Hukum Doa Dalam Bentuk Stiker Whatsapp

◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

✉️❔PERTANYAAN:

Assalamualaikum.. Ykh Ustadz Farid Nu’man. Akhir akhir ini beruntun info kematian di grup media sosial sehingga ucapan istirja dan doa disampaikan scr biasa melalui sticker. Mhn penjelasan ustadz atas perilaku dan tata cara yang utama/sunnah perihal ini. Jazakallah khoir..

✒️❕JAWABAN

☘️⭐☘️⭐☘️⭐☘️⭐

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Jika orang itu cuma copas tanpa baca, akhirnya di hati pun juga tidak ada, maka itu tidak bernilai apa-apa.

Terbukti dari adanya kasus salah copas. Berita orang sakit tapi stikernya Allahummaghfirlahu (doa buat jenazah) ..

Yang jelas, Ada kaidah:

الكتابة تنزل منزلة القول

Tulisan itu kedudukannya sama dengan ucapan. Sehingga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pun menulis Bismillah dalam sebagian surat dakwahnya ke raja-raja kafir. Juga para ulama menulis shalawat pada awal dan akhir buku-buku mereka. Baik bismillah dan shalawat, keduanya adalah dzikir..

Dalam ruqyah pun, dibolehkan ayat dan dzikir juga ditulis di kertas lalu dicelupkan ke air dan diminum atau diusap.

Jadi, doa dengan tulisan itu tidak apa-apa, baik tulisan tangan atau cetakan, yang penting orang tersebut juga membaca.

Wallahu A’lam

✍ Farid Nu’man Hasan

Doa Untuk Palestina

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin wash Shalatu was Salamu ‘ala Sayyidil Anbiya wal Mursalin wa ‘Ala Aalihi wa Shahbihi Ajma’in
Allahumma a’izzal Islam wal Muslimin wa Ahlikil Kafarota wal Kaafirin
(Ya Allah jayakanlah Islam dan kaum muslimin, hancurkanlah kekafiran dan orang-orang kafir)
Wa Dammir A’daa’aka a’da ad diin.. Wa Syattit Syamlahum wa Farriq jam’ahum wa Zalzil Aqdaamahum, wa zalzil nufuusahum, ya Rabbal ‘aalamin
(Hancurkanlah musuh-musuh-Mu musuh agama, pecahkanlah keutuhan mereka, buyarkanlah perkumpulan mereka, goncangkanlah kaki kaki mereka, goncangkanlah jiwa jiwa mereka, ya Rabb semesta alam)
Allahummanshur ikhwanal mazhlumin fi Filistin.. (3x) (Ya Allah tolonglah saudara-saudara kami yang teraniaya) 
Allahumanshur ikhwanal mujahidin fi filistin (3x) wa Fi kulli makaan wa fi kulli zamaan.. Khushushon fi Ghazzah ya ‘Aziz ya Qahhar.. ya Rabbal ‘Alamin..
(Ya Allah tolonglah para mujahidin di semua tempat dan waktu, khususnya di Palestina dan Gaza, wahai Yang Maha Perkasa, Maha Kuat, Penguasa semesta alam)
Allahumma anzil ‘alaihim nashran ‘aziiza wa anzil ‘alaihim fathan qariiba wa anzil ‘alaihim fathan mubiina wa anzil ‘alaihim fathan kabiira.. Wa anta khairul faatihin
(Ya Allah.. Turunkanlah kepada mereka pertolongan yang agung, kemenangan yang dekat, kemenangan yang nyata, dan kemenangan yang besar, Engkaulah sebaik baiknya pemberi kemenangan)
Allahumma ahlikil yahuud wa Shuhyuniyyin..Allahumma ahliki jaisya Israil wa muayyidahum biquwwatika ya Rabbal ‘alamin..
(Ya Allah binasakanlah Yahudi dan Zionis, Ya Allah binasakanlah tentara Israil dan para pendukungnya.. Dengan Kekuatan-Mu wahai Tuhan Semesta Alam)
Wa Shallallahu ‘Ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam

Mengghibahi Pemimpin Zalim

Pemimpin yang zalim, yang jelas-jelas kezalimannya, lalu manusia menggunjingkannya, bukanlah termasuk ghibah yang terlarang.

Para salaf menjelaskan:

قال ابن عيينة: «ثلاثةٌ ليست لهم غيبة: الإمام الجائر، والفاسق المعلِنُ بفسقهِ، والمبتدعُ الذي يدعو الناس إلى بدعته»

Sufyan bin Uyainah berkata:

Ada tiga hal yang bagi mereka tidak termasuk ghibah:

– Menggunjing pemimpin yang zalim
– Orang fasik yang terang-terangan kefasikannya
– Ahli bid’ah yang mengajak manusia kepada kebid’ahannya.

