Kemenangan Itu Setelah Ujian

Allah ﷻ berfirman:

{ أَمۡ حَسِبۡتُمۡ أَن تَدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ وَلَمَّا يَأۡتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوۡاْ مِن قَبۡلِكُمۖ مَّسَّتۡهُمُ ٱلۡبَأۡسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلۡزِلُواْ حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصۡرُ ٱللَّهِۗ أَلَآ إِنَّ نَصۡرَ ٱللَّهِ قَرِيبٞ }

Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat. [Surat Al-Baqarah: 214]

– Al Qurthubi mengatakan, menurut Qatadah dan As Suddi dan umumnya ulama ayat ini menceritakan situasi saat perang Khandaq yg begitu sulit, cuaca panas dan dingin, dan berbagai ujian lainnya. Sebagian lain mengatakan perang Uhud, segolongan ulama ada pula yang mengatakan ayat ini ttg kaum Muhajirin ketika meninggalkan negeri dan harta mereka. (Tafsir Al Qurthubi, jilid. 3, hal. 32-33)

– Ayat ini menunjukkan penempaan dari Allah ﷻ kepada semua Rasul dan pengikutnya dari masa ke masa; yaitu ujian dan goncangan. Agar layak bagi mereka menyandang generasi pilihan, pemenang, dan ahlul jannah.

Syahidul Islam, Sayyid Quthb Rahimahullah mengatakan:

هكذا خاطب الله الجماعة المسلمة الأولى ، وهكذا وجهها إلى تجارب الجماعات المؤمنة قبلها ، وإلى سنته – سبحانه – في تربية عباده المختارين ، الذين يكل إليهم رايته ، وينوط بهم أمانته في الأرض ومنهجه وشريعته . وهو خطاب مطرد لكل من يختار لهذا الدور العظيم . .
وهذا الانطلاق هو المؤهل لحياة الجنة في نهاية المطاف . . وهذا هو الطريق . .
هذا هو الطريق كما يصفه الله للجماعة المسلمة الأولى ، وللجماعة المسلمة في كل جيل .
هذا هو الطريق : إيمان وجهاد . . ومحنة وابتلاء . وصبر وثبات . . وتوجه إلى الله وحده . ثم يجيء النصر . ثم يجيء النعيم . .

Demikianlah Allah ﷻ berbicara kepada kelompok Muslim generasi pertama, dan dengan cara inilah Allah mengarahkan mereka kepada pengalaman-pengalaman kaum beriman sebelumnya, mengarahkan kepada sunnah-Nya dalam mendidik hamba-hamba pilihan-Nya, yang dipercayakan kepada mereka dengan bendera-Nya, dan yang ditugaskan menjaga amanah-Nya di bumi, serta dengan syariat dan petunjuk-Nya. Ini adalah arahan yang berlaku bagi siapa pun yang dipilih untuk melaksanakan peran besar ini.

Inilah titik tolak yang mengantarkan pada kehidupan surga pada putaran akhirnya. Inilah jalannya.

Inilah jalan yang digambarkan Allah ﷻ bagi kelompok Muslim pertama dan bagi setiap generasi Muslim.

Inilah jalan itu: iman dan jihad… Ujian dan cobaan…. Kesabaran dan keteguhan… Totalitas dalam fokus kepada Allah semata…. Kemudian datanglah kemenangan … dan kemudian menyusul datangnya kenikmatan. (Fi Zhilalil Quran, jilid. 1, hal. 197-198)

– Kemenangan itu Allah ﷻ simpan untuk orang-orang yang memang meyakininya dan berhak menerimanya.

– Pertanyaan dalam ayat ini _”mataa nashrullah”_ (kapankah datangnya pertolongan Allah), bukan bermakna keraguan atas datangnya pertolongan, tapi mereka menginginkan disegerakan datangnya pertolongan. Berkata Al Qurthubi:

وَيَكُونُ ذَلِكَ مِنْ قَوْلِ الرَّسُولِ عَلَى طَلَبِ استعجال النصر لا على شك وارتياب

Maksud dari perkataan Rasul tersebut adalah meminta percepatan pertolongan bukan karena ragu dan bimbang. (Tafsir Al Qurthubi, jilid. 3, hal. 35)

– Dan .. tidak ada yang berhak menerima kemenangan kecuali orang-orang yang tetap tsabat (kokoh dan tegar) sampai akhir perjuangan, setelah digoncang ujian berat dalam perjalanannya

– Tidak ada yang berhak menerimanya kecuali orang-orang yang memang meyakini tidak ada pertolongan dan kemenangan kecuali dari Allah ﷻ semata, bukan dari selain-Nya.

– Inilah tabiat kehidupan .. tabiat perjuangan dalam dakwah dan jihad .. serta karakter para pemenang; tetap tegar di atas jalan perjuangan, kuat, meyakini pertolongan Allah ﷻ, dan hanya berharap kemenangan kepada-Nya.

