TAFSIR SURAT AL HUJURAT (BAG. 4) (Ayat ke 3, 4, 5)

Suara Adalah Ujian Ketakwaan Seseorang

إِنَّ الَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوَاتَهُمْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ أُولَئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَى لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ (3) إِنَّ الَّذِينَ يُنَادُونَكَ مِنْ وَرَاءِ الْحُجُرَاتِ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ (4) وَلَوْ أَنَّهُمْ صَبَرُوا حَتَّى تَخْرُجَ إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ ( 5)

3.Sesunguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya disisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.

4.Sesungguhnya orang yang memanggil kamu dari luar kamar (mu) kebanyakan mereka tidak mengerti.

5.Dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai kamu keluar menemui mereka sesungguhnya itu lebih baik bagi mereka, dan Allah Maha Pengampun labi Maha Penyayang. (QS. Al Hujurat [49]: 3-5)

Tinjauan Bahasa

يَغُضُّونَ

Menahan, seperti juga dalam menahan pandangan (ghad al bashar).

امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ

Imam At Thabari menafsirkannya sebagai:

[1] أخلص الله قلوبهم فيما أحبّ

tulus hati terhadap apa yang dicintai

وَأَجْرٌ عَظِيمٌ

Pahala yang agung, yaitu surga.

Kandungan ayat

Pada ayat ketiga, Imam At Thabari menyebutkan, orang-orang yang merendahkan suaranya, merupakan ujian yang Allah berikan kepada mereka, sebagai bentuk seleksi ketakwaan:

هؤلاء الذين يغضون أصواتهم عند رسول الله، هم الذين اختبر الله قلوبهم بامتحانه إياها، فاصطفاها وأخلصها للتقوى، يعني لاتقائه بأداء طاعته، واجتناب معاصيه، كما يمتحن الذهب بالنار، فيخلص جيدها، ويبطل خبثها[2]

Mereka yang menahan suara disisi Rasulullah, Allah sedang menguji hati mereka, memilih dan membersihkannya agar meraih ketakwaan, yaitu ketakwaan dalam melaksanakan ketaatan, menjauhi kemaksiatan, ibarat ujian emas yang dibakar api, agar menjadi murni dan lenyap buruknya.

Ayat ke empat:

إِنَّ الَّذِينَ يُنَادُونَكَ مِنْ وَرَاءِ الْحُجُرَاتِ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ

Sesungguhnya orang yang memanggil kamu dari luar kamar (mu) kebanyakan mereka tidak mengerti

Terkait dengan ayat ini, al Mawardi menyebutkan beberapa sabab nuzul, diantaranya riwayat yang bersumber dari Ma’mar dari Qatadah, saat datang seseorang menemui Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam, lalu ia berseru kepada Nabi dari luar kamar Nabi:

يا محمد , إن مدحي زين وشتمي شين , فخرج النبي صلى الله عليه وسلم فقال: (وَيْلُكَ ذَاكَ اللَّهُ , ذَاكَ اللَّهُ)[3]

“Wahai Muhammad, sesungguhnya pujian kepadaku adalah hiasan, dan cercaan kepadaku adalah aib, lalu nabi keluar dan berkata,” Celakalah engkau, itu adalah Allah, itu adalah Allah”.

Al Wahidi dalam tafsirnya menyebutkan riwayat lain tentang sabab nuzul ayat ini yaitu ketika sekelompok orang dari Bani Tamim datang mencari keberadaan Nabi Muhammad, pada saat itu Nabi sedang qailulah (tidur sejenak menjelang Dzuhur), lalu mereka memanggil-memanggil, “Wahai Muhammad keluarlah kepada kami”, lalu berkeliling diluar kamar sambil memanggil-manggil Nabi dengan tidak beradab. Ini adalah pendapat Jabir, Ibnu Abbas, Mujahid dan Al Kalbi.[4]

Ayat ke lima

وَلَوْ أَنَّهُمْ صَبَرُوا حَتَّى تَخْرُجَ إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai kamu keluar menemui mereka sesungguhnya itu lebih baik bagi mereka, dan Allah Maha Pengampun labi Maha Penyayang.

