Persaudaraan Karena Aqidah Adalah Yang Tertinggi Di Atas Persaudaraan Lainnya

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al Hujurat (49): 10)

Imam Al Qurthubi Rahimahullah mengatakan:

أي في الدين والحرمة لا في النسب، ولهذا قيل: أخوة الدين أثبت من أخوة النسب، فإن أخوة النسب تنقطع بمخالفة الدين،وأخوة الدين لا تنقطع بمخالفة النسب

Yaitu persaudaraan dalam agama dan kehormatan bukan dalam nasab. Oleh karenanya dikatakan:

📌 persaudaraan karena agama lebih kuat dari pada persaudaraan nasab,

📌 maka persaudaraan nasab akan terputus dengan berbedanya agama,

📌 sedangkan persaudaraan karena agama tidaklah terputus dengan berbedanya nasab.”

📚 Imam Al Qurthubi, Al Jami’ Li Ahkamil Quran, 16/322-323. Darul ‘Alim Al Kutub, Riyadh. Tahqiq: Hisyam Samir Al Bukhari

Maka, siapa pun dia, suku apa pun, ras apa pun, tapi dia muslim maka dia saudara. Saudara seiman.

Sebaliknya, walau dia adik, kakak, orang tua, anak, kerabat, tapi berbeda aqidah, maka dia bukan saudara dalam artian sebenarnya, hanya saudara senasab.

Jika berkumpul keduanya, dia saudara senasab dan juga saudara seaqidah, maka lebih kuat lagi kedudukannya.

Wallahu A’lam

🌾🌿🌷🌻🍃🌸☘🌳

✍ Farid Nu’man Hasan

Hari Kamis Nih… Apa Saja Keistimewaannya?

📌Kamis adalah hari yang nabi sukai untuk bepergian

Dari Ka’ab bin Malik Radhiallahu ‘Anhu:

ان رسول الله صلى الله عليه و سلم كان إذا أراد أن يسافر لم يسافر الا يوم الخميس

Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jika hendak safar, Beliau tidak bersafar melainkan pada hari kamis. (HR. Ahmad No. 27178. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: shahih. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 27178)

📌 Kamis adalah hari disebarkannya Ad Dawwab

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

وَبَثَّ فِيهَا الدَّوَابَّ يَوْمَ الْخَمِيسِ

Allah membanyakkan Ad Dawwab di bumi pada hari Kamis. (HR. Muslim No. 2789)

Ad Dawwab adalah jamak dari daabbah. Dalam Al Quran ada tiga cakupan makna:

🖌 untuk menyebut hewan,
🖌 menyebut hewan dan manusia,
🖌 menyebut semua makhluk bernyawa baik hewan, manusia, dan jin.

📌 Hari dianjurkannya puasa

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, katanya: bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

تُعْرَضُ الْأَعْمَالُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Amal-amal manusia diperiksa setiap hari Senin dan Kamis, maka saya suka ketika amal saya diperiksa saat saya sedang berpuasa.

(HR. At Tirmidzi No. 747, katanya: hasan gharib. Syaikh Al Albani mengatakan: shahih. Lihat Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 747)

📌 Hari dibukanya pintu-pintu surga dan diampunkannya hamba

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ فَيُقَالُ أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا

“Pintu-pintu Surga dibuka pada hari Senin dan Kamis, maka saat itu akan diampuni semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali seseorang yang antara dirinya dan saudaranya terjadi permusuhan. Lalu dikatakan: ‘Tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai.” (HR. Muslim No. 2565, Al Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 411, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 6626)

Wallahu A’lam

Farid Nu’man Hasan

Taujih Qurani Jelang Pilkada DKI

بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Sudahkah Berdoa untuk negeri ini dan DKI ini sebanyak-banyanya?
—————–

ﺃﻋﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ

(وَكَذَٰلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ)

“Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi pemimpin atau sahabat bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.”
(QS. Al-An’am : 129)

Maksud firman Allah ﷻ  di atas menurut imam Al Qurtubi :

Bahwa ancaman bagi masyarakat yang banyak berdosa, jika tidak segera berhenti dari dosa. Allah ﷻ akan hadirkan pemimpin yang juga senang dengan dosa. Naudzubillahi mindzalik.

Terbayangkah di benak kita,  jika umat Islam DKI atau bahkan negri ini sampai dipimpin kembali orang kafir ?

Kalau saja kita paham bahwa dengan dipimpinnya umat Islam oleh orang kafir adalah suatu musibah yang sangat besar, tentu kita akan semangat berjuang dan berdoa agar Allah kembalikan kepemimpinan kita kepada orang Islam.