(Al Baihaqi, Syu’abul Iman No. 6374)

قال الحسن البصري: «ثلاثةٌ ليست لهم حُرمةٌ في الغيبة: فاسقٌ يعلنُ الفسقَ، والأميرُ الجائر، وصاحب البدعة المعلِنُ البدعة»

Hasan Al Bashri berkata

Ada tiga hal yang tidak diharamkan ghibah bagi mereka:

– Orang fasik yang teran-terangan fasiknya
– Pemimpin yang zalim
– Pelaku bid’ah yang terang-terangan bid’ahnya

(Al Baihaqi Syu’abul Iman No. 9221)

قال إبراهيم: قال: «ثلاثٌ كانوا لا يعدُّونهنَّ من الغيبة: الإمامُ الجائر، والمبتدع، والفاسقُ المجاهر بفسقه»

Ibrahim An Nakha’i berkata:

Ada tiga hal yang tidak dihitung sebagai ghibah:

– Pemimpin yang zalim
– Pelaku bid’ah
– Orang fasik yang terang-terangan kefasikannya.

(Ibnu Abi ad Dunya, Ash Shamtu, hal. 142)

Demikian. Wallahu Waliyut Taufiq

✍ Farid Nu’man Hasan

Sikap Muslim Kepada Habaib

◼◽◼◽◼◽

✉️❔PERTANYAAN:

Afwan ustd mhn tanggapannya mengenai sikap kita thdp Habaib

✒️❕JAWABAN

Bismillahirrahmanirrahim..

Habaib adalah jamak dari habib, yaitu istilah bagi mereka yang nasabnya masih keturunan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dari jalur Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu dan Fathimah Radhiyallahu ‘Anha. Istilah ini kira-kira muncul beberapa abad yang lalu. Rata-rata mereka tinggal di Yaman, kemudian tersebar di banyak dunia Islam.

Perlu diingat, Manusia secara umum pada dasarnya dimuliakan oleh Allah Ta’ala. (QS. Al Isra: 70), tapi disebabkan kekafiran mereka maka posisinya bisa menjadi seburuk-buruknya makhluk (QS. Al Bayyinah: 6), namun akan menjadi sebaik2nya makhluk jika manusia itu beriman dan beramal shalih (QS. Al Bayyinah: 7).

Jika mereka sekaligus memiliki nasab Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka itu satu kelebihan dibanding lainnya SELAMA mereka juga beriman dan beramal shalih. Kita wajib memuliakan mereka karena keislamannya dan kemuliaan nenek moyangnya, yaitu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Hal ini berdasarkan beberapa hadits:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا كِتَابَ اللَّهِ وَعِتْرَتِي أَهْلَ بَيْتِي

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku telah meninggalkan di tengah-tengah kalian sesuatu yang jika kalian berpegang kepadanya, maka kalian tidak akan pernah sesat, yaitu; kitabullah dan sanak saudara ahli baitku.”

(HR. At Tirmidzi no. 3786, status: shahih)

Hadits lain:

أَحِبُّوا اللَّهَ لِمَا يَغْذُوكُمْ مِنْ نِعَمِهِ وَأَحِبُّونِي بِحُبِّ اللَّهِ وَأَحِبُّوا أَهْلَ بَيْتِي بِحُبِّي

“Cintailah Allah atas nikmat yang telah diberikan oleh-Nya, dan cintailah aku karena cinta kepada Allah serta cintailah ahli baitku karena cinta kepadaku.”

(HR. At Tirmidzi no. 3789, status: hasan)

Dahulu Zaid bin Tsabit Radhiallahu ‘Anhu, pernah mencium tangan Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma (sepupu Rasulullah), dengan alasan memuliakan dan menghormati keluarga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Hanya saja memuliakan, mencintai, dan menghormati mereka bukan berarti mengkultuskan sampai menganggap ma’shum (tanpa dosa), sebab mereka juga manusia biasa dan bisa salah sebagaimana hadits: “Semua anak adam memiliki kesalahan…” (HR. At Tirmidzi no. 2499, status: hasan)

Hadits lain:

وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ

Siapa yang lelet amalnya, maka itu tidak bisa dipercepat oleh nasabnya. (HR. Muslim no. 2699)

Namun kesalahan mereka tidak boleh membuat kita membenci mereka sampai membully seperti bulliyan yang dilakukan orang-orang fasiq dari kalangan sekuler dan liberal hari ini.

Demikian. Wallahu a’lam

✍ Farid Nu’man Hasan
scroll to top