Tafsir Surat AL Hujurat Bag. 13 (Ayat ke-15)

Ciri Beriman, Tak Ragu Berjihad Dengan Harta dan Jiwa

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ (15)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al Hujurat [49]:15

  • Kebahasaan

لَمْ يَرْتَابُوا

Mereka tidak ragu-ragu

وَجَاهَدُوا

berjihad

بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ

Dengan harta dan jiwa

فِي سَبِيلِ اللَّهِ

Dijalan Allah

  • Munasabah (korelasi ayat)

Setelah Allah mengungkap hakikat keimanan Arab Badui yang mengatakan telah beriman, padahal mereka baru masuk islam dan belum memahami keimanan yang sesungguhnya. Kemudian Allah menyebutkan bahwa bukti iman yang benar adalah, adalah tidak ragu-ragu terhadap ke-Esaan Allah, juga risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shalallah alaihi wasallam, senantiasa teguh dalam ketaatan kepadanya, dan berjihad dengan harta dan jiwanya, menegakkan kalimat Allah.[1]

  • Pendapat para mufassirin

  1. Imam As Sa’di

Beliau menyebutkan bahwa seorang muslim yang memiliki iman yang benar, akan tekumpul didalam dirinya iman dan jihad, karena jihad merupakan perwujudan imannya. Sehingga barang siapa yang tidak mampu mengalahkan jiwanya dalam berjihad, ia termasuk orang yang lemah iman, iman yang kuat tidak akan tak kan pernah ragu dalam meyakini syariat dan perintah Allah.[2]

  1. Ibnu Asyur

Beliau menyebutkan, bahwa iman berbuah keyakinan yang tak ragu

(إِنَّمَا) لِلْحَصْرِ، وَ (إِنَّ) الَّتِي هِيَ جُزْء مِنْهَا مفيدة أَيْضًا لِلتَّعْلِيلِ وَقَائِمَةٌ مَقَامَ فَاءِ التَّفْرِيعِ، أَيْ إِنَّمَا لَمْ تَكُونُوا مُؤْمِنِينَ لِأَنَّ الْإِيمَانَ يُنَافِيهِ الِارْتِيَابُ

Kata “innama” berfungsi pembatas (lil Hashr) dan kata “inna” merupakan bagiannya yang berfungsi sebagai sebab atau alasan (li ta’lil) maksudnya, “Tak disebut mukmin jika ia masih ragu kepada Allah, karena kekuatan iman akan menghilangkan keraguan”.[3]

  1. Sayyid Qutub

فالقلب متى تذوق حلاوة هذا الإيمان واطمأن إليه وثبت عليه، لا بد مندفع لتحقيق حقيقته في خارج القلب. في واقع الحياة. في دنيا الناس. يريد أن يوحد بين ما يستشعره في باطنه من حقيقة الإيمان، وما يحيط به في ظاهره من مجريات الأمور وواقع الحياة. ولا يطيق الصبر على المفارقة بين الصورة الإيمانية التي في حسه، والصورة الواقعية من حوله. لأن هذه المفارقة تؤذيه وتصدمه في كل لحظة. ومن هنا هذا الانطلاق إلى الجهاد في سبيل الله بالمال والنفس

Hati akan merasakan manisnya iman, ketenangan dan keteguhan, harus terejawantahkan dalam kehidupan nyata dan dunia manusia, dimaksudkan untuk menyatukan antara hakikat iman dan konsekwensi zahir dalam kehidupan. Tak kan bisa memisahkan antara refleksi iman dalam perasaan bathin dan kenyataan disekitarnya. Karena pemisahan ini akan berbenturan setiap saat. Dari sinilah titik tolak ke arah jihad fi sabilillah, dengan jiwa dan harta.[4]

  1. Mahmud Al Hijazi

Terkait ayat ini beliau menyebutkan tentang sifat-sifat seorang mukmin dalam ayat, diantaranya:[5]

