I’tikaf Hanya Mampu Beberapa Hari atau Beberapa Saat

Bismillahirrahmanirrahim..

Boleh, jika memang tdk bs yg ideal, namun semampunya saja jangan ditinggalkan..

Allah Ta’ala berfirman:

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ

Bertaqwalah kamu semampu kamu. (QS. At Taghabun: 16)

Dan kaidah fiqih:

ما لا يدرك كله لا يترك كله

Apa-apa yg tidak bisa diraih semuanya, janganlah ditinggalkan semuanya

Syaikh Dr. Ahmad Yusuf Sulaiman menjelaskan:

وفي مذهب الإمام الشافعي من الممكن أن تكون لحظة، وعند غيره أقله يوم بليلة ليكون المعتكف صائمًا؛ ولذلك فيجوز الاعتكاف في رمضان، وفي العشر الآخرة، والعشر الوسطى، والعشر الأولى، ويجوز اعتكاف يوم أو يومين أو أكثر أو أقل

Dalam mazhab Syafi’i dimungkinkan I’tikaf walau sesaat, menurut mazhab lainnya lebih sebentar dari sehari semalam agar sama seperti I’tikafnya orang puasa. Oleh krn itu boleh I’tikaf di Ramadhan 10 hari akhir, 10 hari tengahnya, dan 10 awalnya. Boleh pula i’tikaf sehari, atau dua hari, atau lebih, atau kurang.

Demikian. Wallahu A’lam

Farid Nu’man Hasan

Sikap Ulama Kontemporer Tentang Zakat Fitrah Dengan Uang

1. Syaikh Muhammad bin Ibrahim Rahimahullah (mantan mufti Saudi Arabia di zamannya dan guru dari Syaikh Bin Baaz):

“Zakat fitrah dengan uang DALIL DALILNYA KUAT”

Beliau berkata:

و جوز ذلك أبو حنيفة رحمه الله، وإليه ميل البخاري في صحيحه، وشيخ الإسلام ابن تيمية، ولكن يشترط كون ذلك أنفع، واستدل البخاري وغيره على ذلك بأدلة قوية

Hal itu boleh menurut Abu Hanifah rahimahullah, dan ini menjadi kecenderungan pendapat Imam Al Bukhari dalam Shahih-nya, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, tetapi dengan syarat bahwa hal itu lebih bermanfaat, dan dalam hal ini Imam Al Bukhari dan lainnya berdalil dengan DALIL-DALIL YANG KUAT. (Fatawa wa Rasail Samahatusy Syaikh Muhammad bin Ibrahim, 4/30)

2. Syaikh Husamuddin bin ‘Afanah Hafizhahullah (Pakar Fiqih dan Ushul Fiqih di Universitas Al Quds)

Beliau berkata:

ولا يصح القول بأن من أخرج القيمة في صدقة الفطر فإنها غير مجزئة، فالمسألة محل خلاف بين العلماء، ومسائل الخلاف إن أخذ أحد من الناس بقول أحد العلماء المجتهدين فلا حرج عليه إن شاء الله تعالى، وجواز إخراج القيمة قال به جماعة من أهل العلم المعتبرين

Tidak benar perkataan yang menyebut bahwa orang yang mengeluarkan zakat fitri dengan uang adalah tidak sah. Masalah ini adalah zona debatable ulama. Masalah yang masih diperselisihkan ulama, jika seseorang mengambil salah satu pendapat ulama mujtahid maka itu tidak masalah, Insya Allah. Bolehnya mengeluarkan zakat fitri dengan uang adalah pendapat segolongan ulama mu’tabar. (Yas’alunaka ‘an Ramadhan, Hal. 229)

3. Syaikh Ali Muhyiddin al Qurrah Daghi Hafizhahullah (Sekjen Ikatan Ulama Islam Internasional)

Beliau menyebut ada tiga pendapat dalam hal ini: 1. Tidak boleh secara mutlak, 2. Boleh secara mutlak, 3. Boleh jika ada maslahat.

Beliau menyebut pendapat kedua:

جواز دفع القيمة مطلقاً في جميع الأحوال ، وهو مذهب أبي حنيفة ، وأبي يوسف ، واختاره الفقيه المحدث أبو جعفر الطحاوي وهو المعتمد عند الحنفية ، وهو مروي عن سفيان الثوري ، وعمر بن عبدالعزيز ، والحسن البصري ، وغيرهم ، ورواية عن أحمد للحاجة أو مصلحة راجحة ، وهو رأي معظم المعاصرين اليوم، والهيئة العالمية لقضايا الزكاة المعاصرة ، وشيخ الأزهر السابق الشيخ محمود شلتوت والشيخ القرضاوي.