Wallahu A’lam Wa ‘alaihit Tuklan

✍️ Farid Nu’man Hasan

Nafkah Bagi Isteri yang Menggugat Cerai

✉️❔PERTANYAAN

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh….ijin meneruskan pertanyaan teman ust..

Kurang lebihnya seperti ini..
Teman saya ini menggugat cerai suaminya (baru mau proses), terus tetap menuntut dinafkahi. Karena menurut dia meski di masa iddah sekalipun, mantan suaminya harus tetap memberikan nafkah.
Tetapi si suami juga berpendapat bahwa istri yang nusyus dan tidak menjalankan kewajibannya tidak mendapatkan lg hak nafkah.

Pertanyaannya seperti apa ketentuan nafkah yang seharusnya…
Mohon penjelasannya ust….

✒️❕JAWABAN

Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wa Barakatuh …

Di saat statusnya masih istri dan dia nusyuz (durhaka) maka tidak wajib dinafkahi, saat itu “tidak dinafkahi” berfungsi sebagai pelajaran bagi istri untuk bertobat ..

وقد أجمع العلماء على وجوب نفقة الزوجة على زوجها إذا كانا بالغين، ولم تكن الزوجة ناشزاً

Para ulama sepakat bahwa nafkah istri wajib bagi tanggungjawab suaminya jika keduanya sudah dewasa, dan istri tidak durhaka.

(Fatawa Syabakah Islamiyah no. 113285)

Tapi Jika suami menceraikan istrinya, maka suami hendaknya memberikan mut’ah (harta yg pantas) serta tetap wajib memberinya nafkah di masa iddahnya saja. Jika suami tidak merujuk, sampai iddah selesai maka selesai kewajiban itu.

Kewajiban memberi nafkah untuk wanita yang di masa iddah akibat diceraikan suaminya adalah perkara IJMA’.

Imam Asy Syafi’i berkata:

لم أعلَمْ مُخالِفًا من أهلِ العِلمِ في أنَّ المُطَلَّقةَ التي يَملِكُ زَوجُها رَجعَتَها في معاني الأزواجِ؛ في أنَّ عليه نفقَتَها وسُكناها

Aku tidak ketahui adanya perbedaan para ulama, bahwa wanita yang diceraikan dan suaminya masih berhak merujuknya dalam makna pernikahan, bahwa wajib bagi suaminya memberikan nafkah dan tempat tinggalnya.

(Al Umm, jilid. 5, hal. 263)

NAMUN jika perceraian terjadi karena GUGATAN ISTRI, atau KHULU’, maka istrilah yang bayar iwadh dan istri tidak mendapatkan nafkah. Hal ini juga diatur dalam KHI (kompilasi hukum Indonesia).

WallahuA’lam

✍️ Farid Nu’man Hasan

Hendaklah Lidahmu Selalu Basah Karena Mengingat Allah

✉️❔PERTANYAAN

Assalamu’alaikum uztad… Mohon penjelasan Hadist di atas… Penjelasan dari ulama ahli hadist tentang hadist di atas… Syukron..

✒️❕JAWABAN

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah

Teks aslinya:

عن عبد الله بن بسر رضي الله عنه قال: أتى النبي صلى الله عليه وسلم رجل، فقال: يا رسول الله إن شرائع الإسلام قد كثرت علينا، فبابٌ نتمسك به جامع؟ قال: لا يزال لسانك رَطْبًا من ذكر الله عز وجل

Hadits ini ada di:

– Sunan At Tirmidzi no. 3375, At Tirmidzi mengatakan: hasan. Dengan kalimat: “Seorang laki-laki datang..”

– Sunan Ibnu Majah no. 3793, dengan kalimat: “datang seorang a’robi (Badui)…”

– Musnad Ahmad no. 17020. Dengan kalimat “Datang dua orang Badui..” yang satu bertanya siapakah manusia terbaik? Yang satu bertanya seperti hadits di atas.

Para ulama mengatakan hadits ini shahih, seperti Imam Ibnu Hibban, Imam Al Hakim, Imam Ibnu Hajar, dll.

Ada beberapa pelajaran:

– Abdullah bin Busr Al Mazini Al Qaisi. Kuniyahnya Abu Shafwan. Dia dan ayahnya adalah sahabat nabi. Beliau meriwayatkan hadits dari ayahnya, saudari kandungnya, dan bibinya. Sedangkan yang meriwayatkan hadits darinya adalah Abu Zahiriyah, Khalid bin Ma’dan, Salim bin ‘Amir, Amru bin Qais as Sukuni.

Wafat di Syam tahun 88 Hijriah, di usia 94 th, termasuk sahabat nabi yg akhir-akhir wafatnya. (Al I’lam biwafayat Al A’lam, hal. 50, At Tahdzib, 5/159)

– Tidak disebut nama laki-laki yang bertanya, hanya disebut “Laki-laki” atau A’rabi (Badui). Ini menunjukkan yang menjadi fokus bukan orangnya tapi substansi pertanyaannya. Namun orang ini tetap sebagai sahabat nabi, sebab dia pernah berjumpa dengan Nabi, dia beriman kepadanya dan wafat dalam keadaan Islam. Namun hadits ini tetap shahih walau laki-laki ini majhul (tidak diketahui biografinya). Karena semua sahabat nabi itu ‘udul (kredibel).