  • Seorang mukmin adalah orang yang mengimani Allah sebagai Pencipta, Pengatur dan Maha mengetahui yang ghaib dan yang nyata maupun yang tersembunyi di dasar hati.
  • Mengimani Rasulullah Shalallah alaihi wasallam sebagai Nabi dan Rasul terakhir, yang menyampaikan risalah paripurna, tiada nabi setelah beliau, dan tidaklah beliau menyampaikan berdasarkan hawa nafsu, melainkan berdasarkan wahyu yang diturunkan Allah.
  • Tidak ragu-ragu terhadap segala hal, manakala iman dan keyakinannya teguh, imanya tak dipertaruhkan untuk kepentingan tertentu.
  • Berjihad dengan harta dan jiwa sebagai bentuk realisasi iman
  • Hikmah Didahulukan Jihad harta dibanding jiwa

Al Alusi menyebutkan, didahulukannya jihad harta dibanding dengan jiwa (nyawa) dalam ayat-ayat Al Qur’an karena jihad dengan harta banyak terjadi (aktsara wuqu’an) dan sesuai dengan kebutuhan (atamma lil hajat). Karena tak kan mungkin terjadi, jihad nyawa tanpa dibarenngi dengan jihad harta.[6]

Menurut Ibnu Hayyan, hikmah didahulukannya kata amwal (harta) dari pada anfus (jiwa) dalam jihad karena, mujahid ibarat seorang penjual, dan ia akan mengakhirkan penawaran termahal untuk sesuatu yang paling berharga.[7]

Menurut Abu Bakar Al Jazairi, hikmah didahulukannya harta dari pada jiwa dalam jihad adalah, karena materi yang dibutuhan terlebih dahulu untuk akomodasi baru disusul dengan jiwa.[8]

Syaikh Shalih Al Utsaimin pernah ditanya, mengapa didahulukan jihad dengan harta dibanding dengan jihad dengan jiwa. Karena prajurit perang lebih banyak membutuhkan perlengkapan dan materi untu berperang, dan jihad dengan harta relative lebih mudah daripada jihad dengan nyawa.[9]

Didalam hadits, Rasulullah menyebutkan urgensi jihad dengan harta;

عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قال: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: «جَاهِدُوا المُشْرِكِينَ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَأَلْسِنَتِكُمْ

Dari Anas, Rahiyallah Anhu, Rasulullah bersabda,”Berjihadlah untuk melawan orang musyrik dengan harta dan jiwa serta lisan kalian. ( Musnad Ahmad, 11798)

والله أعلم

Fauzan Sugiono


[1] At Thabari 310 H, Tafsir At Thabari, (Muassasah Ar Risalah, 1420) juz 22/318

[2] Abdurrahman Nasir As Sa’di, Tafsir As Sa’di, 1/802

[3] Ibnu Asyur, At Tahrir wa Tanwir, (Tunis: Dar Tunis Lin Nasyr, 1984) 26/267

[4] Sayid Qutub, Fi Zilalil Qur’an,6/3349

[5] Mahmud Al Hijazi, Tafsir Al Wadhih, (Beirut: Dar Jail Al Jadid, 1413 H) 3/514

[6] Al Alusi, Ruhul Ma’ani, (Beirut: Dar Kutub Al Islami, 1415H) 7/141

[7] Al Bahrul Muhit, 4/242

[8] Aisar Tafasir, 134

[9] Majmu’Fatawa wa Rasail Syaikh Al Utsaimin,25/312

Serial Tafsir Surat Al-Hujurat

TAFSIR SURAT AL HUJURAT (Muqaddimah)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT (BAG.2) (Ayat ke-1)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT (BAG.3) (Ayat ke-2)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT (BAG. 4) (Ayat 3, 4, dan 5)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT [BAG. 5] (Ayat ke-6)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT [BAG. 6] (Ayat ke-7)

Tafsir Surat Al Hujurat bag. 7 (Ayat ke-8 dan 9)

Tafsir Surat Al Hujurat Bag. 8 (Ayat ke-10)

Tafsir Surat Al Hujurat Bag. 9 (Ayat ke-11)

Tafsir Surat Al Hujurat Bag. 10 (Ayat ke-12)

TAFSIR SURAT AL HUJURAT BAG 11 (Ayat ke-13)

Tafsir Surat Al Hujurat bag. 12 (Ayat ke-14)

Tafsir Surat AL Hujurat Bag. 13 (Ayat ke-15)

TAFSIR AL QUR’AN SURAT AL HUJURAT Ayat 16, 17 dan 18 (BAG. 14 SELESAI)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top