Hukum Jual Beli Kotoran Hewan Buat Pupuk

💢💢💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum
Ustad, apa hukum jual beli kotoran yg akan di gunakan untuk pupuk? (+62 821-1406-xxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah ..

Boleh, jika kotoran hewan tersebut berasal dari hewan yang boleh dimakan, tapi kalo hewannya yang haram dimakan maka tidak boleh ..

Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin Rahimahullah:

لا بأس ببيع روث بهيمة الأنعام كالإبل والبقر والغنم والخيل والصيد المباح فهو طاهر

Tidak apa apa jualan kotoran hewan ternak kaya Unta, Sampi, kambing, kuda, dan hewan buruan yang mubah, sebab itu suci.

كما أن أبوالها طاهرة تشرب كعلاج كما في حديث العرنيين، وكذا فرثها الذي هو من آثار الطعام

Sebagaimana air kencingnya yang suci, bisa diminum sebagai obat seperti kisah dalam hadits kaum ‘Uraniyyin, demikian juga kotorannya yang merupakan sisa makanannya.

بخلاف الدم فإنه مُحرم فهو نجس ولا يجوز بيعه، فإن كل حرام فثمنه حرام

Berbeda dengan darah, darah itu haram sebab dia najis dan tidak boleh dijual, sebab sesuatu yg haram dimakan haram juga harganya.

فأما الحيوان النجس كالكلاب والحمير والسباع فإنها نجسة فلا يجوز بيع روثها ولا فضلاتها

Sdgkan hewan yg najis seperti anjing, keledai, hewan buas, itu hewan najis dan tidak boleh menjual kotorannya dan limbahnya.

(Fatwa No. 8568)

Demikian. Wallahu a’lam

🌷🌱🌴🌾🌸🍃🌵🍄

✍ Farid Nu’man Hasan

Haruskah Khutbah Jumat Memakai Bahasa Arab?

💢💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum ustadz ada titipan pertanyaan kalau di suatu daerah atau pemukiman penduduk pada saat shalat jumat khotib dalam penyampaian khotbah memakai bahasa arab saja sehingga bisa dikatakan 90% jamaah tidak paham apa yang disampaikan oleh khotib bagaimana menyikapi masalah ini dan apa kah khutbah jumat memang harus memakai bahasa arab? (+62 878-2xxxxxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Ada tiga pendapat dalam masalah “Khutbah Jumat Memakai Bahasa Arab”.

1. Lebih utama pakai bahasa Arab yaitu bagi khathib yang mampu dgn baik bahasa Arabnya, walau pendengar tidak paham bahasa Arab.

Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid menjelaskan:

أنه يشترط أن تكون بالعربية للقادر عليها ولو كان السامعون لا يعرفون العربية
وبهذا قال المالكية ، وهو المذهب والمشهور عند الحنابلة

Disyaratkan pada khutbah Jum’at hendaknya dgn bahasa Arab bagi yang mampu walau audiens tidak paham bahasa Arab. Ini pendapat Malikiyah, dan pendapat yg masyhur dr Hanabilah.

2. Jika audiens tidak paham bahasa Arab maka boleh pakai bahasa mereka.

Syaikh menjelaskan lg:

يشترط أن تكون بالعربية للقادر عليها ، إلا إذا كان السامعون جميعاً لا يعرفون العربية فإنه يخطب بلغتهم
وهذا هو الصحيح عند الشافعية ، وبه قال بعض الحنابلة

Disyaratkan khutbah Jum’at dgn bahasa Arab bagi yang mampu, KECUALI jika semua audiens tidak paham bahasa Arab, maka khutbahnya dgn bahasa mereka. Inilah pendapat yg shahih dari Syafi’iyyah dan sebagian Hanabilah.

3. Khutbah pakai bahasa Arab hanya Sunnah bukan syaratnya khutbah, jadi tidak masalah sama sekali memakai selain bahasa Arab.

Syaikh menjelaskan lagi:

يستحب أن تكون بالعربية ولا يشترط ، ويمكن للخطيب أن يخطب بلغته دون العربية :
وهو قول أبي حنيفة وبعض الشافعية

Disunnahkan menggunakan bahasa Arab dan itu bukan syarat. Dimungkinkan si khathib menggunakan bahasa audiens, bukan bahasa Arab. Inilah pendapat Hanafiyah dan sebagian Syafi’iyyah.

(Fatawa Al Islam Su’aal wa Jawaab no. 112041)

Pendapat yang ketiga adalah pendapat yang saya pilih. Mengingat tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa bahasa Arab menjadi syarat sahnya khutbah. Disampingnya tujuan khutbah adalah sampainya pesan ke jamaah yg tidak bisa diraih kecuali dgn bahasa yg mereka pahami.