Hal ini sesuai dengan ayat di atas bahwa kondisi masyarakat yang senang dosa akan menerima konsekwensi akan dipimpin oleh manusia yang senang dosa pula, sebagai peringatan dan hukuman dari Allah ﷻ  atas dosa-dosa masyarakat itu sendiri.

Jika masyarakat dipimpin orang yang fajir atau fasiq saja akan sudah merupakan hukuman, apalagi jika dipimpin oleh orang yang musyrik atau kafir ?
Maka alangkah besarnya hukuman dari Allah ﷻ tersebut. Na’udzubillahi mindzalik.

Rasulullah ﷺ  bersabda :

خِيَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ فَقَالَ لَا مَا أَقَامُوا فِيكُمْ الصَّلَاةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلَاتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلَا تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ

“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka mencintai kalian dan kalian mencintai mereka, mereka mendo’akan kalian dan kalian mendo’akan mereka. Dan sejelek-jelek pemimpin kalian adalah mereka yang membenci kalian dan kalian membenci mereka, mereka mengutuk kalian dan kalian mengutuk mereka.” Beliau ditanya, “Wahai Rasulullah, tidakkah kita memerangi mereka?” maka beliau bersabda: “Tidak, selagi mereka mendirikan shalat bersama kalian. Jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang tidak baik maka bencilah tindakannya, dan janganlah kalian melepas dari ketaatan kepada mereka.”
(HR. Muslim, no 3447).

Ibnu Abbas ra, berkata bahwa :
“Jika Allah meridhoi suatu kaum. Allah angkat pemimpin orang-orang yang terbaik dari mereka. Dan jika Allah murka kepada suatu masyarakat. Alllah angkat pemimpin dari orang yang jahat dr mereka. ( Tafsir Al Qurtubi )

Sedangkan Al Hasan Bashri mengatakan :

“(jika kalian dipimpin pemimpin yang fajir) maka janganlah kalian sibuk mengecamnya. Tapi fokuslah kalian memperbaiki diri (kalian sendiri).”

Jadi sudah pasti, mereka yang paham peta politik di negeri ini akan merasa suram jika membayangkan masa depan umat Islam di ibu kota, Jakarta ini.

Oleh karena itu sesuai dengan penjelasan di atas, maka kita harus memahami hal-hal yang harus segera dilakukan oleh umat Islam yaitu sebagai berikut:

1. Banyak berdoa agar Umat Islam di negeri ini dan ibu kota ini serta di seluruh muka bumi ini dilindungi oleh Allah ﷻ
dari pemimpin yang fasiq, apa lagi kafir musyrik. Dan juga memohon agar pemimpin negri ini dimasa yang akan datang adalah seorang Muslim yang benar-benar beriman.

2. Memperbaiki diri pribada dan juga mengajak kepada umat agar menjadi hamba-hambaNya yang sholih.

3. Berusaha semaksimal  mungkin mendukung calon Muslim yang sholih yang dapat dipercaya akan mampu melaksanakan amanah kepemimpinan dengan mental taqwa kepada Allah ﷻ serta memiliki jiwa siap melayani umat Islam dan seluruh rakyatnya.

Suatu catatan penting :

Bahwa jangan sampai ummat Islam tidak perduli dengan musibah seperti ini, hingga berlaku sunatullah , terjadinya sebuah proses bencana yang semakin membesar dan akan lebih besar lagi.

Yakni seperti kita lihat kenyataannya, dimulai dari :

1. Allah tampilkan pemimpin yang tidak sholih, yang tampilannya saja seorang Muslim, akan tetapi jika ia beriman dengan baik, belum bertaubat dan beramal Shalih. Maka tentu ini sudah suatu awal dari musibah.

2. Maka Allah ﷻ tambahkan musibah lebih besar, dengan hadirnya pemimpin kafir dengan berbagai macam tampilan tabiat yang sangat tidak mengundang simpati.

3. Karena umat Islam belum juga sadar dan segera bertaubat serta beramal Sholih. Maka bisa jadi Allah ﷻ akan hadirkan pemimpin kafir yang jabbar (penindas, penyiksa dan pembunuh ).

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bahkan selalu berdoa dari bencana ini.

(رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ)

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami fitnah (sasaran penindasan)  bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
(QS. Al-Mumtahanah: 5)

Setelah kita menyadari bahwa semua musibah yang menimpa adalah karena kesalahan kita sendiri, maka sebaiknya semua segera kembali kepada Allah ﷻ dengan memperbaiki keyakinan serta ketaqwaan kepadaNya serta memperbanyak DOA – inilah jalan harapan untuk memperbaiki kondisi saat ini.

