Hikmah Al-Qur’an Diturunkan Bertahap

Allah swt menyempurnakan turunnya Al-Qur’an dalam proses yang gradual. Secara berangsur-angsur, Allah swt menurunkan perintah demi perintah kepada umat Islam, menghadirkan firman-Nya saat hati Rasulullah gundah, menjelaskan masalah saat ada pertanyaan dari sahabat atau peristiwa tertentu, hingga akhirnya semua ayat dalam Al-Qur’an turun sempurna.

Penting bagi umat muslim untuk mengerti hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara bertahap, agar umat muslim bisa menghayati perjuangan Rasulullah saw. Idealnya, seorang muslim memiliki pengetahuan tentang asbabun nuzul (peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi turunnya suatu ayat). Pemahaman ini bisa menumbuhkan semangat juangnya dalam mengamalkan ajaran Islam.

Hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara bertahap antara lain:

Meneguhkan Hati Rasulullah

Begitu banyak rintangan dalam dakwah Rasulullah saw. Peristiwa demi peristiwa dihadapinya, dan banyak di antaranya kejadian yang tidak mengenakkan. Menghadapi semua itu perlu mental yang kuat. Manusia biasa butuh nasihat, masukan, saran, dan kata-kata motivasi saat menghadapi masalah. Untuk Rasulullah, penguatan mental itu berupa turunnya Al-Qur’an di kala ia saw gundah hatinya. Itulah hikmah pertama, meneguhkan hati Rasulullah saw.

“Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?” Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.” (Al-Furqon: 32-33)

Ketika Rasulullah diejek sebagai orang gila, Allah menurunkan surat Al-Qolam yang menjelaskan bahwa beliau tidak gila, bahkan perangai beliau beradat yang luhur. Saat beliau mengalami pukulan yang hebat dalam perang Uhud, Allah swt meneguhkan ia dan pasukan muslim dengan turunnya Al-Qur’an.

Agar Qur’an Mudah Dihafal dan Dipahami

“Dan Al Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (Al-Isra 106)

Ini merupakan sunnahnya, bahwa sesuatu yang diajarkan secara gradual dan runut akan lebih mudah dipahami. Penghafal Al-Qur’an hingga zaman sekarang akan menghafalnya dari yang mudah. Di zaman Rasulullah, pada peristiwa demi peristiwa Al-Qur’an diturunkan; dan dibantu dengan metode berfikir asosiatif, ayat-ayat itu lebih mudah dihafal.

Mementahkan Argumentasi Orang Kafir

Orang-orang kafir akan mencari kelemahan dari ajaran Islam. Dan saat mereka mendatangkan keraguan di kalangan umat muslim, Allah menurunkan Al-Qur’an yang mementahkan keraguan itu. Begitu seterusnya hingga orang kafir frustasi terhadap Al-Qur’an.

“Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.” (Al-Furqan: 33)

Penahapan Dalam Menurunkan Syariat-Nya

Contoh yang paling populer adalah penahapan pelarangan khamr (minuman keras). Karena khamr sudah menjadi gaya hidup yang sangat melekat di peradaban Arab kala itu, maka pelarangannya harus dilakukan secara bertahap.

Pertama kali Allah menerangkan bahwa khamr menyimpan potensi buruk yang besar.

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfa’at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa’atnya” (Al-Baqoroh 219)

Setelah argumentasi ini tersebar di kalangan manusia dan mereka memahaminya, lalu turun perintah agar tidak dalam keadaan pengaruh khamr saat mendirikan sholat.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan.” (An Nisa 43)

Hingga larangan itupun sempurna, Allah memerintahkan umat Islam meninggalkan khamr secara total.

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah , adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). Dan ta’atlah kamu kepada Allah dan ta’atlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (Al-Maidah 90-92)

Merespon Peristiwa-Peristiwa yang Terjadi

Agar Al-Qur’an dapat dipahami oleh manusia seluruh zaman, maka Allah swt menyetting peristiwa-peristiwa penyebab turunnya Al-Qur’an. Dan juga melalui pertanyaan-pertanyaan para sahabat yang kemudian dijelaskan oleh Allah swt melalui Al-Qur’an.

Allah swt mendisain peristiwa pernikahan Rasulullah saw dengan Zainab rha. dengan tujuan menghapus anggapan anak hasil adopsi/anak angkat sebagai anak sendiri yang sudah berlaku di kalangan bangsa Arab. Atas peristiwa itu, Allah swt menurunkan Qur’an surat Al-Ahzab 37. Sebelumnya berlaku aturan tidak boleh menikahi wanita mantan istri anak angkat sendiri. Namun Allah swt menghapus aturan itu dengan peristiwa ini.

Atau atas pertanyaan para sahabat yang meminta fatwa kepada Rasulullah saw tentang haidh, Allah swt meresponnya dengan menurunkan surat Al-Baqarah ayat 222.

Juga saat memutuskan perkara soal fitnah dari kalangan munafik kepada Aisyah rha (peristiwa haditsul ifki), Allah menurunkan beberapa ayat dalam surat An-Nur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top