Dalam Majelis Al Majma’ Al Fiqhiy-nya Rabithah ‘Alam Islamiy , dikeluarkan fatwa:

الرأي الأعدل هو أن اللغة العربية في أداء خطبة الجمعة والعيدين في غير البلاد الناطقة بها ليست شرطاً لصحتها ، ولكن الأحسن أداء مقدمات الخطبة وما تضمنته من آيات قرآنية باللغة العربية ، لتعويد غير العرب على سماع العربية والقرآن ، مما يسهل تعلمها ، وقراءة القرآن باللغة التي نزل بها ، ثم يتابع الخطيب ما يعظهم به بلغتهم التي يفهمونها

Pendapat yang paling adil adalah bahwa berkhutbah Jumat di negeri yg tidak berbahasa Arab bukanlah syarat sahnya khutbah Jum’at. Tetapi lebih baik dalam pembukaan khutbah dan membaca kandungan Al Qur’an hendaknya memakai bahasa Arab. Agar orang-orang selain Arab terbiasa mendengar bahasa Arab dan Al Qur’an, juga agar mudah dalam mempelajarinya dan membaca Al Qur’an sesuai bahasa saat turunnya.

Lalu si khathib melanjutkan mau’izhahnya dengan bahasa yang mereka pahami.

(Qararat Al Majma’ Al Fiqhiy, Hal. 99)

Demikian. Wallahu a’lam

🌷🌱🌴🌾🌸🍃🌵🍄

✍ Farid Nu’man Hasan

Anjuran Shalat Sunah di Rumah

💢💢💢💢💢💢💢

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

فَصَلُّوا أَيُّهَا النَّاسُ فِي بُيُوتِكُمْ فَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ صَلَاةُ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا الْمَكْتُوبَةَ

Maka, Shalatlah kalian wahai manusia di rumah-rumah kalian. Shalat paling utama bagi seseorang adalah di rumahnya, kecuali shalat wajib.

(HR. Bukhari no. 731)

📙 Hikmah dan Pelajaran :

1. Anjuran untuk menghidupkan shalat Sunnah di rumah

Yaitu shalat qabliyah dan ba’diyah, juga shalat malam, dhuha, … apa sebabnya? Karena hal itu lebih melindungi hati dari riya’ (pamer), sebab shalat sunah itu adalah tambahan, biasanya tambahan itu ada jika yg pokoknya sudah terpenuhi. Maka, saat org melakukan tambahan, seolah dia menunjukkan ke khalayak ramai bahwa dia sudah melewati batas yg pokoknya.

Imam An Nawawi Rahimahullah menjelaskan:

الصواب أن المراد النافلة وجميع أحاديث الباب تقتضيه ولا يجوز حمله على الفريضة وإنما حث على النافلة
في البيت لكونه أخفى وأبعد من الرياء وأصون من المحبطات وليتبرك البيت بذلك وتنزل فيه الرحمة والملائكة وينفر منه الشيطان كما جاء في الحديث الآخر وهو معنى قوله صلى الله عليه وسلم في الروايةالأخرى فإن الله جاعل في بيته من صلاته خيرا

Yang benar, maksud hadits ini adalah shalat nafilah (tambahan/Sunnah), semua hadits yang membicarakan bab ini menunjukkan seperti itu, tidak boleh memaknai bahwa maksud shalat di rumah itu adalah shalat wajib.

Sesungguhnya, distimulusnya shalat sunah di rumah karena itu lebih tersembunyi dan jauh dari riya’ (pamer ibadah), serta lebih menjaga dari kesia-siaan, dan untuk mendatangkan keberkahan bagi rumah karenanya, mendatangkan rahmat dan turunnya malaikat (pemberi rahmat), dan menjauhinya dari syetan sebagaimana keterangan hadits lain. Inilah makna hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang lain, “Allah jadikan kebaikan pada shalat di rumahnya.”

(Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 6/67-68)

2. Hadits ini juga menunjukkan anjuran shalat wajib di masjid bagi kaum laki-laki

Imam At Tirmidzi Rahimahullah berkata:

وَقَدْ رُوِيَ عَنْ غَيْرِ وَاحِدٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُمْ قَالُوا مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يُجِبْ فَلَا صَلَاةَ لَهُ و قَالَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ هَذَا عَلَى التَّغْلِيظِ وَالتَّشْدِيدِ وَلَا رُخْصَةَ لِأَحَدٍ فِي تَرْكِ الْجَمَاعَةِ إِلَّا مِنْ عُذْرٍ

Telah diriwayatkan dari sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan banyak jalur, mereka mengatakan, “Barangsiapa mendengar adzan lalu tidak memenuhi panggilannya, maka tidak ada shalat baginya.”

