Air Kencing Unta; Najiskah?

💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

telah beredar dan viral video Ustadz Bahtiar Natsir yg meminum (maaf) air kencing unta shg berbagai komentar . sbnrnya bagaimana penjelasan terkait hal ini tadz? (+62 857-4076-xxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Bismillah wal Hamdulillah ..

Tentang meminum air kencing unta memang ada dalam Sunnah, atas perintah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam .

Kisahnya termaktub dalam dua kitab hadits paling Shahih (authentic text), yaitu Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim.

Dalam Kitab Shahih Al Bukhari;

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ نَاسًا اجْتَوَوْا فِي الْمَدِينَةِ فَأَمَرَهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَلْحَقُوا بِرَاعِيهِ يَعْنِي الْإِبِلَ فَيَشْرَبُوا مِنْ أَلْبَانِهَا وَأَبْوَالِهَا فَلَحِقُوا بِرَاعِيهِ فَشَرِبُوا مِنْ أَلْبَانِهَا وَأَبْوَالِهَا حَتَّى صَلَحَتْ أَبْدَانُهُمْ

Dari Anas Radhiallahu ‘anhu bahwa sekelompok orang sedang menderita sakit ketika berada di Madinah, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan mereka supaya menemui penggembala beliau dan meminum susu dan kencing unta, mereka lalu pergi menemui sang penggembala dan meminum air susu dan kencing unta tersebut sehingga badan-badan mereka kembali sehat .

(HR. Bukhari no. 5686)

Juga terdapat dalam Shahih Muslim:

ةَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ حَدَّثَنِي أَنَسٌ
أَنَّ نَفَرًا مِنْ عُكْلٍ ثَمَانِيَةً قَدِمُوا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَايَعُوهُ عَلَى الْإِسْلَامِ فَاسْتَوْخَمُوا الْأَرْضَ وَسَقِمَتْ أَجْسَامُهُمْ فَشَكَوْا ذَلِكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَلَا تَخْرُجُونَ مَعَ رَاعِينَا فِي إِبِلِهِ فَتُصِيبُونَ مِنْ أَبْوَالِهَا وَأَلْبَانِهَا فَقَالُوا بَلَى فَخَرَجُوا فَشَرِبُوا مِنْ أَبْوَالِهَا وَأَلْبَانِهَا فَصَحُّوا

DARI Abu Qilabah telah menceritakan kepadaku Anas, bahwa sekelompok orang dari Bani ‘Ukl yang berjumlah delapan orang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu mereka membai’at beliau atas Islam. Tidak beberapa lama mereka sakit karena tidak terbiasa dengan iklim Kota Madinah. Mereka kemudian mengadu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Maukah kamu pergi ke unta-unta yang digembalakan, lalu kamu meminum susu dan air kencingnya?” mereka menjawab, “Tentu.” Kemudian mereka pergi ke unta-unta tersebut dan meminum susu dan air kencingnya hingga mereka sehat seperti biasa ..

(HR. Muslim no. 1671)

Dalam ilmu hadits, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dan Imam Muslim -istilahnya Muttafaq ‘Alaih- adalah hadits yang tingkat keshahihannya tertinggi.

Kemudian …

📙Keterangan Para Ulama

Kisah ini dijadikan dasar bagi banyak ulama dan madzhab bahwa air kencing Unta itu suci, dan dia juga sebagai obat.

Imam An Nawawi Rahimahullah mengatakan:

واستدل أصحاب مالك وأحمد بهذا الحديث أن بول ما يؤكل لحمه وروثه طاهران

Para sahabat Imam Malik (Malikiyah) dan Imam Ahmad (Hambaliyah) berdalil dengan hadits ini bawah kencing dan kotoran hewan yang boleh dimakan dagingnya itu SUCI.

(Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 11/154)

Sementara Syafi’iyyah tidak sepakat dengan mereka. Bagi Syafi’iyyah semua kotoran dan kencing hewan adalah najis termasuk hewan yang bisa dimakan.

