Tafsir Surat Al Muzammil (Bag. 4)

(ayat 8)

وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا (8)

Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.(QS. Al Muzammil:8)

Tinjauan Bahasa

وَالتَّبَتُّلُ: الِانْقِطَاعُ

At-tabattul: Terputus”

Menurut Imam Asy Syaukani dalam tafsirnya menyebutkan makna:[1]

وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا أَيِ: انْقَطِعْ إِلَيْهِ انْقِطَاعًا بِالِاشْتِغَالِ بِعِبَادَتِهِ

“Makna tabattal ilaihi tabtila yaitu: terputus dengan sebenarnya, sibuk dengan ibadah kepada Allah. Menurut Al Wahidy, kata at tabattul artinya:

رَفْضُ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا، وَالْتِمَاسُ مَا عِنْدَ اللَّهِ

Menolak dunia dan isinya, hanya berharap apa yang ada disisi Allah (balasan dari Allah)

Sebutlah Nama Rabbmu

وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا

Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.(QS. Al Muzammil:8)

Ayat ini mengandung dua petunjuk, pertama: agar manusia banyak berzikir (mengingat Allah). Kedua, agar manusia  melakukan at tabattul (fokus ibadah malam dengan qiyamullail, meninggalkan hiruk pikuk duniawi)

Sebagaimana dahulu Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, berjihad pada siang hari, berdakwah kepada kaumnya, agar mereka meng-Esakan Allah. Dan pada malam harinya Rasulullah melakukan qiyamullail hingga kedua kaki beliau bengkak-bengkak karena lama dan panjangnya beliau qiyamullail.

Hal ini memberikan pemahaman yang benar tentang Islam, karena Islam bukanlah agama bagi orang pemalas, atau agama bagi orang yang putus asa karena nasib buruk di dunia. Namun Islam adalah agama yang memiliki sifat tawazun (seimbang) dunia dan akherat. Berbeda dengan rahib-rahib Yahudi, mereka meninggalkan semua hal ihwal terkait duniawi, mereka tidak menikah, dan hanya berdoa dan berdoa saja. Namun didalam agama Islam, siangnya beraktifitas duniawi, malamnya untuk aktifitas ukhrawi.

Secara Bahasa, dzikir memiliki dua makna:

  1. Sesuatu yang teucap oleh lisan
  2. Lawan dari lupa atau menghadirkan sesuatu di dalam hati

Secara istilah, dzikir mengadung pengertian:

أَمَّا فِي الاِصْطِلاَحِ فَيُسْتَعْمَل الذِّكْرُ بِمَعْنَى ذِكْرِ الْعَبْدِ لِرَبِّهِ عَزَّ وَجَل، سَوَاءٌ بِالإْخْبَارِ الْمُجَرَّدِ عَنْ ذَاتِهِ أَوْ صِفَاتِهِ أَوْ أَفْعَالِهِ أَوْ أَحْكَامِهِ أَوْ بِتِلاَوَةِ كِتَابِهِ أَوْ بِمَسْأَلَتِهِ وَدُعَائِهِ أَوْ بِإِنْشَاءِ الثَّنَاءِ عَلَيْهِ بِتَقْدِيسِهِ وَتَمْجِيدِهِ وَتَوْحِيدِهِ وَحَمْدِهِ وَشُكْرِهِ وَتَعْظِيمِهِ

“ Sedangkan secara istilah, dzikir bermakna, ingatnya hamba kepada Rabb aza wajalla, baik dengan mengingat Allah dari Dzat-Nya, atau sifat, atau perbuatan atau hukum-hukum-Nya, atau dengan membaca Al-Qur’an, atau dengan meminta dalam doa, dengan cara memuji, mensucikan, memuliakan, meng-Esakan, memujinya, bersyukur dan mengagungkan-Nya.[2]

Adapun secara khusus, dzikir juga bisa bermakna shalat, seperti dalam firman Allah:

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

“Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Ankabut:45)

Dzikir kepada Allah dilakukan dengan lisan dan hati. Lisan memuji Allah, dengan bertahmid, mensucikan Allah dengan bertasbih, memohon ampunan kepada Allah dengan beristighfar. Adapun dzikir dengan hati, artinya meyakini, mengagungkan dan mengakui bahwa semua nikmat berasal dari Allah, semua manfaat berasal dari Allah, dan tidak ada yang dapat menghilangkan musibah melainkan Allah.