Dan sebagian para ahli ilmu berkata; “Hal ini sangat ditekankan dan tidak ada keringanan bagi seseorang untuk meninggalkan shalat berjama’ah kecuali dengan udzur/halangan.” (Sunan At Tirmidzi no. 217)

Jika shalat sunah di rumah dalam rangka menyelamatkan hati dari riya’ …, maka shalat wajib ke masjid adalah syiar yg nyata kehidupan Islami ( sya-aa’ir zhahirah) di sebuah daerah.

3. Anjuran shalat Sunnah di rumah bukan berarti terlarang melakukannya di masjid.

Imam An Nawawi Rahimahullaah membuat Bab dalam penjelasan hadits ini:

باب استحباب صلاة النافلة في بيته وجوازها في المسجد

Bab Disunahkannya Shalat Nafilah di rumah dan boleh shalat Sunnah di masjid

Bahkan ada shalat sunnah tertentu yang bukan di rumah, seperti: tahiyatul masjid, istisqa’ (minta hujan), khusuf (gerhana), ‘id (shalat id), bahkan shalat tarawih lebih utama di masjid menurut mayoritas ulama.

Demikian. Wallahul Muwafiq ilaa aqwaamith Thariq

🌷🌱🌴🌾🌸🍃🌵🍄

✍ Farid Nu’man Hasan

Benarkah Tidak Boleh Makan Aqiqah Keluarga Sendiri?

▫▫▫▫▪▪▪▪

📨 PERTANYAAN:

Indra Lesmana:
Assalamu’alaikum, afwan ustadz kl untuk aqiqah c keluarga/orang tua boleh tidak mengkonsumsi daging sembelihan untuk aqiqah?, masalah nya ana pernah denger kl utk aqiqah beda dengan qurban keluarga/orang tua tdk mendapatkan jatah.

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah ..

Tidak ada dasar larangan memakan daging aqiqah bagi keluarga, itu merupakan larangan berasal dari asumsi semata.

Umumnya ulama mengatakan aqiqah itu sama dengan qurban, sama-sama boleh dimakan oleh pemiliknya. Kecuali aqiqah dan qurban karena nadzar, pada ulama berbeda pendapat apakah boleh makan atau tidak, namun pendapat yg lebih hati-hati adalah tidak boleh.

Ada pun aqiqah yg bukan karena nadzar, tidak masalah sama sekali ..

Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid menjelaskan:

ذهب بعض الفقهاء إلى أن العقيقة كالأضحية في أحكامها ومصارفها ، فيستحب أن يقسمها الإنسان أثلاثا ، ثلثا لنفسه ، وثلثا لأصدقائه ، وثلثا للفقراء .
وذهب بعضهم إلى أن العقيقة ليست كالأضحية ، فيصنع بها ما يشاء .
وعلى كل ، فلو لم تخرج من العقيقة شيئا ، أجزأت .

Para ulama mengatakan bahwa aqiqah itu sama dgn qurban, baik dalam masalah hukumnya dan penyalurannya. Dianjurkan membaginya kepada manusia menjadi tiga bagian. Sepertiga untuk dirinya, seperti untuk sahabat-sahabatnya, dan seperti untuk org faqir.

Sebagian ulama mengatakan aqiqah berbeda dgn qurban, DIA BEBAS membagikan sekehendak hatinya. Pada masing-masing (Qurban dan Aqiqah), seandainya dia tidak mengeluarkan buat orang lain sedikitpun tetap SAH.

(Fatawa Islam Su’aal wa Jawaab No. 90029)

Syaikh Abdullah Al Faqih juga mengatakan:

فقد سبق أن بينا أقوال أهل العلم في توزيع العقيقة، وأنه يستحب عند بعضهم توزيعها أثلاثا، وعند بعضهم نصفين، وكل ذلك على سبيل الاستحباب، فلا حرج على صاحب العقيقة أن يتصدق بها كلها، أو يأكلها كلها والأمر في ذلك واسع ـ إن شاء الله تعالى 

Kami telah jelaskan tentang perkataan para ulama dalam hal pendistribusian aqiqah, bahwa mereka menganjurkan pembagiannya menjadi tiga bagian, sebagian mereka mengatakan Fifty-Fifty, semua ini Sunnah. Tidak masalah pihak yang beraqiqah menyedekahkan semuanya, atau memakannya semua. Masalah ini begitu luas – Insya Allah.

(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 141673)

Demikian. Wallahu a’lam

📙📘📗📕📒📔📓

🖋 Farid Nu’man Hasan

scroll to top