Imam An Nawawi Rahimahullah melanjutkan;

وأجاب أصحابنا وغيرهم من القائلين بنجاستهما بأن شربهم الأبوال كان للتداوي وهو جائز بكل النجاسات سوى الخمر omوالمسكرات

Para sahabat kami (Syafi’iyyah) dan selainnya yg berpendapat najisnya keduanya (kencing dan kotoran Unta) memberikan jawaban; bahwasanya minumnya mereka terhadap air kencing Unta krn untuk berobat, itu (berobat) memang boleh dgn semua najis kecuali khamr (minuman keras) dan apa pun yang memabukkan. (Ibid)

Dalam konteks madzhab Syafi’iy, Berkata Imam Ibnu Ruslan Rahimahullah:

وَالصَّحِيحُ مِنْ مَذْهَبِنَا يَعْنِي الشَّافِعِيَّةَ جَوَازُ التَّدَاوِي بِجَمِيعِ النَّجَاسَاتِ سِوَى الْمُسْكِرِ لِحَدِيثِ الْعُرَنِيِّينَ فِي الصَّحِيحَيْنِ حَيْثُ أَمَرَهُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالشُّرْبِ مِنْ أَبْوَالِ الْإِبِلِ لِلتَّدَاوِي

“Yang benar dari madzhab kami –yakni Syafi’iyah- bahwa dibolehkan berobat dengan seluruh benda najis kecuali yang memabukkan, dalilnya adalah hadits kaum ‘Uraniyin dalam shahihain (Bukhari-Muslim), ketika mereka diperintah oleh Nabi untuk minum air kencing Unta untuk berobat.”

(Nailul Authar, 13/166)

Jadi, bagi Syafi’iyyah, diminumnya air kencing unta karena ada konteksnya; saat dharurat untuk berobat. Bukan karena air kencing Unta itu suci.

📓 Koreksi Dari Imam Asy Syaukani Rahimahullah

Tapi, Apa yang dikatakan oleh Imam Ibnu Ruslan ini koreksi oleh Imam Asy Syaukani, sebagai berikut:

وَلَا يَخْفَى مَا فِي هَذَا الْجَمْع مِنْ التَّعَسُّف ، فَإِنَّ أَبْوَال الْإِبِل الْخَصْم يَمْنَع اِتِّصَافهَا بِكَوْنِهِمَا حَرَامًا أَوْ نَجَسًا ، وَعَلَى فَرْض التَّسْلِيم فَالْوَاجِب الْجَمْع بَيْن الْعَامّ وَهُوَ تَحْرِيم التَّدَاوِي بِالْحَرَامِ وَبَيْن الْخَاصّ وَهُوَ الْإِذْن بِالتَّدَاوِي بِأَبْوَالِ الْإِبِل بِأَنْ يُقَال يَحْرُم التَّدَاوِي بِكُلِّ حَرَام إِلَّا أَبْوَال الْإِبِل ، هَذَا هُوَ الْقَانُونَ الْأُصُولِيّ

“Jelaslah, bahwa kompromi tersebut adalah keliru, sebab sesungguhnya sifat kencing Unta tidaklah dikatakan haram atau najis, dan wajib menerima hal itu. Maka, wajib memadukan antara dalil yang ‘am (umum) yakni keharaman pengobatan dengan yang haram, dengan dalil yang khas (khusus) yaitu diidzinkannya berobat dengan kencing Unta, maka seharusnya dikatakan: Haram berobat dengan segala yang haram kecuali dengan Unta, demikianlah aturan dasarnya.” (Ibid)

Apa yg dikatakan Imam Asy Syaukani berdasarkan kaidah: Hamlul muthlaq Ilal muqayyad – dalil yang masih umum mesti dibawa pemahamannya berdasarkan yang khusus.

Misal, ketika Allah Ta’ala haramkan bangkai secara umum berdasarkan ayat: hurrimat ‘alaikumul mayyitah – diharamkan bagi kalian daging bangkai .. , ternyata dikecualikan dua bangkai, yaitu ikan dan belalang berdasarkan riwayat Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhuma: Uhillat lanaa mayitan Al Huut wal Jarad – Dihalalkan bagi kita dua bangkai; yaitu ikan dan belalang. Beginilah jalan berpikirnya; semua air kencing hewan adalah najis kecuali yg khususkan oleh dalil, misalnya kencing Unta.

Sementara ulama lain, seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga memguatkan kencing Unta tidakah najis, sebab ketika dibolehkan untuk diminum, itu menunjukkan kesuciannya. Bahkan beliau memaparkan 15 dalil. Pendapat ini juga di dukung Syaikh Yusuf Al Qaradhawi Hafizhahullah.

Syaikh Abdul Aziz bin Baaz Rahimahullah berkata:

نعم، هذا هو الصواب: أن بول ما يؤكل لحمه وروثه كله طاهر؛ مثل الإبل والبقر والغنم والصيد كله طاهر، والنبي صلى الله عليه وسلم كان يصلي في مرابض الغنم، ولما استوخم العرنيون في المدينة بعثهم إلى إبل الصدقة من وألبانها حتى صحوا، فلما أذن لهم بالشرب من أبوالها دلّ على طهارتها

Ya, inilah yang benar, bahwa air kencing dan kotoran dari hewan yg bisa dimakan dagingnya adalah SUCI. Seperti Unta, sapi, kambing, dan hasil buruan laut, dan dahulu Nabi Shallallahu’Alaihi wa Sallam pernah shalat di kandang kambing.

