Menyalurkan Zakat Mal Untuk Kemakmuran Masjid

▪▫▪▫▪▫▪▫

 PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum wr wb.
Izin bertanya ustadz
Kalau suatu instansi dimana ada organisasi pegawai muslimnya yg kemudian mengelola dana zakat maal dari penghasilan pegawai, kemudian sebagian dari zakat yg dikumpulkan itu ditasharufkan untuk membeli/mengadakan sekat/pembatas shaf laki2 dg perempuan di mushalla instansi itu, apakah hal ini benar?
Apakah kondisi ini termasuk kategori fii sabilillah dlm 8 asnaf zakat?


 JAWABAN

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Menyalurkan zakat maal untuk kepentingan “imaratul masajid” (Kemakmuran masjid) adalah perkara yang diperdebatkan para ulama. Mayoritas mengatakan tidak boleh yaitu mazhab Maliki Syafi’i dan Hambali. Alasannya karena tidak termasuk dalam 8 asnaf penerima zakat.

Adapun mazhab Hanafi membolehkannya, karena itu masuk kategori asnaf “fisabilillah”. Hal ini diikuti oleh Sebagian ulama lain di berbagai mazhab walaupun tidak menjadi pendapat resmi mazhab mereka, misal dikalangan mazhab Syafi’i ada Al Qaffal dan Ar Rozi, yang mengatakan zakat boleh disalurkan di semua jenis kebaikan, itu masuk makna fisabilillah.

Kemudian Sidiq Hasan Khan, Jamaluddin Al Qasimi, Rasyid Ridha, Al Qardhawi, dll.

Imam Ar Razi menjelaskan:

واعلم أن ظاهر اللفظ في قوله: وفي سبيل الله لا يوجب القصر على كل الغزاة، فلهذا المعنى نقل القفال في «تفسيره» عن بعض الفقهاء أنهم أجازوا صرف الصدقات إلى جميع وجوه الخير من تكفين الموتى وبناء الحصون وعمارة المساجد، لأن قوله: وفي سبيل الله عام في الكل

Ketahuilah bahwa secara zahir lafaz firmanNya: “dan fi sabilillah” tidaklah mesti dibatasi hanya pada semua bentuk perang,   karena makna inilah Al Qaffal meriwayatkan dalam Tafsir-nya dari sebagian ahli fiqih bahwa mereka membolehkan menyerahkan zakat untuk semua bentuk kebaikan seperti mengkafankan mayat, membangun bangunan yang kokoh,  memakmurkan masjid, karena makna  firmanNya: “dan fi sabilillah” adalah umum pada segala hal. (Imam Ar Razi,  Mafatihul Ghaib, 16/87. Cet. 3, 1420H. Ihya’ut Turats Al ‘Arabi, Beirut)

Syaikh Yusuf al Qaradhawi Hafizhahullah berkata dalam salah satu fatwa di website resminya:

لقد فصلت الحديث في كتابي عن مصرف “في سبيل الله” وآراء المذاهب والعلماء في تفسيره وتحديد مدلوله، من المتقدمين والمتأخرين، ولا ريب أن منهم من حمل “سبيل الله” على معناه اللغوي العام، الذي يشمل كل طريق موصل إلى مرضاة الله؛ وعلى هذا يدخل في مضمونه كل عمل من أعمال القرب أو الخيرات

Saya telah jelaskan secara rinci hadits itu dalam buku saya tentang fisabilillah, serta bagaimana berbagai pendapat madzhab dan ulama dalam tafsirnya tentang batasan dan maknanya baik ulama terdahulu dan belakangan. Tidak ragu lagi, bahwa di antara mereka ada yang memaknai “sabilillah” itu dengan makna bahasanya yang lebih umum melingkupi semua jalan untuk mencapai ridha Allah. Oleh karena itu, kata ini  mencakup di dalamnya seluruh aktivitas pendekatan diri kepada Allah dan berbagai kebaikan. (selesai)

Memakmurkan masjid itu ada dua jenis:

1. Imarah Hissiyah, yaitu pada pembangunan dan keperluan fisik. Seperti pembangunan, renovasi, perawatan, dan perlengkapan masjid. Apa yang ditanyakan di atas termasuk bagian ini.

2. Imarah Ma’nawiyah, yaitu kemakmuran non fisik. Seperti biaya untuk listrik, air, gaji marbot, gaji imam tetap, gaji pengajar, dan semisalnya.

Wallahu A’lam

 Farid Nu’man Hasan

Wakaf Tanah Belum Lunas

▪▫▪▫▪▫▪▫

 PERTANYAAN:

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Bismillah,
Ustadz Farid Nu’man yg di rahmati Allah taala,mau bertanya ?

Apa syah wakaf tanah (untuk masjid) sementara tanah tersebut blm lunas namun (masih dicicil)

Trmksh


 JAWABAN

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Tidak masalah secara syar’i, yang penting itu sudah menjadi miliknya baik secara agama dan dokumen resmi. Ada pun pembayaran yang belum lunas tidak menghalangi hal itu.

Hal ini sama seperti seseorang yang beli motor masih kredit, lalu dia sudah pakai untuk kepentingan halal apa pun yang dia mau, dia punya hak untuk itu. Baik buat transportasi sehari-hari, gojek, atau disedekahkan. Yang penting dia bertanggungjawab atas cicilannya.

Hanya saja ada satu persoalan, yaitu balik nama menjadi tanah waqaf. Ini membutuhkan dokumen resmi seperti sertifikat tanah lalu setelah itu ikrar waqaf. Biasanya untuk barang yang masih cicilan, surat/SHM masih ditahan oleh pemilik sebelumnya atau bank jika dia belinya lewat bank. Tentunya balik nama ini biasanya blm diizinkan mereka sebelum pelunasan.