Keutamaan Dzikir

Dalam hadits Qudsi disebutkan:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَقُولُ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ :مَنْ شَغَلَهُ الْقُرْآنُ وَذِكْرِي عَنْ مَسْأَلَتِي أَعْطَيْتُهُ أَفْضَل مَا أُعْطِي السَّائِلِينَ

“Dari Abu Said Al Khurdi Radhiyallahuanhu, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda,”Allah Subhanahu wata’ala berfirman,” Barang siapa orang yang sibuk dengan mengingatku, daripada meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberikan kepadanya apa yang lebih baik dari permintaan orang-orang yang meminta””(HR. Tirmizi)

Beberapa pendapat Ulama Tafsir Tentang Makna تَبْتِيلًا  (Tabtiila)

Menurut Syekh Nawawi Al Bantani[3]

وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا : أي انقطع إلى الله تعالى عن الدنيا بإخلاص العبادة

Fokus ibadah dengan ikhlas kepada Allah, dan memisahkan diri dari hal keduniawian.

Menurut Ar Razy

Beliau menyebutkan bahwa makna At Tabattul adalah ikhlas, atau tamyiz (membedakan antara satu dan lainnya). Sehingga orang yang memiliki keinginan mengenal Allah maka ia akan berusaha sungguh sungguh kearah sana. Ia akan kesampingkan hal-hal yang tidak ada kaitannya dalam proses ia mengenal Allah dengan sebenar-benarnya.

وَالطَّالِبُ لِمَعْرِفَةِ اللَّهِ مُتَبَتِّلٌ إِلَى مَعْرِفَةِ اللَّهِ

“Orang yang ingin ma’rifat (mengenal) Allah maka ia akan fokus mengenal Allah”[4]

Menurut Imam Suyuthi[5]

{وَاذْكُرْ اسْم رَبّك} أَيْ قُلْ بِسْمِ اللَّه الرَّحْمَن الرَّحِيم فِي ابْتِدَاء قِرَاءَتك

“Bacalah Bismillahirrahmanirrahim, dalam memulai bacaan (Al-Qur’an)mu”

Menurut Syekh Tahir bin Asyur (1393H) menyebutkan, bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam memiliki waktu khusus untuk bermunajat kepada Allah. Waktu khusus ini setelah nabi pada siang hari melakukan aktifitas dakwahnya, mengajar dan mentarbiyah ummat agar memahami Rabbnya. Sehingga waktu khusus ini tidak melalaikan nabi dari tugas risalah disiang hari beliau. Hal ini berlawanan dengan para rahib-rahib yang tidak menikah dan menghindari urusan duniawi.[6]

Menurut Imam At Thabari

Beliau menukil pendapat dari Ibnu Abbas:

عن ابن عباس، قوله: (وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلا) قال: أخلص له إخلاصا

“Dari Ibnu Abbas, firman Allah وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلا maknanya, ikhlas seikhlas-ikhlasnya”.[7]

Hikmah Ayat

  1. Dzikrullah (mengingat Allah) adalah amalan utama, karena ibadah terbaik adalah ibadah yang mengingatkanmu kepada Allah. Shalat terbaik adalah shalat karena ingat kepada Allah, bukan yang lalai, begitupula sedekah, sedekah terbaik karena ingat Allah, bukan ingin sanjungan atau motivasi lain, begitupula haji dan amalan shalih lain, jika tidak disertai dzikrullah maka sia-sia belaka.
  2. Dzikir mencakup ucapan lisan, hati dan perbuatan yang mencerminkan ingat kepada Allah.
  3. Tabtiila, adalah fokus ibadah qiyamullail meninggalkan hal-hal yang bersifat keduniawian.

والله أعلم

=====================

Fauzan Sugiyono, Lc, M.Ag


[1] Muhammad bin Abdillah Asy Syaukani Al Yamani (1250H), Fath Al-Qadir, Damaskus: Dar Ibnu Katsir, 5/381)

[2] Al Mausu’ah Al Fikhiyah Al Kuwaitiyah, Dewan Wakaf Kuwait, 1427, 21/220

[3] Muhammad bin Umar An Nawawi Al Jawi Al Bantani Al Jawi (1316H), Marah Labid, 2/575

[4] Fakhruddin Ar Razy (606H), Mafatih Al Ghaib, 30/687

[5] Tafsir Jalalain, 1/773

[6] Tahir bin Asyur, At Tahrir wa at Tanwir, 29/266

[7] Tafsir At Thabari,23/688

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top