Al Qurtubi dalam tafsirnya menyebutkan:

لَوِ انتظروا خروجك لكان أصلح لهم فِي دِينِهِمْ وَدُنْيَاهُمْ. وَكَانَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَحْتَجِبُ عَنِ النَّاسِ إِلَّا فِي أوقات يشتغل فيها بِمُهِمَّاتِ نَفْسِهِ، فَكَانَ إِزْعَاجُهُ فِي تِلْكَ الْحَالَةِ مِنْ سُوءِ الْأَدَبِ[5]

Jika mereka menunggu hingga engkau keluar (Muhammad) itu lebih baik bagi agama dan dunia mereka, Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam tidaklah menghalangi bertemu manusia, kecuali karena waktu-waktu pribadi beliau, sehingga mengganggu beliau pada waktu-waktu tersebut adalah adab yang buruk.

Sedangkan Muhammad bin Abdul Latif Al Khatib mengomentari ayat ini dalam tafsirnya,”Karena Nabi manusia yang bukan seperti kebanyakan manusia lainnya, mungkin saja waktu-waktu tersebut adalah waktu wahyu turun kepada beliau, atau waktu tersebut adalah waktu beliau sedang bermunajat kepada Allah, atau sedang memohon ampun kepada Allah bagi umatnya, sehingga mengganggu beliau pada waktu tersebut adalah akhlak tercela”.[6]

Kesimpulan

  • Menjaga suara agar tidak melebihi porsinya merupakan ujian ketakwaan seorang muslim.
  • Nabi Muhammad memiliki waktu-waktu khusus, baik untuk beribadah, menerima wahyu dari Allah maupun waktu untuk memohonkan ampun bagi umatnya. Sehingga mengganggu waktu khusus beliau merupakan adab yang tercela.

Fauzan Sugiono


[1] At Thabari, Jamiul Bayan Fi Ta’wil Ay Al Qur’an, (Muassasah Ar Risalah, 1420H) J. 22 h. 282

[2] At Thabari, Jamiul Bayan Fi Ta’wil Ay Al Qur’an, (Muassasah Ar Risalah, 1420H) J. 22 h. 282

[3] Al Mawardi, An Nakat wa Al Uyun, (Beirut: Dar al Kutub Al Ilmiyah, T.th) tahqiq Sayid bin Abdil Maqsud, j. 5 h. 327

[4] Al Wahidi, Tafsir Al Basith, Saudi Arabia:Universitas Imam Muhammad Ibnu Suud, 1430 H) J. 20 h. 347

[5] Al Qurtubi, Al Jami’ Li ahkam Al Qur’an, (Kairo: Dar Al Kutub, 1384 H). j 16 h. 311

[6] Muhammad bin Abdul Latif Al Khatib, Audhah Tafasir, ( Mesir: Maktabah Misriyah,1383 H) J. 1 h. 634

Serial Tafsir Surat Al-Hujurat

TAFSIR SURAT AL HUJURAT (Muqaddimah)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT (BAG.2) (Ayat ke-1)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT (BAG.3) (Ayat ke-2)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT (BAG. 4) (Ayat 3, 4, dan 5)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT [BAG. 5] (Ayat ke-6)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT [BAG. 6] (Ayat ke-7)

Tafsir Surat Al Hujurat bag. 7 (Ayat ke-8 dan 9)

Tafsir Surat Al Hujurat Bag. 8 (Ayat ke-10)

Tafsir Surat Al Hujurat Bag. 9 (Ayat ke-11)

Tafsir Surat Al Hujurat Bag. 10 (Ayat ke-12)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT BAG 11 (Ayat ke-13)

Tafsir Surat Al Hujurat bag. 12 (Ayat ke-14)

Tafsir Surat AL Hujurat Bag. 13 (Ayat ke-15)

TAFSIR AL QUR’AN SURAT AL HUJURAT Ayat 16, 17 dan 18 (BAG. 14 SELESAI)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top