Saat kaum ‘Uraniyun sakit, Nabi Shalallahu’Alaihi wa Sallam mengutus kepada mereka para gembala untuk mereka bisa minum susah dan air kencingnya. Saat Nabi Shallallahu’Alaihi wa Sallam mengizinkan mereka meminumnya menunjukkan kesuciannya. (selesai)

Jadi, dibolehkannya meminum air kencing Unta bukan karena dibolehkanya berobat dengan yang najis karena darurat, tetapi karena memang air kencing Unta adalah benda suci, atau seperti kata Imam Asy Syaukani, kencing Unta adalah pengecualian.

Sehingga bagi mereka, menjelaskan masalah ini dengan: “Boleh meminumnya jika darurat” menjadi tidak pas, sebab sesuatu yg suci dan tidak haram, boleh digunakan walau tidak darurat.

Demikian. Wallahu a’lam

🍃☘🎋🌵🌷🌺🌻

✍ Farid Nu’man Hasan

Pandangan Mata Saat Shalat Ke Ka’bah atau Ke Tempat Sujud?

💢💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum Ust Farid, mhn izinbertanya >>>Kalau kita sholat ada pendapat yang menganjurkan kita mengarahkan pandangan ke tempat sujud. Lalu bagaimana seharusnya saat kita bisa melihat langsung ka’bah. Apakah pendapat ini pun berlaku ? (+62 812-9868-xxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

1. Mayoritas ulama mengatakan pandangan mata adalah ke tempat sujud. Baik shalat jauh dari ka’bah atau dekat dengan ka’bah.

Dalilnya:

أنه صلى الله عليه وسلم كان إذا صلى طأطأ رأسه ورمى ببصره نحو الأرض

Bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jika shalat menundukkan kepalanya dan melempar pandangan ke tanah.

(HR. Al Baihaqi, Al Hakim, dll)

Juga riwayat lain:

أنه صلى الله عليه وسلم لما دخل الكعبة ما خلف بصره موضع سجوده حتى خروجه منها

Bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika masuk ke Ka’bah pandangannya tidak pernah berpaling dr tempat sujudnya sampai dia keluar dari Ka’bah.

(HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak, shahih)

Inilah pendapat Hanafiyah, Syafi’iyyah, dan Hanabilah.

2. Mata hendaknya melihat Ka’bah. Ini pendapat Imam Malik dan pengikutnya.

Dalilnya adalah:

وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۖ وَإِنَّهُ لَلْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

Dan dari manapun engkau (Muhammad) keluar, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam, sesungguhnya itu benar-benar ketentuan dari Tuhanmu. Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al Baqarah: 149)

Pendapat yg saya ikuti adalah pendapat mayoritas, sebab ayat di atas adalah makna umum bahwa kiblat kita ke Masjid al haram (ka’bah), tapi secara khusus untuk pandangan mata adalah ke tempat sujud.

Kaidahnya:

Hamlul muthlaq Ilal muqayyad – dalil umum mesti dipahami dengan dalil yang khusus.

Jadi, secara umum badan kita menghadap ke Ka’bah, tapi khusus mata adalah ke tempat sujud.

Hal ini sama seperti masalah bangkai misalnya, bahwa seluruh bangkai itu HARAM, sesuai dalil umum hurrimat ‘alaikumul mayyitah (diharamkan bagimu bangkai), tapi khusus ikan dan belalang tidak haram berdasarkan hadits lain yg mengkhususkan yaitu uhillat lana mayitataan alhuut wal jarad – dihalalkan bagi kita dua bangkai yaitu ikan dan belalang.

Demikian. Wallahu a’lam

🌷🌱🌴🌾🌸🍃🌵🍄

✍ Farid Nu’man Hasan

Harta Berasal Dari Penghasilan Haram, Bolehkah Ahli Warisnya Menerimanya?

💢💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum ustadz, Afwan ijin bertanya.. hasil dari pekerjaan riba, apakah boleh diwariskan ke ahli warisnya jika meninggal dunia atau bolehkah dihibahkan untuk kepentingan rumah Tahfiz Qur’an misalnya.. Syukron, jazakallahu khoir (+62 877-8200-xxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Ada tiga pendapat ulama dalam masalah ini:

1. Haram bagi seorang ahli waris menerima warisan dari harta haram

2. Boleh, sebab itu haram bagi pelakunya bukan bagi orang lain yang menerimanya.

3. Haram jika tahu bahwa itu harta haram, dan BOLEH jika tidak tahu kalau itu haram ..

Syaikh Abdullah Al Faqih mengatakan:

ولكن الراجح عندنا والموافق لمقتضى العدل وقواعد القياس أن وارث المال الحرام لا يحل له أخذه ، سواء كان مالكه مجهولا أو معروفا ، وأنه لا فرق بين الوارث والمورث في حرمة الانتفاع بالمال الحرام

Tetapi pendapat yg kuat bagi kami, yg sesuai dgn prinsip keadilan dan kaidah qiyas adalah HARTA HARAM TIDAK HALAL DIAMBIL SEBAGAI WARISAN.