Wallahu A’lam

 Farid Nu’man Hasan

Berhubungan Intim Saat Safar Ketika Puasa

 PERTANYAAN

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh? Izin bertanya ustadz, jika sepasang suami istri mendapat rukhsoh untuk tidak puasa Ramadhan karena misalnya sedang mudik/musafir lalu apa boleh mereka melakukan hubungan intim di siang hari dan jika tidak boleh apa mereka juga mendapat kifarat udzma? Syukron


 JAWABAN

▪▫▪▫▪▫▪▫

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Jika safar-nya mereka memang terjadi secara tidak direkayasa, memang benar-benar ada keperluan safar, dan jaraknya sudah mencukupi (menurut jumhur adalah 4 burd; -/+ 88,656km, atau lebih), maka boleh mrka tidak puasa. Jika tidak puasa, maka boleh bagi mereka melakukan jima’ (berhubungan intim). Tidak ada kafarat.

Tapi jika direkayasa dulu, mereka safar hanya untuk mengincar status musafir agar dapat batal puasanya dan bisa jima’, maka ini ngakali syariat.

Wallahu A’lam

 Farid Nu’man Hasan

Ukuran Zakat Fitrah

 PERTANYAAN

Assalaamu’alaikum Ustadz kalo zakat fitrah pake beras 10 liter untuk 3 orang, pas atau kurang ya?

Syukron


 JAWABAN

▪▫▪▫▪▫▪▫

Wa’alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh

Zakat fitrah itu 1 sha’, diperkirakan 2,5kg s/d 3kg. Penelitian terakhir rata-rata ulama saat ini adalah 3kg termasuk Baznaz dan Lajnah Daimah. Ulama Syafi’iyah juga mengatakan 3kg adalah yang aman.

Jika 3 orang, maka 9kg, jika dikonversi ke LITER, tentu bukan 10 liter tapi lebih ..

▪️Kitab Taqrirot Assadidah 2,75 kg, sebagian ulama mengatakan 3 kg, karena lebih utama berhati-hati.
▪️Kitab Ghoyatul Muna 2,75 kg
▪️Kitab Alfiqhul Manhaji 2,4 kg
▪️Kitab Tadzhib 2,4 kg
▪️Kitab Mukhtashor Tasyyid AlBunyan 2,5 kg
▪️Alfiqhul Islami wa Adillatuhu lizzuhaili 2,751 kg

Referensi :

التقريرات السديدة قسم العبادات، ٤١٩
الواجب فيها : صاح عن كل شخص (٤)، أي: أربعةُ أَمْدَادٍ بِمُد النبي ، وهو ما يساوي حالياً ٢,٧٥ كيلو تقريباً (٥) .
——
(٥) وبعضهم يقول : ثلاثة كيلوات تقريباً، فالأفضل الاحتياط.

غاية المنى شرح سفينة النجا ص ٥٤٩ مكتبة تريم الحديثة
وقدر زكاة الفطر صاع لحديث ابن عمر المتقدم، والصاع أربعة أمداد نبوية، ومقداره وزنا بالأوزان الحالية ثلاثة كيلو غرام إلا ربعا من غالب قوت المؤدى عنه، وقيل من قوت نفسه. إهـ

[مجموعة من المؤلفين، الفقه المنهجي على مذهب الإمام الشافعي، ٢٣٠/١]
والصاع الذي كان يستعمله رسول الله – صلى الله عليه وسلم – إنما هو عبارة عن أربعة أمداد، أي حفنات، وهذه الحفنات الأربع مقدرة بثلاثة ألتار كيلاً، وتساوي بالوزن (2400) غراماً تقريباً.

[مصطفى ديب البغا، التذهيب في أدلة متن الغاية والتقريب، صفحة ١٠٠]
صاعا من قوت بلده (1) وقدره خمسة أرطال وثلث بالعراقي (2).
(2) وتساوَي بالوزن 2400 غراماً تقريباً.

مختصر تشييد البنيان ص ٢٠٥
وتجب زكاة الفطرة صاعا برا أم شعيرا أو مسيبليا أم كنيا أم دخنا أصفر كما اعتمدوه في الجهة بل يجوز من كل حب وجبت فيه الزكاة والصاع أربعة أمداد والمد ثمانية عشر أوقية عن رطل ونصف في جهتنا في حضر موت الداخل سابقا أما اليوم فالرطل موحد وهو ستة عشر أوقية في كامل المنطقة (إثنان كيلو ونصف تقريبيا)

[وهبة الزحيلي ,الفقه الإسلامي وأدلته للزحيلي ,1/142]
الصاع الشرعي أو البغدادي: (4) أمدادأو (5 و3/ 1) رطل، أي أربع حَفَنات كبار، ووزنه: (7،685) درهماً أو (75،2) لتراً أو (2176) غم وهو رأي الشافعي وفقهاء الحجاز والصاحبين باعتبارأن المد: رطل وثلث بالعراقي، وعند أبي حنيفة وفقهاء العراق: ثمانية أرطال باعتبار أن المد رطلان، فيكون (3800غم).وفي تقدير آخر هو الشائع أن الصاع (2751غم). قال النووي: الأصح أن الصاع ست مئة وخمسة وثمانون درهماً وخمسة أسباع درهم. والرطل مئة وثمانية وعشرون درهماً وأربعة أسباع درهم. والعبرة بالصاع النبوي إن وجد أومعياره، فإن فقد أخرج مزكي الفطرة قدراً يتيقن أنه لا ينقص عن صاع. والصاع بالكيل المصري: قَدَحان.

Wallahu A’lam

 Farid Nu’man Hasan

scroll to top