– Ini merupakan salah satu hadits yang menunjukkan begitu semangat para sahabat nabi dalam menuntut ilmu-ilmu agama, walau dia orang seorang Badui (orang gurun).

– perkataan orang Badui itu:

يا رسول الله إن شرائع الإسلام قد كثرت علينا فبابٌ نتمسك به جامع

Wahai Rasulullah, syariat Islam telah banyak di wajibkan atas kami, maka beritahukan kepada kami sesuatu yang dapat kami jadikan sebagai pegangan!

Imam Ath Thibi mengatakan laki-laki tersebut merasa kesulitan dan lemah menjalankan semuanya, dan membuatnya meninggalkan umumnya syariat, dan dia hanya menjalankan yang wajib saja. Oleh karena itu dia minta solusi agar tetap istiqamah. (Syarh Al Misykah, 5/739)

– Solusi yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berikan adalah banyak berdzikir. Artinya, bagi orang yang merasa berat ibadah sunah yang begitu beragam, maka dia tidak perlu khawatir. Dia bisa melakukan alternatif yang juga luar biasa nilainya yaitu banyak berdzikir.

Karenanya Rasulullah memberikan nasihat:

لا يزال لسانك رَطْبًا من ذكر الله عز وجل

Senantiasa lisanmu basah karena dzikrullah

Ath Thibi mengatakan:

عبارة عن مداومة الذكر فكأنه قيل خير الأعمال مداومة الذكر

Ini ungkapan tentang rutinnya berdzikir seakan-akan itu dikatakan bahwa sebaik-baiknya amal adalah dzikir yang terus menerus.

Demikian. Wallahu A’lam

✍️ Farid Nu’man Hasan

Tradisi Menyambut Bulan Ramadhan Apakah Bid’ah?

✉️❔PERTANYAAN

Bismillah
Semoga Allah senantiasa merahmati ustadz.

Ustadz, izin bertanya
Didaerah ana sebelum masuk Ramadhan biasanya masyarakat
1. Membuat satu tradisi keagamaan, (cerama agama, ngaji dan makan bersama) itu dilakukan oleh seleuruh jamaah dalam 1 kampung acara ini biasanya dilaksanakan 2 atau 3 hari sebelum bulan ramadhan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat bisa berjumpa lagi dengan bulan ramdhan.

2. Setelah ramadhan ada kegiatan lagi tapi ini cenderung dilakukan oleh keluarga, yakni mengundang pengurus takmir dan beberapa tetangga kemudian meminta imam atau orang yang dianggap memiliki kelimuan dan shaleh untuk mendokan sebegai bentuk syukur bisa melewati ramdahan dan bermohon bisa berjumpa lagi dengan ramadhan berikutnya, selanjutnya makan bersama.

Disisi lain dari beberapa teman yang sudah ikut ngaji menganggap ini ada perbuatan bid’ah dan mereka tidak ikut berpatisipasi dalam kegiatan ini

Pertanyaan
1.Defenisi Bid’ah ini bagaimana ustadz?
2.apakah agenda diatas masuk kategori bid’ah?
3.apakah semua yang tidak ada dalilnya walaupun baik itu juga bid’ah?

Mohon pencerahannya ustadz

✒️❕JAWABAN

Bismillahirrahmanirrahim..

Ini bukan bid’ah. Menyambut datangnya bulan Ramadhan juga dilakukan para salaf. Imam Ibnu Rajab menceritakan bahwa para sahabat sudah menyiapkan diri merwka sejak 6 bulan sebelum Ramadhan.

Ada pun bagaimana cara penyambutannya adalah perkara yang lapang. Tapi, yang sering terjadi yaitu berkumpul diberikan pembekalan ilmu, persiapan ruhiyah,.. Ini bagus. Sebab, itu bagaian dari aktifitas yang memang dianjurkan.

Begitu pula menjelang lebaran, berkumpul dgn keluarga, dan tetangga, sambil ada taushiyah dan doa dr org shalih, lalu buka puasa bersama. Ini bagus. Tidak ada kemungkaran yang mesti ditingkari. Jika ada yang menyebutnya bid’ah maka dia bersikap ghuluw (melampaui batas).

Bid’ah adlh hal baru dalam ibadah mahdhah, yang dulunya belum ada. Sdgkan Ibadah ghairu mahdhah, lebih lentur. Seperti infak, silaturrahim,.. Semuanya ibadah, tapi tentang caranya bagaimana, berapa besarannya, itu tidaklah baku, alias bebas saja kecuali ZAKAT.

Jihad, juga ibadah, tapi tentang pengembangan senjata dan strategi, tentu tidak harus sama dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam karena beda zaman dan kondisi. Pengembangan ini bukanlah bid’ah padahal jihad juga ibadah.

Wallahu A’lam

✍️ Farid Nu’man Hasan

scroll to top