Allah ﷻ telah berfirman :

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”
(QS. Asy Syura: 30)

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ [التغابن : 11]

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
(At-Taghābun : 11)

Jadi berpolitik yang Qur’ani itu bukan sekedar merebut kekuasaan. Tapi bepolitik itu gerakan besar mensholihkan diri, memperbaiki umat dan melayani mereka, agar semua taat kepada Allah ﷻ dan RasulNya. Tanpa semua itu, gerakan politik umat tidak akan ditolong oleh Allah ﷻ.

وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ

📝 : Ustadz Abdul Aziz Abdur Ra’uf, Lc
حفظه الله تعالى

Abu Sarh, Pengkhianat atau Sahabat Nabi?

Tersebar sebuah artikel dari Islampos.com tentang seorang bernama Abu Sarah, penulis wahyu, dia menista Al Quran, lalu murtad, dan dihukum mati oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam saat Fathul Makkah. Benarkah kisah ini?

Penulis wahyu tersebut bukan Abu Sarh, tapi Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarh. Apa yang ditulis dalam Islampos.com keliru, sebab telah menceritakan secara tidak utuh dan bisa melahirkan stigma negatif terhadap Ibnu Abi Sarh yang dikemudian hari menjadi pahlawan Islam. Maka, itu mesti dihapus dan penulisnya mesti bertobat darinya.

Dalam Sunan Abi Daud, Utsman bin Affan Radhiallahu ‘Anhu memberikan pembelaan kepada *Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarh*. Berikut ini riwayatnya:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَعْدِ بْنِ أَبِى سَرْحٍ يَكْتُبُ لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَزَلَّهُ الشَّيْطَانُ فَلَحِقَ بِالْكُفَّارِ فَأَمَرَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ يُقْتَلَ يَوْمَ الْفَتْحِ فَاسْتَجَارَ لَهُ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ فَأَجَارَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.

Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Dahulu *Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarh* menuliskan wahyu untuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu syetan menggelincirkannya sampai dia kafir. Maka, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan untuk membunuhnya pada hari Fathul Makkah, namun Utsman meminta pembebasan baginya, lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun membebaskannya.

(HR. Abu Daud No. 4360. Syaikh Al Albani menyatakan hasan)

Dalam Usudul Ghabah, juga disebutkan bahwa Ibnu Abi Sarh ini diberikan jaminan oleh Utsman Radhiallahu ‘Anhu. (Imam Ibnul Atsir, Usudul Ghabah, 1/455)

Ibnul Atsir menceritakan, bahwa dikemudian hari Ibnu Abi Sarh ini baik keislamannya setelah dulunya murtad, tidak nampak padanya hal-hal yang munkar. Dia salah satu orang cerdas, org terhormat Quraisy yang kemudian oleh Khalifah Utsman diangkat menjadi gubernur Mesir tahun 25H. Bahkan ditangannya mampu menaklukan Afrika, penaklukan ini disaksikan oleh Abdullah bin Umar, Abdullah bin Zubeir, dan Abdullah bin Amr bin Ash. Utsman Radhiallahu ‘Anhu adalah saudara susuan Ibnu Abi Sarh. (Ibid, 1/617)

Betul, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan hukuman mati untuk *Muqayyis bin Shubaabah, dan Abdullah bin Khatal, serta Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarh*, pada hari Fathul Makkah. Tapi, khusus Ibni Abi Sarh, dia dibebaskan. (Ibid)

Ad Daraquthni mengatakan: “Dia murtad lalu nabi pun memerintahkan menumpahkan darahnya, kemudian dia kembali muslim.” (Siyar A’lamin Nubala, 3/33)

Imam Adz Dzahabi menyebut dia “al amiir qaaidul juyuusy”- pemimpin dan komandan pasukan. (Ibid)

Imam Adz Dzahabi menyebutkannya sebagai salah satu KUBARA ASH SHAHABAH, sahabat nabi senior.

Maka, yang benar adalah *Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarh* tidak dihukum mati, dia bertobat, dan bahkan menjadi pahlawan Islam dengan menaklukan Afrika.

Dan dia tetap sahabat nabi, sebagian ahli ushul mengatakan:

من لقي النبي صلى الله عليه وسلم مسلما، ومات على الاسلام، أو قبل النبوة ومات قبلها على الحنفية، كزيد بن عمرو بن نفيل، أو ارتد وعاد في حياته.

Siapa saja yang berjumpa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai seorang muslim, dan dia mati dalam Islam, atau dia hidup sebelum masa kenabian dan mati sebelum masa kenabian dalam keadaan agama yang hanif, seperti Zaid bin Amru bin Nufail, atau orang yang murtad dan kembali kepada Islam pada masa hidupnya (Nabi). (Lihat Syaikh Sa’diy Abu Jaib, Al Qamus Al Fiqhiy, Hal. 208. Cet. 2, 1988M. Darul Fikr)

Farid Nu’man Hasan

scroll to top