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لَيْسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ

Bukan termasuk umatku, orang yang tidak menghormati orang besar kami (orang tua, pen), tidak menyayangi anak kecil kami, dan tidak mengetahui hak para ulama kami.” (HR. Ahmad No. 22755, Al Bazzar No. 2718, Ath Thahawi dalam Syarh Musykilul Atsar No. 1328, Asy Syaasyi dalam Musnadnya No. 1272. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: shahih lighairih. Lihat Tahqiq Musnad Ahmad No. 22755)

Tiga hal dalam hadits ini yang dinilai bukan golongan umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yakni:

1. Tidak menghormati orang besar/orang tua.

2. Tidak sayang dengan yang kecil

3. Tidak mengetahui hak ulama yang dengan itu dia merendahkannya

Imam Ibnu ‘Asakir memberikan nasihat buat kita, khususnya orang yang merendahkan ulama (karena mungkin merasa sudah jadi ulama sehingga dia berani merendahkannya!):

يا أخي وفقنا الله وإياك لمرضاته وجعلنا ممن يغشاه ويتقيه حق تقاته أن لحوم العلماء مسمومة وعادة الله في هتك أستارمنتقصيهم معلومة وأن من أطلق لسانه في العلماء بالثلب ابتلاه الله تعالى قبل موته بموت القلب فليحذر الذين يخالفون عن أمره أن تصيبهم فتنة أو يصيبهم عذاب أليم

Wahai saudaraku –semoga Allah memberikan taufiq kepada saya dan anda untuk mendapatkan ridhaNya dan menjadikan kita termasuk orang yang bertaqwa kepadaNYa dengan sebenar-benarnya- dan Ketahuilah, bahwa daging–daging ulama itu beracun, dan sudah diketahui akan kebiasaan Allah dalam membongkar tirai orang-orang yang meremehkan mereka, dan sesungguhnya barang siapa siapa yang melepaskan mulutnya untuk mencela ulama maka Allah akan memberikan musibah baginya dengan kematian hati sebelum ia mati: maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya (Rasul) takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (Imam An Nawawi, At Tibyan, Hal. 30. Mawqi’ Al Warraq)

📌 Apakah Ar Ruwaibidhah?

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

«سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ، يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ، وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ، وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ، وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ، وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ» ، قِيلَ: وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ؟ قَالَ: «الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ»

“Akan datang ke pada manusia tahun-tahun penuh kebohongan, saat itu pendusta dibenarkan, orang yang benar justru didustakan, pengkhianat diberikan amanah, orang yang dipercaya justru dikhianati, dan Ar-Ruwaibidhah berbicara.” Ditanyakan: “Apakah Ar-Ruwaibidhah?” Beliau bersabda: “Seorang laki-laki yang bodoh (Ar Rajul At Taafih) tetapi sok mengurusi urusan orang banyak.” (HR. Ibnu Majah No. 4036. Ahmad No. 7912. Dihasankan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam Ta’liq Musnad Ahmad No. 7912. Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: sanadnya jayyid. Lihat Fathul Bari, 13/84)

Inilah zaman itu. Pembohong dibenarkan, orang benar didustakan. Para pengkhianat diberikan amanah, orang yang amanah justru dikhianatk.

Para ulama direndahkan fatwanya, kepribadian mereka dilecehkan, dan dibuat jauh dari umatnya, sementara tukang dongeng, artis, dan pengkhotbah karbitan dijunjung tinggi dan dijadikan rujukan. Ulama berbicara tidak didengar, justru dihina, boro-boro ditaati, tapi ketika para pendongeng berbicara justru didengar, dikutip, dan disebarkan.

Itulah Ar-Ruwaibidhah …, secara bahasa merupakan tashghir (pengecilan) dari Ar Raabidh yang artinya berlutut. Ya, saat itu banyak orang-orang yang rendah (berlutut) tetapi justru banyak bicara.

Wallahul Musta’an

🌾🌿🌷🌻🌳☘🌸🍃

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top