Bolehnya zakat fitrah dengan uang secara mutlak di semua keadaan, inilah madzhab Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan yang dipilih oleh al Muhaddits al Faqih Abu Ja’far ath Thahawi, dan merupakan pendapat resmi Hanafiyah, dan diriwayatkan sebagai pendapat Sufyan ats Tsauri, Umar bin Abdul Aziz, Hasan al Bashri, dan selain mereka. Ini juga salah satu riwayat dari Imam Ahmad bin Hambal, jika memang dengan uang ada maslahat yang kuat. Ini adalah pendapat MAYORITAS ULAMA HARI INI, serta pendapat Lembaga Zakat Internasional Modern, serta fatwa Syaikhul Azhar yang lalu Syaikh Mahmud Syaltut dan Syaikh Yusuf al Qaradhawi.”

Lalu Syaikh Ali Daghi Hafizhahullah menyimpulkan setelah mengkaji dan membandingkan tiga pendapat itu:

يتبيّن لي رجحان القول الثاني مع ضبطه بما قاله أصحاب القول الثالث من أن يكون دفع القيمة أنفع للفقراء ، وبالتالي فإذا كان دفع الطعام والحبوب أنفع لهم فيبقى هو الأصل والله أعلم

Telah jelas bagiku, kekuatan argumentasi pendapat kedua beserta rambu-rambunya yg dikatakan pendapat ketiga yaitu jika dengan uang lebih bermanfaat bagi fuqara. Namun, jika membayar zakat fitrah dengan makanan dan biji-bijian (gandum, dll) lebih bermanfaat maka itulah yg lebih utama.
(https://iumsonline.org/fa/ContentDetails.aspx?ID=8564)

4. Al ‘Allamah Syaikh Yusuf al Qaradhawi Rahimahullah (Faqih abad ini), beliau berkata:

ومن هذا يتضح لنا أن المدار في الأفضلية على مدى انتفاع الفقير بما يدفع له، فإن كان انتفاعه بالطعام أكثر كان دفعه أفضل، كما حالة المجاعة و الشدة، وإن كان انتفاعه بالنقود أكثر كان دفعها أفضل.

Dari sini jelaslah bagi kami, bahwa masalah keutamaan tergantung manfaatnya bagi faqir miskin. Jika manfaat dengan makanan pokok lebih banyak maka dengan makanan lebih afdol. Seperti dlm kondisi paceklik atau kelaparan. Namun, apabila dengan uang lebih bermanfaat, maka menunaikannya dengan harga(uang)nya lebih utama. (Fiqhuz Zakah, Hal. 794)

5️⃣ Syaikh Khalid bin Abdullah Al Mushlih Hafizhahullah (murid senior sekaligus menantu Syaikh Utsaimin)

Beliau menyebutkan ada tiga pendapat tentang zakat fitrah dengan uang:

1. Tidak boleh, ini pendapat jumhur
2. Boleh, jika memang ada maslahat atau hajat untuk itu. Ini pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
3. Boleh secara mutlak, ini pendapat Imam Abu Hanifah.

Lalu Beliau berkata:

وأرجح هذه الأقوال هو ما ذهب إليه شيخ الإسلام من أن الأصل هو إخراجها من الطعام ما لم تدع إلى ذلك مصلحة أو حاجة فيجوز إخراجها من النقود.

Yang paling kuat dari berbagai pendapat ini adalah apa yang dikatakan Syaikhul Islam, prinsipnya adalah dengan makanan, namun boleh dengan uang jika ada maslahat atau hajat.

(Lihat: https://www.almosleh.com/ar/16753)

Wallahul Muwaffiq ilaa Aqwamith Thariq

✍ Farid Nu’man Hasan

Ibu Hamil dan Menyusui, Qadha atau Fidyah?

◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

✉️❔PERTANYAAN:

assalamualaikum wr wb, maaf mau tanya, Thun 2020 saya hamil dan pda buln Ramadan tpatnya saya sakit 1 Mingguan lebih, beberpa bln kmudian anak sya lahir lalu menyusui, dan bertemu lagi d bulan Ramadan berikutnya,
Itu gimana y cara membayarnya soalnya belum sempat byar utang puasa yg lalu tpi udh ketemu lg dngan puasa berikutnya karna menyusui, itu gimana ya (N, sukabumi +62 857-9851-xxxx)

✒️❕JAWABAN

◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir -nya (jilid. 1, hal. 501) menyebutkan ada 4 pendapat bagi IBU HAMIL/MENYUSUI, apakah qadha atau fidyah:

1. QADHA dan FIDYAH sekaligus

2. TIDAK QADHA dan TIDAK FIDYAH

3. Qadha saja, TANPA fidyah. Ini pendapat mayoritas ahli fiqih.

4. FIDYAH saja, TANPA QADHA. Ini pendapat para sahabat nabi seperti Ibnu Umar dan Ibnu Abbas.

Mana pendapat yang lebih pas? Seorang ahli fiqih abad ini, Al Allamah Syaikh Yusuf Al Qaradhawy hafizhahullah, dalam kitab Taisiru Fiqh (Fiqhus Siyam) memberikan jalan keluar yang bagus bahwasanya ini disesuaikan dengan kondisi wanita tsb. Apakah dia tipe wanita yang sering hamil ataukah jarang. Beliau berkata:

وهكذا كان كثير من النساء فى الأزمنة الماضية فمن الرحمة بمثل هذه المرأة ألا تكلف القضاء و تكتفى بالفدية، و فى هذا خير للمساكين وأهل الحاجة. أما المرأة التى تتباعد فترات حملها كما هو الشأن فى معظم نساء زمننا فى معظم المجتمعات الإسلامية و خصوصا فى المدن والتى قد لا تعانى الحمل والارضاع فى حياتها الا مرتين او ثلاثا، فالأرجح أن تقضى كما هو رأى الجمهور

“Demikianlah, Banyak ibu-ibu terdahulu (yang sering hamil) maka merupakan rahmat dari Allah bagi mereka jika tidak dibebani kewajiban qadha, namun cukup dengan fidyah saja, di samping hal ini merupakan kebaikan untuk faqir dan miskin dan orang-orang yang membutuhkan pertolongan materi.
Namun bagi ibu-ibu yang masa melahirkannya jarang, sebagaimana umumnya ibu-ibu di masa kita saat ini dan di sebagian besar negara Islam, tertutama di kota-kota, kadang-kadang hanya mengalami dua kali hamil dan dua kali menyusui selama hidupnya. Maka, bagi mereka lebih tepat pendapat jumhur, yakni qadha (bukan fidyah).”

(Fiqhush Shiyam, Hal. 73-74)

Jadi, jika wanita tersebut sulit puasa karena sering hamil dan selalu melalui bulan Ramadhan saat hamil, maka bagi dia fidyah saja. Ada pun, jika hamilnya jarang, karena masih ada waktu atau kesempatan di waktu tidak hamil, maka wajib baginya qadha saja. Inilah pendapat yang nampaknya kompromis dan adil, seimbang, dan sesuai ruh syariat Islam.

Demikian. Wallahu Alam

✍ Farid Nu’man Hasan

Tingkatan Orang Puasa

Imam Al Ghazali menjelaskan:

اعْلَمْ أَنَّ الصَّوْمَ ثَلَاثُ دَرَجَاتٍ صَوْمُ الْعُمُومِ وصوم الخصوص وصوم خصوص الخصوص
وأما صَوْمُ الْعُمُومِ : فَهُوَ كَفُّ الْبَطْنِ وَالْفَرْجِ عَنْ قضاء الشهوة ، كما سبق تفصيله.
وَأَمَّا صَوْمُ الْخُصُوصِ : فَهُوَ كَفُّ السَّمْعِ وَالْبَصَرِ وَاللِّسَانِ ، وَالْيَدِ وَالرِّجْلِ وَسَائِرِ الْجَوَارِحِ،  عَنِ الْآثَامِ.
وأما صوم خصوص الخصوص : فصوم القلب عن الهمم الدَّنِيَّةِ ، وَالْأَفْكَارِ الدُّنْيَوِيَّةِ ، وَكَفُّهُ عَمَّا سِوَى اللَّهِ عز وجل بالكلية“

Ketahuilah, bahwa puasa ada tiga tingkatan; puasanya orang umum (kebanyakan), orang khusus, dan khususnya khusus.

Puasa orang umum: menahan perut (dari makan dan minum) dan  kemaluan dari syahwat.

Puasa orang khusus: menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki, dan semua anggota badan dari berbagai dosa.

Puasa khususnya khusus: puasanya hati dari hasrat dunia, pikiran tentang dunia, dan menahan diri dari apa pun selain Allah Ta’ala.

Ihya ‘Ulumuddin, jilid. 1, hal. 234

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top