Sama saja apakah yang punya tahu atau tidak tahu. Tidak ada perbedaan antara pewaris dan penerima waris tentang terlarangnya memanfaatkan harta haram.

(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 9712)

Nah, solusinya adalah menerima harta tersebut tapi buat disumbangkan untuk kepentingan atau kemaslahatan umum kaum muslimin.

Demikian. Wallahu a’lam

🌷🌱🌴🌾🌸🍃🌵🍄

✍ Farid Nu’man Hasan

Wahai Para Da’i, Perhatikan Kebiasaan Fiqih Di Daerahmu!

💢💢💢💢💢💢

Imam Abu Bakar Al Khathib Al Baghdadi berkata:

عن أبي عبيدة
قَالَ: قَالَ عَلِيّ: اقضوا ما كنتم تقضون فإني أكره الاختلاف حتى يكون للناس جماعة، أو أموت كما مات أصحابي

Dari Abu Ubaidah, dia berkata: Berkata Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu:

Putuskanlah dengan keputusan yang biasa kalian putuskan. Sungguh, saya tidak suka dengan perselisihan sampai aku mendapati manusia memiliki jamaahnya sendiri-sendiri, atau aku mati sebagaimana matinya para sahabatku.

(Tarikh Baghdad, 8/42)

Imam Ad Darimi Rahimahullah berkata:

أخبرنا يزيد بن هارون عن حماد بن سلمة عن حميد قال قلت لعمر بن عبد العزيز لو جمعت الناس على شيء فقال ما يسرني انهم لم يختلفوا قال ثم كتب إلى الآفاق أو إلى الأمصار ليقضي كل قوم بما اجتمع عليه فقهاؤهم

Mengabarkan kepada kami Yazid bin Harun, dari Hammad bin Salamah, dari Humaid, dia berkata: Aku berkata kepada Umar bin Abdil ‘Aziz:

“Alangkah baiknya engkau menyatukan manusia dalam satu pendapat.”

Beliau menjawab:

“Aku tidak senang jika mereka tidak berbeda pendapat.”

Humaid berkata: “Lalu Umar bin ‘Abdil Aziz menulis surat ke semua penjuru negeri:

“Setiap penduduk di suatu negeri hendaknya memutuskan urusannya sesuai kesepakatan ahli fiqih mereka (di negeri masing-masing).”

(Sunan Ad Darimi No. 652, Bab Ikhtilaf Al Fuqaha)

Imam Al Qarafi Rahimahullah memiliki perkataan yang luar biasa:

فمهما تجدد في العرف اعتبره ومهما سقط أسقطه ولا تجمد على المسطور في الكتب طول عمرك بل إذا جاءك رجل من غير أهل إقليمك يستفتيك لا تجره على عرف بلدك واسأله عن عرف بلده وأجره عليه وأفته به دون عرف بلدك ودون المقرر في كتبك فهذا هو الحق الواضح والجمود على المنقولات أبدا ضلال في الدين وجهل بمقاصد علماء المسلمين والسلف الماضين “

Bagaimanapun yang baru dari sebuah tradisi perhatikanlah, dan yang sudah tidak berlaku lagi tinggalkanlah. Jangan kamu bersikap tekstual kaku pada tulisan di kitab saja sepanjang hayatmu. Jika datang kepadamu seorang dari luar daerahmu untuk meminta fatwa kepadamu, janganlah kamu memberikan hukum kepadanya berdasarkan adat kebiasaan yang berlaku di daerahmu, tanyailah dia tentang adat kebiasaan yang terjadi di daerahnya dan hargailah itu serta berfatwalah menurut itu, bukan berdasarkan adat kebiasaan di daerahmu dan yang tertulis dalam kitabmu. Itulah sikap yang benar dan jelas. Sedangkan sikap selalu statis pada teks adalah suatu kesesatan dalam agama dan kebodohan terhadap tujuan para ulama Islam dan generasi salaf pendahulu.“

(Al Furuq, 1/176-177)

Demikian. Wallahu a’lam

🌷🌱🌴🌾🌸🍃🌵🍄

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top